Kopi TIMES

Refleksi Hari Kebangkitan Nasional; Kesadaran Kolektif Adalah Kunci

Jumat, 21 Mei 2021 - 14:00 | 82.14k
Zulfikri Nurfadhilla.
Zulfikri Nurfadhilla.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – 20 Mei merupakan hari peringatan  kebangkitan nasional. Hari besar yang setiap tahun menjadi momentum refleksi bangsa dalam mengingat rekam sejarah dan peristiwa tentang gerakan sosial dan perjuangan kemerdekaan.

Hari kebangkitan nasional tak ubahnya letupan energi pembaharuan dalam meng-upgrade semangat anak-anak bangsa dalam menghendaki peradaban yang lebih baik. Menyongsong kemerdekaan yang seutuhnya, tanpa tendeng aling-aling, tanpa jeratan post- kolonial yang masih membekas. Mengingat hari besar ini lahir dengan digulirnya babak baru, yaitu pergerakan nasional. 

Napas panjang yang harus dibawa dalam setiap masa ke masa bukan hanya sebatas instrumen ceremonial formal, melainkan juga refleksi kebangkitan yang meliputi nilai-nilai esensial.  

Makna dan artikulasi dalam setiap zaman perlu hendaknya selalu direkonstruksi - bahkan didekonstruksi ulang- sebagai satu bangunan semangat baru yang dimulai kembali sesuai dengan era dan tantangannya.

Terlebih, ketika menginjak zaman dimana segala perubahan fundamental di banyak sektor terjadi setiap saat. Hari kebangkitan nasional menjadi jauh lebih penting ketika disikapi dengan cara pandang utuh terkait tinjauan sejarah dan teropong masa depan yang jelas.

Bukan sebatas kalender tanggal merah, tapi juga menyisihkan arti yang begitu mendalam tentang titik balik sebuah bangsa.

Sejarah Kebangkitan Nasional

Mengutip beberapa sumber, Sejarah diperingatinya Hari kebangkitan nasional, tidak terlepas dengan ditandainya gerakan-gerakan kolektif yang dibangun dan dijalin oleh kaum muda. 

Salah satu yang menjadi corong utamanya tak lain ialah berdirinya organisasi budi utomo pada 20 Mei 1908. Organisasi yang didirikan oleh 3 serangkai mahasiswa yang optimis terhadap pergerakan dan persatuan bangsanya.

Mereka adalah Soetomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Suraji. Ditambah satu dosen yang mereka kagumi sebagai sosok motor penggerak, Dia lah Dr. Wahidin. 

Pendirian organisasi ini menjadi pelecut sekaligus percik semangat bagi berdirinya organisasi-organisasi pemuda setelahnya.

Artinya, dapat dipahami bersama bahwa sejak awal terbentuknya organisasi Boedi Utomo ialah bertujuan melahirkan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme, serta kesadaran dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara.

Spirit ini menjadi satu gaung yang pada akhirnya seluruh masyarakat terbangkitkan kesadarannya akan nilai-nilai perjuangan.

Hingga pada pelosok negeri, organisasi ini memberikan banyak sumbangsih dalam pemekaran bidang dan tugasnya, yang semula hanya pada wilayah pendidikan, berkembang hingga wilayah pertanian, dsb.

Memaknai ulang Kebangkitan

Zaman kian berkembang, terknologi berubah semakin pesat, kemajuan terjadi di mana-mana, Hidup kita dikelilingi dengan kemudahan dan segala hal yang instan. 

Gerakan sosial yang basisnya representasi dan kompetensi menjadi satu padanan yang sukar dipisahkan - bahkan dibedakan,  disusul dengan bergulirnya digitalisasi yang serba canggih, hidup menjadi fana, ilusi seolah menjadi nyata.

Perubahan demi perubahan menjadi satu waktu yang cepat berputar bergantian. nilai-nilai menjadi tatanan yang semu. kita menginjak post-truth, kebenaran bukan pada hakikatnya, melainkan objektifitas yang rentan diselisihkan.

Hingga pada muaranya, dalam momentum refleksi ini apakah Kebangkitan nasional perlu dimaknai kembali sebagai satu konstruksi semangat melawan, menantang atau menjawab zaman (?).

Jawabannya ada pada kesadaran kolektif kita menghadap. Ke mana dan di mana. Apakah Kebangkitan yang disadari dalam batas pengertian bangkitnya nasionalisme melawan penjajah, tentu bisa jadi tidak. Atau apakah jawabannya ada pada seberapa penguasaan dan kemampuan kita untuk bangkit dan melek dengan segala macam terknologi dan perubahan digital, mungkin itu saja tak cukup.

Kesadaran kolektif adalah kunci

Kunci utama yang sebenar-benarnya dalam hemat saya adalah bagaimana kesadaran kolektif kita sebagai bangsa dapat dibangun dan dirajut kembali.

Kesadaran yang dimaksud ialah panggilan batiniyah dari dalam diri masing-masing kita bahwa bangkit semata-mata kekuatan untuk berdiri bersama. Secara tulus dan penuh keyakinan. Tak lagi berpikir saya dapat apa dan untung apa. Ini adalah hal yang jauh melampaui nilai.

Ini menjadi pondasi dan dasar yang mesti dibalut bersama dalam menentukan arah kemajuan berbangsa dan bernegara. kendati tidak terlepas dari kecerdasan dan kepiawaian seorang pemimpin dalam menjalankannya.

Masalah-masalah seperti Pandemi, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, lingkungan, kemanusiaan, budaya, ekonomi, dan teknologi serta yang lainnya tak lebih dari sederet pekerjaan besar yang perlu menjadi catatan dan arah dari kesadaran kolektif kita untuk bangkit dan berbenah. 

Belum lagi komunikasi publik dari negara kepada warganya yang kian waktu menjadi perhatian khusus dalam langkah dan upaya mewujudkan harmoni kebangsaan.

Ditambah keadaan hari ini yang memperjelas betapa tumpulnya solidaritas dan toleransi kita sebagai bangsa. Bangsa yang rentan goyah dan mudah diadu domba. Mentalitas takut miskin, dan terbelakang menjadi pemandangan setiap harinya.

Oleh karenanya mengupayakan Kebangkitan juga perlu dibersamai dengan tumbuhnya kesadaran bersama sebagai bangsa. bangsa yang bangkit dengan kesadaran kolektif segenap warganya.

Semoga rentetan singkat di atas cukup memberikan terang dalam refleksi bersama kita dalam memperingati hari  Kebangkitan bangsa bahwa kesadaran serta penyadaran adalah kunci dalam membuka dan menentukan jalan.

***

*) Oleh: Zulfikri Nurfadhilla Presiden Mahasiswa Universitas Gajayana Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES