Wisata

Produksi Tahu Tamanan Bondowoso Tetap Bertahan di Tengah Pandemi

Rabu, 02 Juni 2021 - 13:33 | 151.14k
Proses pemotongan tahu. Pemotongan disesuaikan dengan ukuran yang sudah ditentukan. Setelah itu langsung digoreng, dikemas dan dipasarkan (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Proses pemotongan tahu. Pemotongan disesuaikan dengan ukuran yang sudah ditentukan. Setelah itu langsung digoreng, dikemas dan dipasarkan (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Berkunjung ke Kacamatan Tamanan, Bondowoso, tidak sah jika tak mencicipi dan pulang tanpa membawa oleh-oleh Tahu Tamanan Bondowoso. Produk kuliner yang satu ini cukup jadi favorit, khususnya bagi warga di Bumi Ki Ronggo. 

Tak jauh beda dengan tahu pada umumnya. Namun Tahu Tamanan tidak lembek alias agak krispi. Bahkan bisa menjadi camilan.

Bagi warga setempat, Tahu Tamanan menjadi hidangan wajib saat ada tamu. Selain disajikan dengan petis dan cabe, tahu juga ditaburi garam dan rasanya pun khas.

Sentra pembuatan Tahu Tananaman ini ada di sebuah dusun di Desa Kalianyar. Informasi dihimpun, total ada sekitar 35 produsen di sana. Bahkan pedukuhan tersebut diberi nama Dusun Tahuan.

Ernadi (56), salah seorang pemilik produksi Tahu Tamanan menjelaskan, bahwa produksinya tak jauh beda dengan tahu pada umumnya. Hanya saja prosesnya betul-betul di perhatikan.

Meskipun kategorinya industri rumahan, pihkanya bisa menghabiskan 75 hingga 100 kilogram setiap hari.

"Kami menggunakan kedelai impor dan lokal. Kalau impor lebih bagus hasilnya," katanya saat dikonfirmasi di sela-sela mengarahkan karyawannya.

Proses-pemotongan-tahu-2.jpg

Sementara untuk harga kedelai Rp 11 ribu per kilogram. Ia membelinya dari pengepul. "Di Tamanan ini ada sekitar empat pengepul," katanya.

Mula-mula kedelai direndam dalam drum saat malam hari. Untuk kedelai impor diredam selama 5 jam. Sementara kalau lokal 7-8 jam. 

"Kalau impor tidak bisa lama-lama. Kalau lama bisa hancur. Kalau yang impor hasilnya lebih bagus," jelasnya.

Kemudian selanjutnya dibilas menggunakan air, baru digiling. Proses penggilingan dalam satu jam bisa menghabiskan 7,5 kilogram. 

"Kemudian direbus sampai mendidih. Setelah itu diberikan cuka dan diaduk hingga merata. Kemudian cuka btersebut diperas lagi mengunakan kain," paparnya. 

Baru kemudian proses pengendapan, hanya butuh kurang lebih 5 menit. Pengendapan ini ditaruh di atas papan. Di atasnya ditindih menggunakan batu, untuk mengurangi sisa air sehingga tahu cepat padat.

"Setelah diendapkan jadilah tahu. Kemudian kita potong sebelum akhirnya digoreng dan dijual. Tak ada bahan lain, kecuali cuka tadi," jelasnya.

Setiap 50 kilogram kedelai bisa memperoleh 20 papan tahu. Sementara kalau pemesanan ramai pihaknya bisa memproduksi 25-30 papan.

Dalam sehari ia bisa menjual 200 sampai 300 bungkus tahu siap konsumsi, dengan harga Rp 5 ribu per bungkus.

Sebelum pandemi ia mengaku bisa menghabiskan 1 kuintal kedelai. Tetapi semenjak pandemi Covid-19 menurun besar 50 persen, atau  hanya 50 kilogram. 

"Tetapi Alhamdulillah sekarang mulai bangkit ketimbang awal pandemi. Penjualan tahu masih tetap 200-300 bungkus," akunya.

Penjualan Tahu Tamanan ini juga sudah mencapai Jember, dibeli tengkulak juga untuk dijual lagi. "Saya jual sampai Kalisat Jember," imbuhnya.

Pihknya mulai memproduksi tahu sejak Tahun 2000 lalu. Usahanya itu membuka lapangan pekerjaan bagi warga lain. "Kini sudah punya empat karyawan sama yang goreng. Upah mereka dibayar setiap hari," terangnya.

Selain untuk dimakan langsung, Tahu Tamanan Bondowoso, bisa dibuat berbagai jenis olahan. Misalnya pentol tahu, tahu walik, dan berbagai kuliner ringan lainnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES