Setengah Abad Jadi Pencacah Empon-Empon, Pria Asal Madiun Ini Hanya Berbekal Pisau Dapur
TIMESINDONESIA, MADIUN – Empon-empon digunakan sebagai bahan dasar jamu tradisional. Sardi pria asal Dusun Mundu, Desa/Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun menekuni pekerjaan sebagai pencacah empon-empon sejak 50 tahun lalu.
"Jualnya bentuk irisan seperti ini. Ada yang basah dan kering," ujar Sardi saat ditemui di rumahnya, Sabtu (5/6/2021).
Lelaki kelahiran 1937 tersebut mengaku, permintaan empon-empon meningkat selama pandemi Covid-19. Namun Sardi mengaku tidak dapat berproduksi maksimal karena keterbatasan alat.
"Selama ini mencacah pakai pisau dapur. Jadi hasilnya tidak bisa banyak," jelas Sardi.
Dia mengaku sudah pernah mengajukan bantuan peralatan pencacah empon-empon lewat pemerintah desa setempat. Sayangnya permintaan itu belum direspons hingga kini.
"Saya ingat dulu pernah mengajukan. Tapi ya begitu, tidak ada tindak lanjut," ujar Sardi.
Bahan empon-empon yang dijual Sardi sebagian besar dari hasil tanamannya sendiri. Dia memiliki tiga perempat hektare lahan yang ditanami empon-empon jenis temulawak, temu ireng dan kunyit.
Untuk temulawak dan temuireng basah Sardi menjual dengan harga Rp2 ribu per kilogram dan kering Rp6 ribu per kilogram. Sedangkan kunyit dijual Rp4 ribu dalam kondisi basah dan kering Rp12 ribu per kilogram.
"Empon-empon dijual di sekitaran Madiun saja," kata Sardi.
Sardi berharap para pelaku usaha kecil seperti dirinya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Selain itu anak-anak muda di desanya bisa diberdayakan untuk mengolah empon-empon. Mengingat Kabupaten Madiun memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |