Pendidikan

Dosen Unusa: Pemberian MPASI yang Tepat Bisa Cegah Stunting

Jumat, 04 Juni 2021 - 17:37 | 25.04k
Ilustrasi - Pemberian MPASI pada Bayi (Foto: Thinkstockphotos)
Ilustrasi - Pemberian MPASI pada Bayi (Foto: Thinkstockphotos)

TIMESINDONESIA, SURABAYAStunting jasi salah satu masalahan penting di Jawa Timur. Permasalahan gizi kronis ini ditandai dengan badan yang tidak sesuai dengan usianya. Dosen Kebidanan dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nadhlatul Ulama Surabaya (Unusa), Lailatul Khusnul Rizki, SST., MPH. menilai masalah stunting bisa diatasi dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat.

Lailatul menjelaskan prosedur pemberian MPASI yang kurang tepat dapat menyebabkan pemenuhan nutrisi dan zat gizi pada balita tidak mencukupi secara kualitas. Dengan kondisi ini, sebanyak 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia yang menderita stunting karena gizi buruk sekitar 35,6 persen.

“Angka tersebut terbilang tinggi dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah balita penderita stunting terbanyak kelima di dunia. Karena kondisi itu juga, WHO menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk,” ungkap Lailatul, Jumat (4/6/2021).

Wanita yang akrab disapa Riris ini menjelaskan bahwasanya stunting bisa dicegah dengan memberikan asupan gizi yang baik kepada anak diseribu hari pertama dalam kehidupan mereka, yakni dari dalam kandungan hingga usia dua tahun. Salah satunya dengan cara memberikan MPASI melalui cara yang tepat sesuai dengan standar yang dibuat oleh WHO dan IDAI.

Lailatul Khusnul RizkiPotret dosen FKK Unusa Lailatul Khusnul Rizki, SST., MPH (Sumber: Humas Unusa)

“Pemberian MPASI dapat memperhatikan beberapa poin penting yang menjadi strategi jitu dalam mencegah terjadinya stunting,” kata Riris.

MPASI diberikan pada usia yang tepat, yaitu ketika ASI saja tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. IDAI dan WHO merekomendasikan pemberian mpasi selambat-lambatnya pada usia 6 bulan.

“Namun pada kondisi tertentu, misalnya kenaikan berat badan (BB) yang kurang baik, anak dapat mulai diberikan MPASI setelah dievaluasi penyebabnya dan setelah kesiapan makannya dinilai oleh dokter,” jelasnya.

Menu MPASI yang diberikan kepada anak, disarankan mengandung kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi lagi oleh ASI, terutama jumlah energi, protein, zat besi, dan zinc. Tidak ada satu jenis makanan yang dapat memenuhi semuanya sekaligus.

Riris menambahkan, dalam pemberian MPASI hendaknya yang bervariasi dan mencukupi sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, serta mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral. Menu seperti ini dikenal dengan menu lengkap.

“Kenalkan buah dan sayur dalam jumlah kecil dengan memerhatikan asupan dan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak pada mapasi serta berikan anak menu makanan rumahan,” ungkapnya.

Wanita berusia 30 tahun ini juga menilai bahwa kebersihan tangan, bahan, dan peralatan MPASI selama proses persiapan, pembuatan, penyimpanan, dan penyajian perlu diperhatikan. Pisahkan telenan untuk memotong bahan makanan mentah dan bahan makanan matang.

“Cucilah tangan sebelum mempersiapkan mpasi dan sebelum menyuapi anak,” ungkapnya.

Walaupun diberikan dengan cara yang responsif, imbuh dosen Unusa ini, pemberian MPASI tetap perlu jadwal yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya, dengan waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES