Kesehatan

Lazuardhi Dwipa: Imbau Lansia Konsumsi Makanan Tinggi Protein

Senin, 31 Mei 2021 - 10:07 | 63.55k
Dokter spesialis penyakit dalam, Lazuardhi Dwipa saat memaparkan materinya dalam sebuah Webinar di Jakarta (foto: Dokumen/Geriatri)
Dokter spesialis penyakit dalam, Lazuardhi Dwipa saat memaparkan materinya dalam sebuah Webinar di Jakarta (foto: Dokumen/Geriatri)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dokter spesialis penyakit dalam, Lazuardhi Dwipa mengatakan, lansia perlu mengonsumsi asupan protein di masa pandemi Covid-19 guna pemenuhan nutrisi. 

Menurut Lazuardhi, asupan nutrisi seperti kebutuhan kalori, protein, serat pangan untuk mencegah penurunan berat badan. Hal itu dapat mencegah infeksi, memperbaiki kerentanan, dan sarkopenia serta penurunan massa otot.

"Kebutuhan protein lansia lebih tinggi daripada orang yang dewasa lebih muda. Malah lansia dikurangi proteinnya, itu salah, sehingga akan terjadi penurunan, penyusutan massa dan kekuatan otot atau namanya sarkopenia," ujar Lazuardhi dalam webinar, Minggu (31/5/2021).

Wanita yang juga aktif sebagai konsultan di geriatri tersebut mengatakan bahwa, kebutuhan nutrisi bagi lansia bisa saja berbeda, ia pun menganjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Namun, secara umum lansia membutuhkan kalori harian 30 X berat badannya.

Pada kondisi sarkopenia, asupan protein sebesar 1,6 gram/hari bisa meningkatkan hipertofi otot yang diinduksi olahraga pada lansia. Sebuah penelitian menunjukkan, 1 gram protein/hari merupakan jumlah minimal untuk mempertahankan massa otot.

Staf pengajar di Universitas Padjajaran (UNPAD) itu, menjelaskan untuk karbohidrat dan lemak, perhitungan 70 persen : 30 persen. Jadi, seseorang yang memiliki berat badan 50 kg maka kebutuhan kalori totalnya 1500 kkal per hari, sementara proteinnya 50 gram/hari.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui Isi Piringku juga memandu asupan nutrisi, yakni membagi piring menjadi tiga bagian yakni setengah untuk sayuran dan buah. 

Kemudian seperempat karbohidrat seperti nasi atau kentang dan seperempat protein (hewani dan nabati dikombinasikan) mulai dari ayam, ikan, kacang-kacangan dan lainnya.

Agar lebih mudah, maka menu makan siang sekitar 700 kalori bisa terdiri dari makanan pokok misalnya nasi 3 centong atau 3 buah kentang ukuran sedang atau 1,5 gelas mi kering. 

Lauk pauk yang terdiri dari jenis hewani dan pilihannya beragam misalnya 2 potong sedang ayam tanpa kulit, atau 1 butir telur ayam atau 2 potong daging sapi ukuran sedang, kemudian lauk nabati seperti 2 potong tempe ukuran sedang.

Komponen lainnya, sayuran 1 mangkuk dan buah misalnya 2 potong pepaya atau 2 buah jeruk atau 1 buah pisang ambon.

"Kebanyakan lansia itu memantangkan protein, makan sayur takut asam urat, padahal di GERMAS tingkatkan konsumsi buah dan sayuran," ujar Lazuardhi. 

Dalam pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia, terkadang muncul sejumlah masalah seperti gangguan nafsu makan, sulit mengunyah karena  kelemahan otot mengunyah. 

Berkurangnya air liur sehingga sulit menelan, mudah kenyang, masalah lambung seperti sering mual dan kembung, serta masalah komborbid seperti jantung, paru, kanker sehingga hilang nafsu makan, demensia dan depresi.

Ia menjelaskan seorang lansia bisa mengalami lebih dari satu masalah-masalah ini, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya. Oleh karena itu, mengubah bentuk penyajian makanannya sesuai dengan kondisi lansia bisa menjadi alternatif.

Lazuardhi Dwipa, juga menambahkan pemberian nutrisi oral suplemen atau ONS yang biasanya berbentuk cair tetapi tinggi kalori dan protein sehingga mudah dikonsumsi dan dicerna. Lazuardhi menyarankan lansia berkonsultasi dulu dengan dokter gizi apabila berniat mengonsumsi ONS.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES