Indonesia Positif

Alumni UC Surabaya Sukses Berbisnis Cycling Jersey saat Pandemi

Jumat, 28 Mei 2021 - 14:30 | 70.94k
Cindy Fransiska Handoko lulusan UC SUrabaya.
Cindy Fransiska Handoko lulusan UC SUrabaya.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Cindy Fransiska Handoko lulusan UC SUrabaya menangkap peluang bisnis jersey bikers. Dengan ketekukanan dan hobby dia bersepeda, Cindy berani membuka Cycling Jersey yang diberi nama Thrivewear_id.

Bisnis ini berdiri sejak tanggal 21 September 2020. Alasan Cindy dalam membuka bisnis ini adalah karena hobbynya dalam berolahraga. Karena adanya Pandemi Covid-19, maka dia tidak bisa berolahraga di tempat biasanya dia berolahraga.  

Lalu seiring dengan berjalannya waktu banyak sekali orang yang memulai untuk berolahraga sepeda, kemudian dia tertarik dan mencoba mengikuti trend gowes. Menurutnya, selain sehat, olahraga gowes atau bersepeda ini juga seru karena kita bisa bersepeda di berbagai tempat dengan pemandangan yang berbeda.

Untuk berolahraga sepeda banyak sekali hal yang harus kita perhatikan, mulai dari pemilihan sepeda yang sesuai kebutuhan, memakai helm, serta pemilihan pakaian body fit yang lebih dinekal dengan sebutan jersey sepeda atau cycling jersey agar lebih aerodinamis dan tidak menghambat sirkulasi udara di dalam tubuh saat bersepeda.

Tidak lupa celana untuk bersepeda yaitu bib short (celana sepeda dengan padding busa yang berfungsi mengurangi rasa sakit pada saat guncangan dan membuat duduk jadi lebih nyaman.

"Adanya trend bersepeda menimbulkan peluang usaha baru yaitu photographer gowes, dimana pada saat kita gowes kita di foto oleh photographer yang sudah standby dibeberapa lokasi biasa orang bersepeda dan kita bisa mengabadikan foto gowes kita untuk diunggah di media sosial khususnya Instagram," jelasnya pada TIMES Indonesia.

Produk Cycling Jersey

Hal ini membuat dia berpikir bahwa orang pasti bosan jika di foto menggunakan cycling Jersey atau baju sepeda  hanya itu-itu saja yang dipakai, sedangkan harga cycling jersey juga tegolong mahal untuk merk / brand yang sudah terkenal.

Harganya  kurang lebih bisa mulai dari Rp 400,000 hingga jutaan, bahkan ada merk tertentu yang mencapai Rp 5.000.000,00. Kemudian Cindy mencoba memanfaatkan peluang yang ada dengan membuat brand local untuk pakaian sepeda dengan harga yang terjangkau dengan nama Thrivewear_id.

Menurut Cindy, tantangan dalam berbisnis dia, adalah karena dia belum pernah memiliki brand sendiri,  maka dia harus bisa mendapatkan brand awareness dari publik, untuk bisa bersaing dengan brand local lainnya meskipun melalui penjualan dengan online. Dia juga memiliki tantangan dalam membuat cutting pakaian sepeda secara nyaman, serta bahan dipakai juga sesuai dengan harga nya.

Lalu Cindy harus membuat design yang baru setiap launching agar customer tertarik untuk membeli. Menurut dia membuat katalog foto baju jersey juga hal yang tidak mudah, karena tidak bisa sembarangan memilih model untuk difoto. Karena foto katalog juga harus dilakukan dengan orang yang bersepeda juga. Pada saat ada cycling group yang ingin custom jersey sepeda untuk tim mereka, maka dia juga harus cepat tanggap dan memahami apa yang diinginkan oleh customer. Jangan sampai membuat customer kecewa dengan kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari.

logo R

Cindy memiliki strategi untuk bertahan dan berjuang, dengan menggunakan promosi yang baik dan rutin melalui sosial media ( Instagram ). Lalu dia juga memperluas distribusi penjualan melalui marketplace yang lain, seperti Tokopedia dan Shopee. Cindy juga mencoba untuk mengkuti pop up booth di salah satu tempat makan di Surabaya. Seringkali dia juga berusaha untuk selalu memberikan upgrade atau improve jersey, pada saat launching produk baru.

Dia bersyukur saat ini Thrivewear_id sudah launching dari volume 1 hingga volume 3. Menurut dia, pengalaman yang dia dapat selama kuliah di Hotel and Tourism Business, Universitas Ciputra Surabaya sangat berkesan dan membantunya dalam menjalankan bisnis.

Banyak pengalaman yang dia dapatkan selama kuliah, termasuk pada saat Intenational Field Trip ke Korea dimana dia mendapatkan kesempatan untuk menjadi Tour Guide; yang membuatnya dapat berkomunikasi dengan orang lain lebih baik. Hal ini bisa dipraktekan tidak hanya di industri perhotelan dan pariwisata saja, tetapi untuk berbisnis dengan orang lain.

Khususnya bagaimana caranya berbicara dengan vendor dan customer. Menurut Rizki Adityaji, dosen Hotel and Tourism Business, Universitas Ciputra Surabaya, karakter Cindy mulai terbentuk selama dia kuliah  di HTB UC. Dengan berbagai banyak kegiatan praktek langsung dalam bidang pariwisata dan bisnis, membuat mahasiswa mampu menjadi pribadi yang lebih sabar, ramah, dan bertanggung jawab dalam segala hal. Pengalaman pada saat kuliah untuk mengatur acara di beberapa event, membuatnya belajar untuk dapat mengambil keputusan dengan benar.

Dalam hal ini, Cindy, lulusan UC SUrabaya berpesan kepada generasi muda yang mau memulai bisnis, harus berani mencoba hal baru. Pengusaha dituntut untuk tidak mudah menyerah atau takut gagal hanya karena belum pernah bergelut di bidang itu. Di era milenial saat ini semua orang harus bisa membaca peluang bisnis yang ada dan memanfaatkan teknologi yang sudah maju untuk membangun bisnisnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES