Kopi TIMES

Optimisme Pendidikan di Tengah Pandemi

Selasa, 08 Juni 2021 - 03:03 | 101.98k
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – "Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya". Itulah kalimat yang pernah diucapkan Ki Hadjar Dewantara yang seakan mengajak kita untuk terus bermanfaat. Kebermanfaatan itulah yang sebernarnya merupakan konsep dasar dalam pendidikan. 

Di tengah situasi pandemi, publik melalui media massa maupun berbagai platform media sosial diperlihatkan tentang rasa empati kepada orang lain. Sebab, pendemi telah berdampak hampir kepada seluruh sektor, seperti kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan. Di situasi sulit inilah kualitas seseorang benar-benar teruji. Bahkan, jika dilihat secara keseluruhan, pandemi juga menjadi barometer karakter suatu bangsa. 

Sektor pendidikan telah beradaptasi dengan situasi pandemi dengan cara melakukan pembelajaran daring. Namun demikian, UNESCO melaporkan sekitar 1,6 miliar peserta didik dan 63 juta guru di seluruh dunia terdampak dari penutupan sekolah pada Oktober 2020 lalu. Sementara itu, laporan UNESCO pada April 2021 dalam rangka memperingati satu tahun pandemi mengungkapkan bahwa 124 juta anak menurun kemampuan membacanya selama pandemi covid-19. 

Pahlawan Pendidikan

Situasi pendidikan saat pandemi di Indonesia lebih kompleks. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki kondisi sekolah yang berbeda-beda. Padahal, situasi pandemi menuntut pembelajaran tatap muka diganti dengan pembelajaran daring yang telah diberlakukan sejak pertengahan Maret 2020. Permasalahan pun bermunculan, seperti tidak adanya akses internet hingga siswa tidak memiliki smartphone.

Dari permasalahan yang bermunculan itulah, kini semua orang dapat menjadi pahlawan pendidikan. Seorang kakak yang membantu mengajari adiknya. Warga setempat menyumbangkan wifi gratis untuk digunakan dalam proses belajar online. Orang tua memberikan perhatikan penuh terhadap proses belajar mengajar anaknya. Hingga seorang guru yang ikhlas datang ke rumah murid yang mengalami kesulitan belajar.

Adanya sinergi dari berbagai pihak dalam mendukung jalannya pembelajaran daring merupakan bukti bahwa masih banyak orang yang berempati terhadap pendidikan di Indonesia. Hal ini turut membuktikan bahwa keberhasilan pendidikan tidak cukup hanya diinisiasi oleh sekolah saja. Namun, perlu adanya dukungan berbagai macam pihak. 

Langkah Pendidikan ke Depan

Penguatan sarana prasarana dan peningkatan kualitas guru merupakan dua hal yang seharusnya menjadi prioritas langkah pendidikan ke depan.

Pertama, penguatan sarana dan prasarana sekolah. Pandemi turut memotret kondisi sekolah di Indonesia. Berdasarkan data Pokok Pendidikan per 2 Juni 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melaporkan ada 8.522 sekolah yang belum teraliri listrik dan sebanyak 42.159 sekolah yang belum terakses internet. Data tersebut seakan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi pemerintah untuk menyelesaikannya. Pemerintah terkait tentu perlu memberikan perhatian khusus terhadap sekolah-sekolah tersebut. 

Ke depan sarana dan prasarana sekolah harus menjadi fokus utama pemerintah. Sebab, sarana dan prasarana merupakan pendukung kegiatan belajar mengajar. Terlebih, pendidikan prapandemi, pandemi, dan pascapandemi (belum diketahui) pasti berbeda dan memiliki karakteristiknya masing-masing. Pemerataan sarana dan  prasarana sekolah sekaligus sebagai antisipasi jika terjadi hal dengan kondisi serupa. Seperti pepatah populer mengatakan, “sedia payung sebelum hujan”. 

Kedua, meningkatkan kualitas guru. Pandemi telah memaksa guru, siswa, dan orang tua untuk berakselerasi menggunakan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa semua orang bisa belajar selama memiliki kemauan. Ketakutan sebelum pandemi akan tidak dapatnya beradaptasi dengan teknologi baru pun kian memudar.

Pandemi telah menuntut guru-guru di Indonesia untuk kreatif dan berinovasi dalam kelas yang tidak terbatas ruang. Momen baik ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara keberlanjutannya. Terlebih, pascapandemi, tren pembelajaran daring rasanya sulit untuk pudar. Pemerintah terkait perlu memberikan pelatihan kepada guru-guru cara mengelaborasikan antara pembelajaran daring dan pembelaran tatap muka. Guru-guru perlu terus diasah kreativitas dan inovasinya sehingga dapat mendesain kelas yang menarik, menantang, dan menghadirkan pengalaman belajar bermakna bagi siswa. 

Pandemi covid-19 telah mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia secara menyeluruh. Berbagai temuan tentang pendidikan ini tidak akan berarti apa-apa apabila tidak adanya respons dari pemerintah dan pihak-pihak terkait. Semangat untuk meningkatkan pendidikan pun harus terus digaungkan. Kita semua harus optimistis meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pascapandemi. Karena sejatinya, seperti yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara bahwa kita semua berharap para pelajar di Indonesia dapat menjadi seseorang yang bemanfaat nantinya. 

***

*)Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES