TIMESINDONESIA, JAKARTA – Momen ketika tendangan penalti Roberto Baggio melambung jauh diatas mistar gawang Claudio Taffarel pada Final Piala Dunia 1994 adalah “Lebaran” bagi penggemar Timnas Brazil setelah 24 tahun berpuasa tanpa gelar juara Piala Dunia. Demikian halnya ketika Anthony Davis dan LeBron James berhasil mengantar LA Lakers Juara NBA 2019-2020, termasuk “Lebaran” juga bagi Fans LA Lakers yang berpuasa sejak 2010, tak hanya itu seketika suasana menjadi hening dan haru saat prosesi penyerahan trophy bintang LA Lakers LeBron James berkata Gelar Juara ini kami persembahkan untuk mendiang Kobe Bryant dan Putrinya Gianna Bryant tepuk tangan kompak penonton dengan penuh bangga. Kobe dan Putrinya meninggal pada kecelakaan Helikopter di tahun yang sama, sungguh “Lebaran” yang penuh makna.
Dilain tempat masyarakat Selandia Baru juga merasakan “Lebaran” beberapa waktu lalu, yakni ketika Matiu Walters Vokalis Band Six60 tampil memukau pada gelaran Live Concert di Eden Park, Auckland (24/4/2021) yang dihadiri oleh 50 ribu orang tanpa menggunakan masker dan tidak ada jaga jarak. Tentunya hal ini menjadi euforia besar Masyarakat Selandia Baru yang setahun lebih berpuasa dengan membatasi pergerakan manusia dalam upaya menekan penyebaran Covid 19.
Jika semua telah ber”Lebaran” lantas bagaimana dengan Petani Indonesia?? Tentunya ini menjadi Pertanyaan besar bagi kita yang kesehariannya dekat dan erat dengan dunia Pertanian.
Dunia pertanian kita saat ini ibarat mobil sport keluaran terbaru yang kehabisan bahan bakar, seksi tapi tak dapat dikendarai, modis namun hanya bisa dipandang, Ironis!. Banyak orang berkata usaha dibidang pertanian tidak ada matinya, semua orang butuh makan, satu-satunya usaha yang mampu bertahan dan berkembang saat pandemi seperti ini adalah bidang pertanian dan lain seterusnya.
Semua itu Benar namun kenyataan di lapangan tidak semudah itu, petani kita berjibaku berpikir bagaimana sulitnya mendapatkan tenaga kerja, mencari alternatif saprodi yang mudah didapatkan, minimnya akses permodalan, berimprovisasi menekan biaya produksi serendah mungkin, serta berharap pasrah ketika panen agar mendapatkan harga yang layak dari produknya (Akses Pasar). Regulasi Stakeholder khususnya Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha bidang Pertanian di Negeri ini.
Kompleksitas permasalahan yang dihadapi Petani Indonesia adalah bentuk lain dari “Puasa” yang harus dijalani bertahun lamanya, isu impor beras beberapa waktu lalu ditengah ketersediaan beras Nasional yang cukup dan harga gabah yang rendah memberikan pukulan telak bagi Petani sehingga gelombang aksi penolakan muncul dari berbagai elemen masyarakat, alhasil impor pun dibatalkan atau lebih tepatnya ditunda untuk sementara waktu. Tak hanya itu sedikit menoleh kebelakang ketika kebijakan wajib tanam (5%) bagi importir bawang putih dihapus tatkala petani sedang semangat untuk mewujudkan swasembada bawang putih juga merupakan bentuk pengkerdilan fungsi Petani sebagai Penjaga Tatanan Negara Indonesia.
Kembali lagi Petani Indonesia khususnya bawang putih harus melanjutkan “Puasa” nya ketika Hilal lebaran sudah mulai terlihat. Belum lagi Petani Tebu, Tembakau, Hortikultura, Palawija ahhh sudahlah....
Segala bentuk tantangan dan permasalahan yang dihadapi Petani tentunya harus disikapi dengan Arif, munculnya Petani-Petani Handal, Sukses dan Survive adalah Bentuk lain dari adaptasi Petani dalam menghadapi pelbagai situasi selama ini. Petani kita sudah terbiasa dengan perubahan tiba-tiba dari suatu kebijakan (Pseudo Policy) dan lain hal, Petani kita terbiasa Legowo, Sabar dan Tabah atas segala hal yg terjadi terhadap usaha pertaniaanya. Karena memang Petani kita terbiasa dan terlatih ber “Puasa” yang entah kapan harus merayakan “Lebaran”nya.
Kemandirian Petani saat ini menjadi Kunci Utama dalam menggerakkan sektor ekonomi riil dibidang pertanian, petani tidak bisa lagi bergantung kepada External Factor mulai dari Input, Proses sampai Output. Petani harus dapat Berdikari terhadap semua faktor yang akan membatasi segala bentuk kegiatan produksinya, Berhimpun dan Bersinergi adalah hal yang niscaya untuk dilakukan agar kesinambungan usaha pertanian dapat terus berjalan.
Berdikari ialah bentuk kemandirian petani agar Merdeka dari segala belenggu industrialisasi input pertanian seperti Benih, Bibit, Pupuk dan Pestisida. Berhimpun artinya petani tidak dapat lagi bersikap Individual dalam menyikapi pelbagai hal terkait dengan usaha pertanian, peran Kelompok dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dapat dioptimalkan dengan pendekatan serta pemberdayaan.
Sementara Bersinergi adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi pada era saat ini, informasi tentang Strategi, Inovasi, Teknologi dan Akses Pasar menjadi sesuatu yang sangat Berharga untuk dibagi dan diketahui oleh petani lainnya. Ego Sectoral harus ditekan semiminal mungkin agar Sinergi perlahan dapat berjalan, tidak ada lagi Kelompok Tani ini lebih bagus dari yang lain, Gapoktan satu lebih unggul dari Gapoktan lain, atau Produk Pertanian yang dihasilkan oleh Daerah A lebih berkualitas dibanding dengan yang dihasilkan Daerah B. Semua sama harus saling Bersinergi, saling mendukung dan bahu-membahu dalam rangka memajukan pertanian Indonesia.
Sinergi tentunya tidak hanya pada tingkat Petani, Kelompok Tani dan Gapoktan saja, Kementerian Pertanian dengan Litbangnya, Dinas Pertanian serta lembaga lain yang terkait juga harus Bersinergi dalam upaya mengentaskan “Puasa” Petani yang tak kunjung usai. Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian, Pusat Kajian dan Pusat Studinya juga diharapkan dapat berperan aktif dalam peningkatan Kapasitas Petani, Kelompok Tani dan Gapoktan. Berbagai Riset dan Inovasi (Bidang Pertanian) yang dihasilkan tidak lagi hanya sebatas menghasilkan Paper atau Tulisan Ilmiah yang bermuara pada Jurnal Bereputasi, namun juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam hal ini Petani. Peran serta Perguruan Tinggi pada berbagai program pemberdayaan paling tidak sedikit membawa angin segar yang dapat mengurangi Pekak nya dahaga petani yang segera ingin mengakhiri “Puasa”nya.
Bergegaslah Petani Indonesia..Semoga “Puasa” Panjangmu segera tuntas!!
1 Syawal 1442 H
***
*) Oleh: Mochammad Syamsul Hadi, Direktur AgroTechnoPark, Universitas Brawijaya.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |