Peristiwa Daerah

Sehari Lebih Awal, Warga di Jember Bagian Utara Lebaran Hari Ini

Rabu, 12 Mei 2021 - 15:35 | 73.30k
Warga di sekitar Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger, sudah berlebaran pada Rabu (12/5/2021) ini, atau sehari lebih awal dari ketetapan pemerintah. (Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)
Warga di sekitar Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger, sudah berlebaran pada Rabu (12/5/2021) ini, atau sehari lebih awal dari ketetapan pemerintah. (Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Ribuan warga di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Jember sudah lebaran pada Rabu (12/5/2021). Seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka kembali merayakan Idul Fitri lebih awal sehari dari ketetapan pemerintah dan seluruh ormas Islam. Namun, warga tetap berpuasa selama 30 hari karena mereka juga mulai berpuasa 1 hari lebih awal dari ketetapan pemerintah. 

“Alhamdulillah tadi kita sudah menggelar salat Id dengan lancar. Besok juga ada warga yang menggelar salat Id. Artinya, warga di sini sudah terbiasa dengan perbedaan,” ujar KH Ali Wafa, pimpinan Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger, Jelbuk saat dikonfirmasi TIMES Indonesia usai salat Id. 

Desa Suger merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bondowoso.

Karena itu, selain warga Desa Suger, terdapat pula warga Bondowoso yang ikut berpuasa dan berhari-raya berdasarkan penetapan dari Pondok Pesantren Mahfilud Duror. 

KH Ali WafaKH Ali Wafa, pimpinan Pondok Pesantren Mahfilud Duror, Desa Suger menunjukkan kitab Najhatul Majalis, yang menjadi dasar penetapan awal Ramadan dan Syawal. (Foto: Muhammad Faizin/TIMES Indonesia)

Selama puluhan tahun, warga di Desa Suger mengikuti penetapan awal puasa dan lebaran yang diputuskan oleh Pondok Pesantren Mahfilud Duror. Sistem perhitungan yang digunakan dinamakan sistem Khumasi.

“Jadi kami menetapkannya berdasarkan selisih lima hari dari hari terakhir pada tahun sebelumnya. Khumasi itu artinya lima,” beber KH Ali Wafa. 

Sistem Khumasi itu merujuk pada kitab Najhatul Majalis.

Yaitu sebuah kitab kuning yang ditulis Syaikh Abdurrahman As-Sufuri Asy-Syafii.

Di dalam kitab setebal 268 halaman tersebut, penetapan awal Ramadan di dasarkan pendapat dari Imam Ja’far ash-Shodiq yang merupakan salah satu keturunan Rasulullah SAW. 

“Sistem ini sudah digunakan di Desa Suger sejak tahun 1911, saat pesantren dipimpin oleh KH Muhammad Sholeh yang merupakan kakek saya. Dulu awalnya saya juga tidak tahu, hanya ikut-ikutan saja,” papar KH Ali Wafa. 

Setelah Ali Wafa menuntut ilmu di Pondok Pesantren Bata-Bata di Pulau Madura, barulah ia menyadari dasar hukum perhitungan yang digunakan dalam kitab tersebut.

“Di daerah lain juga ada yang menggunakan dasar dari kitab ini

Pantauan TIMES Indonesia, terdapat tiga masjid di Desa Suger yang hari Rabu pagi ini menggelar shalat Idul fitri.

Tiga masjid yang menggelar shalat Id lebih awal itu, masih terhubung dengan Pondok Pesantren Mahfilud Duror.

Pihak pesantren sudah berupaya menegakkan protokol kesehatan selama pelaksanaan shalat Id. 

“Sejak semalam, kami lakukan penyemprotan disinfektan. Warga yang akan masuk masjid, juga diwajibkan cuci tangan. Kami juga sediakan masker, meski jumlahnya tidak seberapa. Tetapi alhamdulillah, banyak warga yang membawa sendiri masker dari rumah,” tutur KH Ali Wafa. 

Usai menyampaikan khutbah shalat Idul Fitri, KH Ali Wafa juga mengajak jamaah bersama-sama membaca Al-Fatihah tiga kali.

“Agar pandemi ini bisa segera berakhir,” pungkas KH Ali Wafa.

Ribuan warga di Desa Suger, Kecamatan Jelbuk, Jember sudah lebaran pada Rabu (12/5/2021). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES