Kopi TIMES

Indonesia Usai 23 Tahun Reformasi

Selasa, 25 Mei 2021 - 17:48 | 62.35k
Iqbal Suliansyah, Bidang Pertahanan dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat Rumah Produktif Indonesia, Alumni SKK II Maarif Institute dan Wakil Ketua PPI Provinsi Aceh.
Iqbal Suliansyah, Bidang Pertahanan dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat Rumah Produktif Indonesia, Alumni SKK II Maarif Institute dan Wakil Ketua PPI Provinsi Aceh.

TIMESINDONESIA, ACEH – 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri sebagai orang nomor satu di Indonesia. Setelah lama berkuasa. Soeharto harus lengser dari jabatannya yang telah membuatnya mendapat gelar Tiger of Asia atau Macan Asia. Selama 32 tahun menjadi Presiden, Soeharto tentunya telah mengukir banyak sejarah dunia internasional.

Sejak 18 Mei 1998, diperkirakan sekitar puluhan ribu mahasiswa dari berbagi kampus hadir menyuarakan lahirnya reformasi. Selain mahasiswa, para pemuda dari berbagai organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan bersatu menggoyang gedung parlemen ketika itu dengan memenuhi, taman, kubah, pelataran hingga lobi Dewan Perwakilan Rakyat. Aksi tersebut disebut sebagai demonstrasi terbesar dalam sejarah yang pernah dilakukan mahasiswa selama 30 tahun terakhir.

Tuntutan demonstrasi ketika itu adalah agar Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengadakan sidang istimewa. Sidang tersebut diharapkan menjadi solusi atas krisis ekonomi dan krisis politik segera teratasi.

Dua dekade lebih setelah lengsernya Presiden Soeharto tentu banyak hal yang terjadi. Meski sudah berganti rezim, ternyata semenjak reformasi, pola Orde Baru agar membungkam kritikan telah berhasil diselipkan. Sejumlah pasal di Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menjadi celah melunturkan semangat kebebasan berpendapat.

Kesan paranoid terkesan timbul pada sendi-sendi kehidupan demokrasi agar terus bisa membatasi tajamnya kritik. Padahal kritik bisa menjadi vitamin alami selain sebagai kontrol positif dari masa harakat untuk terwujudnya pemerintahan yang baik serta meningkatnya kualitas demokrasi. Kecendrungan banyak partai politik terus merapat untuk berkoalisi sehingga tentunya tergerusnya kekuatan barisan oposisi menjadi ciri-ciri semakin kuat oligarki.

10 partai politik bersama, bersatu, bergandengan tangan mesra. Mulai Partai Demorasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Nasional Demokrasi (NasDem), Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPi) hinaan Partai Hati Nurani (Hanura).

Adapun partai yang memilih oposisi adalah, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional. Istilah Check dan balance tentunya sulit terwujud.

Positif atau negatif dari setiap pemerintahan tentunya ada, namun kritik pedas sepertinya masih terasa tidak hanya ke tenggorokan, namun ke lambung karena berbagai hal berkaitan kebebasan pasca 23 tahun reformasi masih jauh dari harapan.

Jika melihat 23 tahun reformasi situasi politik dan sosial masa pemerintahan ini jauh lebih baik dibanding masa Orde Baru.Masyarakat dinilai bebas dalam memilih partai, beda masa Orde Baru yang harus memilih partai tertentu dengan kekuatan intimidasi dari penguasa.

Penulis sebagai masyarakat biasa berharap suasana demokrasi berbalut kebebasan berpendapat semakin hari harusnya tidak mengalami kemunduran. Zaman yang semakin canggih tentunya menjadi dua sisi yang bisa berdampak positif namun tidak jarang menjadi negatif karena cepatnya informasi beredar dan berkembang. Namun pemerintah dengan segala kekuatan bisa mendorong lahirnya kritik yang membangun di masyarakat tanpa harus ada ketakutan menyuarakan kebenaran sehingga alam demokrasi di Indonesia yang bebas tidak menjadi mimpi belaka.

***

*)Oleh: Iqbal Suliansyah, Bidang Pertahanan dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat Rumah Produktif Indonesia, Alumni SKK II Maarif Institute dan Wakil Ketua PPI Provinsi Aceh.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES