Olahraga

Olimpiade Tokyo 2020 Diyakini 100% Berjalan

Kamis, 03 Juni 2021 - 20:58 | 31.78k
Presiden Olimpiade Tokyo 2020, Seiko Hashimoto dan para atlet dari luar negeri yang mulai berdatangan. (Foto: screenshot BBC)
Presiden Olimpiade Tokyo 2020, Seiko Hashimoto dan para atlet dari luar negeri yang mulai berdatangan. (Foto: screenshot BBC)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Meskipun Jepang sedang menghadapi gelombang keempat kasus virus corona, namun Presiden Olimpiade Tokyo 2020,  Seiko Hashimoto yakin 100% Olimpiade tetap berjalan.

Tetapi ia memperingatkan Olimpiade harus siap untuk dilanjutkan tanpa penonton jika terjadi wabah virus corona. Tinggal 50 hari lagi perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 dimulai.

Seiko Hashimoto b

Dilansir BBC, Jepang sendiri kini sedang menangani gelombang keempat kasus virus corona dengan 10 wilayah negara itu dalam keadaan darurat.

Hashimoto mengatakan kepada BBC Sport bahwa ia percaya kemungkinan perhelatan Olimpiade berlangsung 100%. "Bahwa kami akan melakukan ini," katanya.

"Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita akan memiliki pertandingan yang lebih aman dan terjamin," tambahnya.

Orang-orang Jepang merasa sangat tidak aman dan pada saat yang sama mungkin merasa frustrasi berbicara tentang Olimpiade. "Dan saya pikir itu menimbulkan lebih banyak suara yang menentang penyelenggaraan Olimpiade di Tokyo," ujarnya.

"Tantangan terbesarnya adalah bagaimana kita bisa mengontrol dan mengatur arus orang. Jika wabah terjadi selama Olimpiade yang berarti krisis atau situasi darurat, maka saya yakin kita harus siap untuk menggelar Olimpiade ini tanpa penonton," katanya.

"Kami berusaha menciptakan situasi gelembung selengkap mungkin sehingga kami dapat menciptakan ruang yang aman dan terjamin bagi orang-orang yang datang dari luar negeri serta orang-orang yang berada di Jepang, penduduk dan warga negara Jepang," tambahnya.

Olimpiade Tokyo 2020 ini ditunda satu tahun karena pandemi Covid-19. Tidak ada penggemar internasional yang diizinkan musim panas ini hadir di Olimpiade atau Paralimpiade, yang akan dimulai pada 24 Agustus.

Gelombang infeksi baru dimulai pada April di Jepang, di mana beberapa daerah menghadapi pembatasan hingga 20 Juni.

Negara ini mulai memvaksinasi penduduknya pada bulan Februari, lebih lambat dari kebanyakan negara maju lainnya,  dan sejauh ini baru sekitar 3% orang yang telah divaksinasi lengkap.

Seiko Hashimoto c

Hashimoto mengatakan itu adalah keputusan yang sangat menyakitkan untuk tidak menghadirkan penonton dari luar negeri. Tetapi itu perlu untuk memastikan pertandingan yang aman dan terjamin.

"Bagi banyak atlet, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup mereka dapat bersaing di Olimpiade. Tidak dapat memiliki anggota keluarga dan teman yang telah mendukung mereka selama ini pasti merupakan hal yang sangat menyakitkan dan itu menyebabkan saya juga sakit," katanya.

Tentang kemungkinan beberapa negara dilarang berpergian, Hashimoto menambahkan. "Siapa yang bisa datang ke Jepang adalah sesuatu yang akan diputuskan oleh pemerintah Jepang," 

"Jika suatu negara tidak dapat datang ke Jepang karena tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan pemerintah, saya pikir itu adalah sesuatu yang harus kita dengarkan apa yang IOC dan IPC rasakan tentang itu," ujarnya.

Hashimoto ditunjuk sebagai Presiden Olimpiade Tokyo 2020 pada Februari setelah pendahulunya Yoshiro Mori berhenti karena komentar seksis yang dia buat. Mantan menteri Olimpiade itu sendiri adalah atlet Olimpiade tujuh kali, setelah berkompetisi sebagai pengendara sepeda dan skater cepat.

"Para atlet harus berpikir 'walaupun kami berusaha keras untuk mempersiapkan Olimpiade Tokyo 2020 bagaimana jika pertandingan itu tidak terjadi, apa yang terjadi dengan semua upaya itu dan semua pengalaman seumur hidup dan semua yang telah kami masukkan ke dalamnya?,"kata Seiko Hashimoto.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES