Peristiwa Internasional

Bentrok dengan Pasukan Rakyat 40 Pasukan Rezim Militer Myanmar Meninggal

Senin, 24 Mei 2021 - 13:39 | 21.57k
Kantor polisi Moe Bye terbakar pada Minggu siang. (FOTO:The Irrawaddy/Kantarawaddy Times)
Kantor polisi Moe Bye terbakar pada Minggu siang. (FOTO:The Irrawaddy/Kantarawaddy Times)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sedikitnya 40 pasukan rezim militer Myanmar dilaporkan meninggal dunia setelah terjadi bentrokan dengan Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (PDF), yang dibentuk oleh pejuang perlawanan sipil, dan Tentara Karenni di Negara Bagian Kayah, Minggu (23/5/2021).

Bentrokan itu, seperti dilansir The Irrawaddy, terjadi di Moe Bye, perbatasan negara bagian Shan-Kayah.

Menurut anggota Karenni PDFPl, pasukan rezim militer menembakkan peluru artileri tanpa pandang bulu ke rumah-rumah sipil, melukai dua warga sipil dan menghancurkan rumah.

Setelah bentrok dalam waktu yang cukup lama, pejuang perlawanan dan Tentara Karenni berhasil merebut kantor polisi Moe Bye sekitar tengah hari.

Menurut Kantarawaddy Times setidaknya ada 15 pasukan rezim tewas dan empat lainnya ditahan, dan kantor polisi dibakar.

Seorang pejuang perlawanan sipil berusia 27 tahun meninggal dunia dan sekitar lima anggota PDF lainnya terluka di Moe Bye.

"Setelah melihat kebrutalan mereka terhadap warga sipil, kami memutuskan untuk melawan kembali senjata yang kami kumpulkan," kata seorang warga.

Orang-orang muda mengatakan bahwa alih-alih ditangkap dan dibunuh karena memprotes, mereka akan memberontak dengan apa yang mereka temukan dan mati sebagai martir."

Bentrokan yang cukup lama juga dilaporkan terjadi di Kotapraja Demoso di negara bagian itu pada hari Minggu dengan sekitar 24 tentara meninggal dunia di jalan raya Loikaw-Demoso.

Kantarawaddy Times juga melaporkan, pertempuran ini berlanjut hingga malam. Warga Loikaw memblokir jalan-jalan Demo untuk menghalangi akses junta. Kendaraan lapis baja dilaporkan menuju ke kota pada Minggu malam.

Negara Bagian Kayah adalah negara bagian terbaru di Myanmar yang melihat perlawanan bersenjata terhadap rezim militer sebagai tanggapan atas kekerasan junta sejak kudeta Februari.

Sejak akhir Maret, pejuang perlawanan sipil di Negara Bagian Chin dan wilayah Sagaing, Magwe dan Mandalay telah lebih dulu mengambil senjata apa pun, dari senapan angin hingga senjata api tradisional dan bom rakitan untuk melawan rezim militer Myanmar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES