Gaya Hidup

Lewat Seni, Marginal Art Community Malang Ingatkan Bahaya Styrofoam Bagi Lingkungan

Sabtu, 05 Juni 2021 - 15:09 | 71.10k
Seorang pengunjung pameran mengamati satu karya seni yang mengangkat isu sampah. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)2. Terlihat dari depan, pintu masuk DKM yang dipenuhi dengan limbah Styrofoam. (Foto: Rizky Kurniwan Pratama/TIMES Indonesia)
Seorang pengunjung pameran mengamati satu karya seni yang mengangkat isu sampah. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)2. Terlihat dari depan, pintu masuk DKM yang dipenuhi dengan limbah Styrofoam. (Foto: Rizky Kurniwan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Sampah, khususnya arorganik seperti plastik dan styrofoam yang tidak diolah dengan benar akan memunculkan permasalahan dan dampak besar bagi lingkungan. Mengingatkan masalah sampah dan lingkungan, para seniman di Malang menggelar pameran seni Marginal Art Community. Pameran ini ingin mengingatkan manusia tentang betapa bahayanya sampah styrofoam yang bisa merusak bumi.

"Kita semua sangat perduli dengan lingkungan. Apalagi sampah-sampah seperti plastik dan styrofoam ini merupakan produk manusia. Kalau kita tidak mengingatkan, lama-lama bumi bisa lenyap beserta habitatnya dan juga kita (manusia)," ujar anggota Marginal Art Community yang juga pengelola Semeru Art Galery, Dandung Prasetyo kepada TIMES Indonesia, Sabtu (5/6/2021).

Acara plastik #3 yang digelar di Dewan Kesenian Malang (DKM) ini telah menelurkan berbagai hasil karya yang cukup menggelitik bagi para pengunjungnya maupun masyarakat luar. Berbagai medium mulai plastik hingga styrofoam pun disulap sedemikian rupa menjadi karya seni yang bernilai tinggi. Terlihat dipintu masuk DKM pun ratusan styrofoam dipasang menyerupai karya seni yang sangat menggelitik.

Hal itu dimaksudkan agar masyarakat bisa sadar, seberapa rusak dan bahayanya jika styrofoam dibuang begitu saja.

Limbah SteroformTerlihat dari depan, pintu masuk DKM yang dipenuhi dengan limbah Styrofoam. (Foto: Rizky Kurniwan Pratama/TIMES Indonesia)

"Sekarang kan masyarakat apa-apa beli makanan pakai styrofoam. Beli apa saja bungkusnya pasti styrofoam. Nah itu setelah kalian pakai, styrofoam itu mau diapakan. Bukannya menggurui, cuma kita mengingatkan, mau kami apain (styrofoam). Itu yang menggangu para seniman disini," ungkapnya.

Menurut penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pada tahun 2018 di 18 Kota di Indonesia terdapat sekitar 0,27 ton hingga 0,59 ton sampah yang masuk di laut Indonesia, termasuk sampah styrofoam.

"Kalau dibiarkan terus menerus. Pengaruh itu tidak akan berhenti. Jadi apa yang kami bisa melalui karya seni ini, harapannya bisa mendorong dan mengingatkan masyarakat tentang pengaruh styrofoam dan dampaknya sendiri sudah terlihat jelas," katanya.

Dandung Prasetyo mengatakan, harus ada edukasi agar permasalahan ini bisa diatasi mengingat styrofoam memiliki berbagai kandungan berbahaya dan sulit terurai.

"Seni kita bergerak kepada kehidupan yang lebih baik. Melalui pameran plastik #3 yang menitik beratkan kepada limbah styrofoam. Ingin mengembalikan dasarnya. Bagaimana kekuatan alam yang harusnya mendominasi, bukan kekuatan manusia," ucapnya.

Sebagai informasi, gelaran pameran seni ini telah dilakukan sebanyak tiga kali yang tetap menitik beratkan terhadap permasalahan sampah. Mulai dari pameran tas kresek, botol-botol plastik dan yang ketiga, yakni styrofoam. "Jangan sampai sampah menguasai diseluruh permukaan bumi tanpa terkendali. Bumi akan menangis dan merintih," tandas Dandung Prasetyo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES