Peristiwa Internasional

Seorang Pria di China Jadi Manusia Pertama Terinfeksi Flu Burung Langka

Rabu, 02 Juni 2021 - 15:32 | 46.35k
H7N9 telah menginfeksi 1.668 orang dan membunuh 616 sejak 2013, menurut FAO. (FOTO:Al Jazeera/AFP)
H7N9 telah menginfeksi 1.668 orang dan membunuh 616 sejak 2013, menurut FAO. (FOTO:Al Jazeera/AFP)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Seorang pria berusia 41 tahun warga kota Zhenjiang, provinsi Timur China, Jiangsu terkonfirmasi sebagai manusia pertama yang terinfeksi flu burung langka yang dikenal sebagai H10N3.

Ia dirawat di rumah sakit pada 28 April 2021 dan terdiagnosis dengan H10N3 pada 28 Mei 2021. Komisi Kesehatan Nasional Beijing (NHC) menyatakan, ini kasus manusia pertama yang terinfeksi H10N3.

Namun Komisi Kesehatan Nasional Beijing, seperti dilansir di Al Jazeera, tidak memberikan rincian tentang bagaimana pria itu terinfeksi.

Banyak jenis flu burung yang berbeda mencuat di China dan beberapa kadang-kadang menginfeksi orang yang biasanya bekerja dengan unggas. Tidak ada indikasi bahwa H10N3 bisa menyebar dengan mudah pada manusia.

Kondisi pria itu sekarang stabil dan siap untuk dipulangkan. "Investigasi terhadap kontak dekatnya tidak menemukan kasus lain," kata NHC.

"Tidak ada kasus lain infeksi H10N3 pada manusia yang dilaporkan secara global," tambahnya.

H10N3 adalah patogen rendah, yang berarti menyebabkan penyakit yang relatif lebih ringan pada unggas dan tidak mungkin menyebabkan wabah skala besar, NHC menambahkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam sebuah balasan kepada kantor berita Reuters di Jenewa, mengatakan, dumber paparan pasien terhadap virus H10N3 tidak diketahui saat ini dan tidak ada kasus lain yang ditemukan dalam pengawasan darurat di antara populasi penduduk setempat. 

"Saat ini, tidak ada indikasi penularan dari manusia ke manusia," katanya.

"Selama virus flu burung beredar di unggas, infeksi sporadis flu burung pada manusia tidak mengejutkan, yang merupakan pengingat nyata bahwa ancaman pandemi influenza terus berlanjut," tambah WHO.

Strain ini "bukan virus yang sangat umum,"  kata Koordinator laboratorium regional dari Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di kantor regional untuk Asia dan Pasifik, Filip Claes.

Hanya sekitar 160 isolat virus yang dilaporkan dalam 40 tahun hingga 2018. Sebagian besar pada burung liar atau unggas air di Asia dan beberapa bagian terbatas Amerika Utara. "Sejauh ini tidak ada yang terdeteksi pada ayam," tambahnya.

"Menganalisis data genetik virus akan diperlukan untuk menentukan apakah itu menyerupai virus yang lebih tua atau apakah itu campuran baru dari virus yang berbeda," kata Claes.

Epidemi flu burung manusia terakhir di China terjadi pada akhir 2016 dan berlanjut hingga 2017 dengan virus H7N9.

Menurut FAO PBB, H7N9 telah menginfeksi 1.668 orang dan membunuh 616 orang sejak 2013.

Menyusul wabah flu burung baru-baru ini di Afrika dan Eurasia, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pekan lalu mendesak pengawasan yang lebih ketat di peternakan unggas, pasar, dan burung liar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Widodo Irianto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES