Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Makna Idul Fitri di Tengah Keberagaman Umat

Kamis, 20 Mei 2021 - 11:35 | 118.85k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Idul fitri memiliki kedudukan bagi umat islam yang mengandung makna kerohanian, yang mana makna kerohanian itu yang pertama adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai tanda terimakasih, rasa syukur umat islam pada yang Maha Esa, sebab pada dasarnya telah diberikan nikmat yang tak terbatas dan tidak ternilai harganya. Tanda rasa umat islam atas keberhasilan yang telah melewati ujian dari hawa nafsu dengan melakukan berpuasa wajib di bulan Ramadhan.

Menurut kyai Muhammad Ishom, makan idul fitri yakni kita sebagai manusia meneruskan amalan kebaikan yang pernah dilakukan selama bulan Ramadhan. Keistiqomahan dakam menjalankan kebaikan, serta amaliah di bualan Ramadhan pada bulan-bulan berikutnya. Peningkatan amaliah tersebut sejalan dengan makna kata syawal yang dalam segi bahasa Indonesia artinya meningkatkan. Dan yang kedua, ialah menjaga dari kebangkrutan amal yang sudah diraih pada bulan Ramadhan. Maksudnya, amal kebaikan yang sudah dibangun dan diraih itu tidak mendzalimi orang lain dan tidak sia-sia.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Manusia yang ada dibumi tentunya memiliki keberagaman. Keberagaman tersebut besaral dari sosial budayanya ditempat yang meraka tinggali. M. Quraish Shihab mengatakan, “Mari kita kembali kepada agama yang benar. Agama yang benar kata Nabi Muhammad SAW adalah ketulusan, interaksi positif, ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah. Itulah hasil dari ibadah puasa, sehingga wajar untuk kita kembali kedalam kejadian kita.” Dilanjutkan lagi bahwa Ukhuwah-lah yang menjadi jiwa dalam kehidupan keumatan. Dia adalah kebersamaan jiwa dan raga, material dan spriritual dalam kesetiaan.

Menurut Nurcholis Madjid, arti dari idul firti ialah hari raya fitrah. Hari raya kesucian manusia. Sudah sewajarnya kita merenungi makna hari raya ini yang merupakan hari raya keagamaan. Manusia pada dasarnya adalah suci. Ungkapan bahwa manusia itu suci dan berbuat suci kepada sesamanya dalam bentuk amal shalih.

Idul fitri memang hari besarnya umat islam, hari kemenangannya umat islam, namun diluar sana orang yang non-islam juga ikut menyambut bahagia. Penyambutan ini bisa disebut dengan toleransi mereka pada umat islam. Keberagaman pada mereka tentunya tidak membuat mereka bercerai berai. Keberagaman umat akan tercipta nilai multikultural, dengan cara toleransi antar sesama yang diwujudkan.  Keberagaman pula juga termasuk praktik dari masyarakat untuk merespons sebuah realitas mutlak yang dapat dinyatakan dalam pemikiran dan perbuatan.  Seperti pada Firman Allah tentang keberagaman pada ayat Al-Hujurat ayat 13:

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laik-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agra kamu saling menegnal. Sungguh yang paling ulia diantar kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam islam, nilai multikulturalisme ialah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Realitas yang kebhinekaan agama,etnis, suku dan bahasa menjadi keharusan untuk disikapi oleh semua pihak, terutama umat islam di Indonesia. Saatnya berdamai konflik masyarakat dan juga bergantung pada kontribusi penciptaan suasana damai umat beragama khususnya umat muslim-muslimat. Dalam petuah Gus Dur yang penuh makna mengatakan “Tidak penting apapun agamamu atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesutau yang baik untuk semua orang, orang tidak tanya apa agamamu”. Dari kata-kata tersebut dapat tergambarkan, bukan hanya umat islam saja yang bahagia dengan adanaya hari raya idul Fitri, namun orang dari kalangan non muslim juga ikut senang adanya idul fitri.

Dalam kehidupan orang Jawa, idul fitri disebut dengan “lebaran”. Pada dasarnya hari lebaran menekankan terhadap jalinan silahturahmi dan rasa bersyukur. Jalinan silahturahmi ini dimana budaya masyarakat Indonesia saling mengunjungi setelah merayakan hari kemenangan dengan berkunjung ke rumah orang tua, sanak saudara dan kerabat, sebagaimana Firman Allah surah Ali Imran ayat 105 :

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselish setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat. ” Dari surah tersebut mengandung penjelasn bahwa Allah melarang umat islam dari perpecahan, karena perpecahan itu bagaimanapu kokoh dan kuatnya kedudukan suatu umat, pasti akan membawa kepada keruntuhan dan kehancuran. Karena itu, Allah memperingatkan agar umat islam tidak terjerumus ke jurang perpecahan (Tafsir Kementerian Agama)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Pada bahasan makna dari adanya idul fitri, kita diharapkan untuk mengambil hikmah positif. Rasa syukur kepada Allah dapat digambarkan dengan kita menghubungkan persaudaraan. Bangun solidaritas ditengah keberagaman. Pada pada dasarnya manusia ialah makhluk sosial, makhluk Tuhan yang hidup berkoloni dan membentuk rasa nasionalisme.

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES