Kopi TIMES

Era Disrupsi, Peran Orang Tua, dan Pembentukan Karakter Anak

Kamis, 03 Juni 2021 - 00:47 | 126.33k
Apri Wardana Ritonga, S. Pd; Guru Thursina International Islamic Boarding School Malang.
Apri Wardana Ritonga, S. Pd; Guru Thursina International Islamic Boarding School Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Tahun 2021 dikenal dengan istilah disrupsi. sebuah era terjadinya inovasi besar besaran secara fundamental yang mengubah semua sistem dan tatanan kehidupan yang ada ke cara-cara baru. Akibatnya, orang yang masih mengadopsi cara dan sistem lama akan kalah bersaing.

Era sekarang juga disebut masa persiapan menghadapi pola hidup yang lebih kompleks abad ke-21, dimana kepribadian seseorang menentukan ketahanan hidupnya abad ke-21. Selain itu, abad 21 membawa manusia hidup berdampingan dengan teknologi yang sekarang menjadi kebutuhan setiap orang di berbagai profesi.

Akibat perkembangan teknologi, ditambah lagi setelah merambat ke dunia pendidikan, diperlukan perubahan kurikulum yang menekankan kepada kemampuan berfikir kritis dan problem sholving, kratif, kompetitif, komunikatif dan kolaboratif. Pada saat yang sama, perhatian terhadap permasalahan-permasalahan karakter siswa juga harus dilakukan, mengingat banyaknya kasus siswa yang membuat kita menggelengkan kepala. 

Berbagai kasus seperti tawuran remaja antar sekolah, ciber bulliying, tindakan kriminal, prilaku anak yang tidak hormat kepada orang tua dan guru, hilangnya sikap jujur, hilangnya rasa tanggung jawab, aksi bunuh diri, penggunaan obat-obat terlarang, hamil di luar nikah dan sebagainya.

Kejadian memilukan dan memalukan di atas tentu tidak bisa kita limpahkan kepada sekolah sebagai garda depan yang paling bertanggung jawab, karena kita juga patut mempertanyakan peran dan fungsi orang tua sebagai pendidikan pertama bagi anak. 

Tulisan ini tidak ingin memperpanjang perdebatan antara orang tua dan sekolah terhadap peran pembentukan karakter anak. Tetapi ingin meluruskan kembali asumsi sebagian orang tua yang berspekulasi bahwa pendidikan, prestasi belajar dan karakter anak menjadi tanggung jawab sekolah setelah orang tua membayarkan biaya pendidikan anaknya.

Melalui tulisan ini diharapkan adanya kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua terhadap pembentukan karakter anak sebagai aset berharga negara. Guru dan seluruh stakeholder sekolah berperan mengisi intelektual anak sekaligus menjadi uswah selama berada di sekolah, sedangkan orang tua menjadi role model bagi anak selama berada di rumah.

Kesibukan dalam pekerjaan terkadang menjadi alasan orang tua tidak bisa secara intens memberi perhatian bagi anak. Lelah dengan pekerjaan terkadang bisa membuat orang tua tak sempat menghiraukan anaknya. Faktor pekerjaan pula yang membuat orang tua jauh dari anaknya. Cuitan di atas tidak bisa dijadikan dalil penguat untuk melepaskan tanggung jawab orang tua kepada anak. Karena tidak ada orang yang paling bertanggung jawab kepada anak selain orang tua, baik selama hidup di dunia sampai kehidupan akhirat kelak.

Banyak penelitian mengungkapkan faktor kesibukan orang tua menjadi penyebab broken home bagi anak. Pada akhirnya anak masuk kepada lingkungan yang menjerumuskannya kepada kebathilan. Kajian Nadha Alun Pratita (2016) mengungkapkan bahwa semakin tinggi kesibukan orang tua maka semakin rendah perkembangan moral anak. Senada dengan pendapat di atas, Khusnul Khotimah (2020) mengatakan kesibukan orang tua akan menurunkan akhlak anak karena kurangnya perhatian kepada anak. Padahal orang tua adalah sekolah pertama bagi anak yang mengajarkan pentingnya pendidikan karakter (Hartono 2020).

Anak yang memiliki karakter kuat menjadi modal besar bagi bangsa Indonesia menghadapi persaingan global yang semakin ketat (Sultoni, Gunawan and Argadinata 2020). Kesungguhan orang tua dalam memberikan atas perkembangan anak menghantarkan anak menjadi orang yang sukses (Hulukati 2015).

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling penting bagi perkembangan pendidikan karakter anak. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas dalam mendidik anak, namun peran keluarga masih sangat penting. Karena kondisi keluarga yang pertama kali menentukan karakter anak, menjadi alasan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak yang berkarakter. Jika keluarga baik, maka karakter anak cenderung baik dan begitu pula sebaliknya.

Sejak awal, tujuan pendidikan ialah membentuk karakter anak yaitu menumbuhkan rasa percaya diri, peduli kepada sesama, bertanggung jawab dan melayani masyarakat sebagai warga negara yang beretika. Pendidikan karakter adalah puncak ketuntasan belajar seluruh mata pelajaran di sekolah. Siswa berprestasi dalam akademik maupun non akademik, namun tidak memiliki etika dan karakter yang baik, maka tidak bernilai apa pun. Karena tipe anak yang seperti ini hanya akan mengedepankan ego dan mengabaikan perasaan orang disekelilingnya.

United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengusung empat pilar pendidiikan yang menjadi qiblat pendidikan seluruh dunia termasuk Indonesia. Keempat pilar itu berbunyi, learning to know (belajar untuk menguasai), learning to do (belajar untuk mengimplementasikan), learning to be (belajar untuk menjadi) dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama).

 Empat pilar pendidikan di atas, baru sekedar mengisi ruang kognitif dan psikomorik anak belum menyentuh aspek afektif atau sikap. Karenanya, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memuat pendidikan karakter dalam tujuan pendidikan nasional yang termaktub pada UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

Hampir semua nilai pendidikan karakter menopang keterampilan hidup abad ke-21 yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja. Contohnya sikap peduli kepada lingkungan sekitar berhubungan dengan keterampilan berfikir krtitis dan problem sholving, sikap kecerdasan sosial dan kerjasama berhubungan dengan keterampilan kerjasama tim, sikap santun dan lemah lembut berhubungan dengan keterampilan komunikasi, sikap kasih sayang dan tanggung jawab berhubungan dengan keterampilan kepemimpinan. 

Poin-poin penting pendidikan karakter di atas, tidak akan tertanam baik dalam kepribadian anak bila tidak mendapat bimbingan langsung dari orang tua. Sehingga peran orang tua dipandang begitu besar untuk mengarahkan anaknya menuju gerbang kesuksesan hidup abad ke-21 yang kehadirannya sudah diambang pintu.

Dalam tulisan ini,  penulis menegaskan kepada para orang tua, bahwa di era disrupsi ini, belum terlambat untuk memanfaatkan kesempatan besar itu. Lakukan peranmu sebagai orang tua, karena usahamu sekarang akan menjadi penentu jenis komunitas dan masyarakat yang dimiliki Indonesia pada masa mendatang.

***

*)Oleh: Apri Wardana Ritonga, S. Pd; Guru Thursina International Islmaic Boarding School Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES