Kopi TIMES

Ngopi Pagi: Sepertinya Untung

Kamis, 20 Mei 2021 - 07:40 | 33.10k
Noor Shodiq Askandar.
Noor Shodiq Askandar.

TIMESINDONESIA, MALANG – Sahabat ngopi pagi, tulisan ini saya sarikan dari berbagai diskusi kecil saya dengan beberapa anak  muda yang mencoba peruntungan dalam mengembangnkan usaha. Saya sebut “mencoba” karena seringkali mereka menjadikan usaha ini sebagai sampingan saja dan bukan sebagai pilihan dengan segala risiko yang mungkin terjadi. Kehidupannya masih tetap dalam tanggungan orang tua, dan usaha adalah permintaan tambahan sumber keuangan dengan tanpa perjanjian yang mengikat, sehingga seringkali rasa tanggung jawabnya belum muncul secara penuh.

Akibat yang terjadi, usaha dijalankan dengan seadanya tanpa memperhitungkan secara detil factor factor yang terkait. Suatu saat penulis berdiskusi dengan seseorang yang membuka usaha kosmetik dengan mengontrak rumah toko yang berada di jalan poros. Penulis lihat usahanya sepi, tapi terus dijalankan bertahun tahun.

Saya kemudian bertanya bagaimana manajemen usaha yang dibangun, karena saya lihat kondisinya sepi, tapi terus berjalan bahkan bertahun tahun nyaman di tempat tersebut. Saya tanya juga apakah bisa mendapatkan keuntungan dari usaha ini. Anak muda tersebut menjawab, alhamdulillah usaha ini bisa terus berjalan dan bertahan. Usaha ini juga menguntungkan.

Saya tanya lagi, berapa keuntungan didapat pertahun dan bagaimana menghitungnya. Yang bersangkutan kemudian menjawab keuntungan sekitar tiga puluh (30) juta pertahun dengan beban sewa ruko (rumah toko) lima belas (15) juta pertahun. Dengan demikian, keuntungan bersih saya 15 juta pertahun, jelasnya.

Saya lanjutkan pertanyaannya : gaji penjaga dan pengelola toko apakah sudah dihitung, begitu juga risiko rusak dan kedaluarsanya barang apa juga sudah masuk dalam hitungan, dan pertanyaan lain yang sejenis. Anak muda ini kemudian menjawab, bahwa yang saya tanyakan itu semuanya belum masuk dalam perhitungan.

Dialog ini yang sering saya gunakan kepada mereka mereka atas manajemen keuangan usahanya, dan saya kebanyakan mendapatkan jawaban yang sama. Inilah yang kemudian saya sebut dengan istilah “seakan akan untung”. Mereka menganggap telah memperoleh keuntungan, padahal sejatinya usaha yang dijalankan, masih jauh dari kata menguntungkan. Coba hitung saja dengan pengurang gaji penjaga toko saja (meski dijaga pemilik sendiri). Seandanya satu bulan satu juta setengah (1,5 juta) saja, dan kemudian kalikan dua belas (12). Jumlahnya sudah 18 juta. Padahal keuntungan yang menurut mereka, dapat sebanyak lima belas juta. Berarti dari factor ini saja, usaha ini merugi tiga (3) juta rupiah pertahun.

Karena itu saat menjalankan usaha, diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam perhitungan, agar mendapatkan keuntungan yang memang riil bisa menjadi bagian dari menjaga keberlangsungan usaha. Bukan yang “sepertinya untung”, padahal sejatinya “buntung”. Bagaimana dengan sahabat ngopi pagi semua ???

***

*) Oleh : Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

___________

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES