Kopi TIMES

Ngopi Pagi: Subyektivitas

Rabu, 19 Mei 2021 - 07:40 | 45.21k
Noor Shodiq Askandar.
Noor Shodiq Askandar.

TIMESINDONESIA, MALANG – Sahabat ngopi pagi, kemarin saya baca sebuah tulisan di Facebook yang menarik. Kawan saya mengutip dari pernyataan Sayyidina Ali r.a. “Orang yang mencintaimu takkan membicarakan kesalahanmu, dan orang yang membencimu takkan membicarakan kebenaranmu”. Kalimat ini menjadi menarik, karena kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan itu, bisa menjadi sangat subyektif di mata beberapa orang.

Bisa jadi apa yang kita pandang sebagai sesuatu yang baik, bagi orang yang dasarnya sudah tidak suka, akan dilihat sebaliknya. Hal ini memang manusiawi, karena pada diri manusia itu terdapat hawa nafsu yang seringkali mengarahkan orang pada kecenderungan membenarkan diri sendiri dan kemudian menganggap apa yang dilakukan orang lain sebagai kesalahan. Paling tidak jika tidak dianggap salah, akan dipandang sebagai kekurangan.

Dalam Islam, kebaikan dan keburukan itu nyata adanya dan jelas pula dasarnya. Bukan atas dasar sudut pandang seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah saw yang menyampaikan bahwa kebaikan itu adalah penanda iman dan siapapun yang tidak melakukan kebaikan, berarti tidak memiliki iman.

Artinya makin kuat keimanan seseorang, maka akan makin banyak amal kebaikan yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, makin lemah keimanan seseorang, maka makin sedikit pula kebaikan yang diperbuatnya. Kenapa demikian ? setiap kebaikan itu akan membawa sesorang untuk menjadi orang yang terbaik. Dan menurut Rasulullah saw orang yang terbaik itu adalah orang yang bermanfaat bagi lainnya.

Sedang terkait dengan keburukan adalah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam (tidak sesuai dengan pedoman agama Islam). Keburukan juga bisa mengakibatkan kerusakan dalam banyak sisi.

Bisa mengakibatkan kerusakan alam, jika perbuatan yang dilakukan merusak ekosistem kehidupan di dunia. Bisa juga mengakibatkan kerusakan diri, seperti dekadensi moral, pelanggaran aturan hubungan antar ummat manusia dan lain sebagainya.

Terhadap kebaikan dan keburukan itu sendiri, Allah swt berfirman : Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya, dan berang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, dia juga akan melihat balasannya (al Zalzalah 7-8).

Oleh karena itu, yang harus kita jadikan pegangan, bahwa kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan itu bukan masalah subyektivitas, akan tetapi barang yang haq dan batil itu jelas katagori dan aturannya dalam Islam. Dengan demikian saat kita bicara tentang ini, maka sedapat mungkin hindari persepsi diri sendiri, hindari keegoan diri, dan hindari juga kesombongan hati. Bagaimana dengan sahabat ngopi pagi semua ???

***

*) Oleh : Noor Shodiq Askandar, Ketua PWLP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

___________

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES