Kopi TIMES

Kritik Komisaris Telkom, “Co-Branding” Tingkatkan Ekuitas Telkom-Slank

Selasa, 01 Juni 2021 - 11:24 | 59.95k
Rachmat Kriyantono, PhD, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Rachmat Kriyantono, PhD, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia medsos sedang ramai kritikan terhadap pengangkatan Abdee, gitaris grup band Slank, sebagai Komisaris Independen Telkom. Kritikan tersebut mencakup dua hal, yakni meragukan kemampuan seorang gitaris sebagai komisaris dan fenomena “bagi-bagi kuasa atau politik balas jasa”.

Punya Kemampuan Komisaris?

Tidak bisa disangkal, figur Abdee menjadi sasaran kritik, terutama dari para oposisi pemerintahan Presiden Jokowi. Padahal, Abdee hanya komisaris independen yang di bawah koordinasi Komisaris Utama yang baru, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, seorang ekonom. Selain itu, juga ada sejumlah anggota komisaris lain yang baru diangkat, yakni Rizal Mallarangeng dan Arya Sinullinggga serta komisaris independen, Bono daru Adji. Nama-nama ini sebenarnya tidak murni berangkat dari seorang ekonom seperti Bambang Brodjonegoro.

Mengapa Abdee menjadi objek kritik? Karena Abdee yang paling memiliki ekuitas merk di antara semua nama itu dan ekuitas merk-nya dianggap “tidak berbau” ekonomi. Dalam perspektif komunikasi, Abdee memang lebih memiliki personal brand (personal image) sebagai gitaris/artis. Hal ini wajar karena sering tampil di media massa sejak 2007 dalam konser-konser musik bersama Slank.

Aktivitas sebagai gitaris ini yang sering menjadi panggung depan (front-stage) Abdee dalam membangun impresi publik. Terpaan media massa, baik konvensional maupun digital, sangat ampuh membangun public awareness yang jika terakumulasi menjadi brand atau image tertentu. Bahkan saat bersinggungan dengan politik kekuasaan, saat menjadi tim sukses Capres Jokowi-Ma’ruf Amin, label sebagai gitaris Slank tetap mengemuka.

Sama seperti semua orang, Abdee juga mempunyai aktivitas lain, yang tidak pernah atau jarang terkomunikasikan secara luas. Inilah yang disebut panggung belakang (back-stage). Selain sebagai gitaris Slank, Abdee adalah Komisaris PT Sugih Reksa Indotama sejak tahun 2020 dan Komisaris PT Negara Sains Ekosistem sejak tahun 2021, Co-Founder dan Founder di PT Hijau Multi Kreatif, Maleo Music, dan Give.ID, produser grup band Seuries dan Pankillers, serta Co-Founder Importmusik.com, yakni perusahaan digital distribusi musik.

Saya kira, latar seperti itu bisa menjelaskan kemampuan Abdee sebagai komisaris. Tugas komisaris yang tertuang dalam UU no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, pasal 108, yakni melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan mauapun usaha perseroan dan memberi nasihay kepada direksi.

Politik Balas Jasa?

Politik bisa diartikan sebagai strategi meraih kekuasaan sebgai kendaraan mencapai tujuan. Adalah wajar, jika kendaraan ini mampu diraih maka pengisi alat-alat atau “onderdil” kendaraan adalah orang-orang yang dapat bekerja sama, memiliki visi dan misi yang sama, agar kendaraan bisa berjalan dan tidak oleng. Nah, agar kendaraan bisa berjalan dengan baik dan tidak oleng, faktor “bisa bekerja sama dan se-visi dan misi” ini harus direkatkan dengan faktor kapabilitas orang yang menjadi “onderdil” tersebut.

Jadi, politik balas jasa adalah keniscayaan. Yang penting adalah bagaimana komunikasi politik mampu menjelaskan kepada publik bahwa politik balas jasa ini telah direkatkan oleh faktor kapabilitas.

”Co-Branding” Telkomslank

Para pengkritik pun memunculkan istilah baru, yakni Telkomslank, sebagai plesetan Telkomsel, salah satu produk Telkom. Sebenarnya, Telkomslank yang viral di medsos ini memunculkan dampak positif bagi Telkom maupun Slank sendiri.

Fenomena ini bisa memunculkan semacam produk co-branding intangible. Memang bukan co-branding produk yang senyatanya, tetapi, Telkomslank ini bisa meningkatkan kesadaran merk yang positif pada Telkom dan Slank.

Masyarakat kita saya kira banyak yang sudah cerdas berpolitik. Masyarakat medsos banyak yang paham polarisasi perpolitikan pasca pilpres sehingga paham siapa yang berada dalam arus pengkritik ini. Karena itu, seiring berjalannya waktu dan gerusan isu-isu baru sebagai bagian dinamisasinya media digital kritik ini akan tergerus, dengan ekuitas merk yang tetap terjaga.

Personal brand/image dari Slank, sebagai grup yang memiliki semangat kebangsaan dan aktif membantu program nasional dan kemanusiaan (seperti anti narkoba dan penanggulangan Covid-19) menjadi faktor yang bisa mengatasi kritik, menjadikan Telkomslank sebagai “co-brand” positif untuk lebih membangun ekuitas merk bagi Telkom dan Slank.

Penunjukan Abdee sebagai komisaris independen dan munculnya istilah Telkomslank akan berdampak positif karena bisa menggabungkan dua merk yang sudah mapan, Telkom dan Slang, yang kebetulan dua merk ini bertemu pada produk yang disukai anak muda, yakni internet dan musik/hiburan.

Teori komunikasi pemasaran sudah membuktikan bahwa dua merek ekuitas tinggi dipasangkan menghasilkan evaluasi yang lebih positif untuk setiap merek yang bermitra, bukan sebelumnya.

Terlepas dari strategi politik balas jasa, pengangkatan Abdee tampaknya bermaksud menggali ruang-ruang kosong menghubungkan Telkom dengan kebutuhan sasaran anak-anak muda. Semacam ada upaya meningkatkan penetrasi Telkom ke segmen milenial dengan biaya relative murah melalui figur grup Slank. Tentu, kinerja komisaris perlu dibuktikan dalam waktu-waktu selanjutnya.

***

* Oleh: Rachmat Kriyantono, PhD adalah Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES