Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pada Zaman Serba Hoaks Hati-Hati dalam Penggunaan Awalan “Di-“ dan Kata Depan “Di”

Kamis, 03 Juni 2021 - 08:08 | 50.60k
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pada zaman keberlimpahan ini, atau zaman digital, informasi bergerak begitu cepatnya. Hanya butuh waktu sekian detik untuk menyebarkan informasi yang terjadi di berbagai daerah dan bahkan berbagai belahan dunia. Cepatnya penyebaran informasi tersebut rata-rata melalui platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Penulisnya terkadang adalah seorang wartawan di media daring dan juga masyarakat umum yang menyaksikan kejadian tersebut.

Seperti yang kita ketahui, zaman ini merupakan zaman yang sangat marak terjadi penyebaran berita hoaks dan provokasi. Oknum tertentu memanfaatkan fenomena tersebut untuk sekadar iseng atau bahkan sengaja memecah belah persatuan dan kesatuan suatu bangsa. Dengan demikian sangat penting untuk berhati-hati dalam menuliskan sesuatu. Apalagi berdasarkan sumber Word’s Most Literate Nations Ranked, Indonesia memiliki literasi yang rendah. Sementara itu, dari jumlah pengguna media sosial, Indonesia mempunyai peringkat pengguna sosial yang tinggi.  Hal itu berkaitan dengan fenomena bahwa hanya melalui sebuah headline judul suatu informasi atau berita banyak pengguna media sosial di Indonesia sudah terpancing emosi, tanpa membaca seluruh tulisan yang diunggah tersebut terlebih dahulu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Setelah menjelajah media sosial, ternyata ada beberapa aturan penulisan yang entah disengaja atau tidak dipelesetkan oleh penulisnya dan membuat pembacanya terprovokasi. Di kolom komentar banyak warganet yang marah dengan hanya membaca judul berita atau informasi tersebut, seperti contoh ada judul informasi “Pemudik diCekik kisruh dengan aparat”. Judul informasi itu sangat berbahaya karena terkesan dapat diartikan bahwa aparat melakukan tindakan pencekikan kepada pemudik. Padahal di dalamnya menunjukkan adanya informasi terjadi kisruh antara pemudik dan aparat di sebuah daerah wilayah Bali yang bernama Cekik, seperti sejajar dengan kata di Surabaya, di Jakarta, di Malang, dll. Inti dari kata tersebut adalah menunjukkan lokasi. Akan tetapi, karena aturan penulisan yang salah maka dapat disalah artikan, yakni menunjukkan kata kerja pasif yang sejajar dengan kata dipukul, ditendang, dilempar, dll.

Selain itu, ada juga informasi yang sepertinya bernada gurauan. Akan tetapi, ada saja warganet yang terprovokasi oleh informasi tersebut. Contoh ada yang menuliskan di sebuah grub media sosial “Anda terlalu ribut dengan urusan mudik, sehingga Anda tidak tahu Ibu Kota Banten diSerang”. Informasi itu ternyata membuat sebagian warganet menanggapi dengan amarah. Mereka mengira ada serangan yang terjadi di Ibu Kota Provinsi Banten. Padahal dalam tulisan itu makna yang dimaksudkan ada sebuah guyonan bahwa penulis ingin memberitahukan ibu kota Provinsi Banten adalah Serang, meskipun secara tatanan kebahasaan, kalimat tersebut kurang tepat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Berdasarkan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ada perbedaan aturan penggunaan “di-“ sebagai awalan dan “di” sebagai kata depan. Meskipun banyak yang menganggap hal ini merupakan hal sepele, tetapi banyak masyarakat, baik yang masih kecil maupun sudah dewasa, masih salah dalam menuliskan kata-kata tersebut. Harus diketahui “di-” sebagai awalan ditulis gabung dengan kata yang mengikutinya. Makna kata tersebut adalah perbuatan atau tindakan dalam bentuk pasif. Sementara itu “di” sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Kata itu berarti posisi atau lokasi yang menunjukkan tempat. Dengan demikian tentu kedua kata tersebut sangat berbeda artinya. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan kedua tulisan tersebut pun dapat dilihat dari penulisan judul. Sebagai awalan, “di” dalam judul buku, berita, artikel, akan ditulis dengan huruf kapital. Sementara itu, sebagai kata depan, “di” akan ditulis dengan huruf kecil. Hal yang dianggap sepele oleh banyak orang ini ternyata juga dapat berbahaya bagi ketentraman suatu bangsa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES