Peristiwa Daerah

Satu Keluarga di Probolinggo Hidup Berhimpitan di Gubuk Bambu, Satu Anak Alami Gizi Buruk

Senin, 07 Juni 2021 - 11:01 | 352.96k
Nenek Zainab dan sekeluarga yang hidup di atas tanah pengairan dan menghuni gubuk bambu berukuran 3x5 meter persegi.(Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)
Nenek Zainab dan sekeluarga yang hidup di atas tanah pengairan dan menghuni gubuk bambu berukuran 3x5 meter persegi.(Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kehidupan enam orang sekeluarga di Dusun Krajan, Desa Randumerak, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini cukup memprihatinkan. Mereka tinggal di gubuk bambu tidak layak huni yang hanya berukuran 4x5 meter persegi tanpa kamar di sebuah lahan pengairan.

Adalah nenek Zainab (66) yang menghuni gubuk itu bersama anak-anak dan cucunya. Sedangkan anak lelakinya Salehuddin (33) bersama sang istri Ririn Fatmala Santi (24) yang memiliki seorang putra bernama Moh Ashabul Kafi yang masih berusia 6 tahun dan mengalami keterbatasan fisik. Ia terbaring lemas tak bisa duduk dan berdiri karena penyakit gizi buruk yang dideritanya.

Dua orang lainnya yang juga tinggal di rumah itu adalah anak nenek Zainab yang kedua dan seorang cucunya, yang masih sekolah.

nenek zainab bNenek Zainab menemani cucunya Moh Ashabul Kafi, yang sedang sakit terbaring lemas.

Gedek Anyaman bambu itu tak menutupi secara rapat pada dinding gubuk itu. Anyaman bambu dan seng hanya menutupi sebagian rumah mereka yang tanpa kamar. Untuk memasakpun mereka harus menggunakan kayu bakar tanpa dilengkapi ruang memasak atau dapur, mereka terpaksa memasak di luar di belakang rumah. Belum lagi urusan MCK (mandi cuci kakus), suda pasti dilakukan di luar.

Nenek Zainab menceritakan kehidupannya saat ini dan sebelumnya. Di Dusun yang sama, sebelumnya keluarga itu memiliki rumah lumayan besar. Namun, karena harus memenuhi kebutuhan hidup dan tanggungan, rumah miliknya akhirnya dijual, untuk kebutuhan dan membayar utang. Selain itu untuk kebutuan biaya sekolah cucunya.

“Dulu saya punya rumah yang layak dihuni beberapa orang. Karena harus memenuhi kebutuhan hidup, akhirnya dijual dan kami pindah ke ruah yang saat ini, tanah inipun milik pengairan,” cerita nenek Zainab, sembari meneteskan air matanya, Senin (7/6/2021).

Meski serba kekurangan, Mereka tetap semangat dengan hidup yang dijalaninya saat ini. Yang menjadi beban, sekeluarga itu harus merawat Moh Ashabul Kafi, yang masih berusia enak tahun itu. Mereka mengiginkan Kafi, sembuh dari penyakit yang dideritanya.

nenek zainab cKondisi dalam rumah atau gubuk bambu yang dihuni enam orang sekeluarga. 

“Kami pasrahkan kepada Tuhan. Anak saya yang pertama kerja sebagai pemulung untuk menghidupi putranya yang terbaring lemas ini. Sedangkan saya juga nyambi berjualan sayur dan gorengan. Saya tak tega melihat cucu saya sakit seperti ini,” keluhnya.

Jika malam hari kata nenek Zainab, ia dan anak-anaknya beserta cucunya tidak bisa tidur nyenyak. Rumah yang dihuninya diterpa angin karena dinding dari anyaman bambu itu tak menutupi menyeluruh. Apalagi cucunya yang sedang sakit dan menderita gizi buruk, ia harus menerima dinginnya angin malam yang berhembus. “Alhamdulillah, banyak warga yang masih peduli yang datang ke sini memberikan bantuan. Saya berharap kepada pemerintah agar juga memperhatikan keadaan kami yang hidup di atas tanah pengairan dan tinggal di dalam gubuk bambu,” ucap Zainab.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES