Wisata

Mengenal Tradisi Lebaran Topat di Lombok Barat, Ada Ritual Ziarah Makam

Kamis, 20 Mei 2021 - 17:22 | 126.69k
Suasana pelaksanaan Lebaran Topat di Kabupaten Lombok Barat sebelum pandemi Covid-19. (Foto: Dinas Pariwisata Lombok Barat)
Suasana pelaksanaan Lebaran Topat di Kabupaten Lombok Barat sebelum pandemi Covid-19. (Foto: Dinas Pariwisata Lombok Barat)

TIMESINDONESIA, LOMBOK BARAT – Masyarakat Suku Sasak di Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sebuah tradisi bernama Lebaran Topat (ketupat) yang dilaksanakan satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Lebaran Topat dirayakan oleh masyarakat setelah menunaikan puasa Sunnah selama enam hari di bulan Syawal. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat menjadikan Lebaran Topat sebagai salah satu acara dalam Calendar of Event di Dinas Pariwisata Lombok Barat.

Setiap tahunnya, Pemkab Lombok Barat secara rutin melaksanakan tradisi Lebaran Topat secara meriah dengan melibatkan masyarakat umum, tokoh agama, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata dan pihak lainnya.

Langkah tersebut diambil Pemkab Lombok Barat untuk melestarikan tradisi. Dimana didalam tradisi ini tertanam nilai keagamaan yang dibungkus dengan nilai budaya.

Namun pada tahun 2021, Pemkab Lombok Barat resmi meniadakan perayaan Lebaran Topat. Hal ini bertujuan untuk menekan penyebaran Virus Corona atau Covid-19.

"Tidak adanya perayaan Lebaran Topat hari ini untuk menghindari kerumunan warga guna mencegah penyebaran virus corona di Lombok Barat," kata Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Akhkam kepada TIMES Indonesia, Kamis (20/5/2021).

Sebelum pandemi Covid-19, tradisi Lebaran Topat di Lombok Barat digelar di sejumlah tempat, mulai dari Pantai Elak-Elak Sekotong, Taman Narmada, Sesaot, Pantai Cemare, dan Pantai Duduk Batulayar, Senggigi. 

Perayaan Lebaran Topat ini dimulai dengan melaksanakan prosesi adat seperti berziarah kubur, mengambil air, dan berdoa.

Setelah prosesi adat selesai, warga berkumpul di suatu tempat, lengkap dengan ribuan ketupat kecil yang dirangkai menjadi satu dan berbentuk ketupat raksasa (Ketupat Agung). 

Ketupat Agung tersebut diarak mengelilingi lokasi acara perayaan Lebaran Topat untuk diserahkan ke Bupati Lombok Barat sebagai prosesi simbolik acara ruwatan.

Ziarah Makam

Makam-Batulayar.jpgSebelum pandemi Covid-19, Makam Batu Layar selalu ramai saat perayaan Lebaran Topat. (Foto: Dinas Pariwisata Lombok Barat)

Pada Lebaran Topat, masyarakat Lombok Barat akan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap mempunyai nilai-nilai sakral, terutama makam. 

Tujuan masyarakat Lombok Barat mengunjungi makam di perayaan Lebaran Topat untuk mendoakan dan menghormati leluhur yang berdakwah membawa Islam di Pulau Lombok.

Salah satu makam yang selalu ramai dikunjungi warga saat Lebaran Topat yakni Makam Batu Layar di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB.

Konon, Makam Batu Layar merupakan tempat pemakaman seorang wali bernama Al Habib Abdurrahman Al Idrus. Karena kewaliannya tersebut, makam ini diyakini sebagai wadah  spiritual dan dikeramatkan khususnya oleh masyarakat Lombok Barat.

Sebagaimana tradisi ziarah makam, terlebih dahulu seorang tokoh agama memimpin alunan selakar dengan syair-syair Islami.

Setelah memanjatkan doa-doa, acara kemudian dilanjutkan dengan bejenjam atau seraup (membasuh muka). Tradisi membasuh muka ini sebagai manifestasi dari kenyakinan bahwa air adalah untuk mensucikan.

Filosofi Lebaran Topat

Ketupat dengan empat sisi mengandung filosofi bahwa dalam menjalani kehidupan ini terdapat empat unsur kehidupan manusia. Ketupat juga melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. 

Dengan begitu, Lebaran Topat dimaknai menyambut keberhasilan umat Muslim mengatur nafsunya dengan melakukan puasa sunah di bulan Syawal yang cukup berat.

Dimensi sakral tradisi Lebaran Topat berkaitan dengan persepsi dan penghargaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan dimensi sosial berkaitan dengan upaya menjaga harmoni antar sesama manusia.

Adapun perspektif pembangunan kultural dari tradisi Lebaran Topat ini bermakna bagaimana budaya mampu memberikan spirit dalam upaya pelestarian budaya, khususnya di Lombok Barat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES