Kuliner

Kue Lebaran ala Mantan Kapolsek di Probolinggo

Rabu, 12 Mei 2021 - 12:27 | 47.29k
Kue lebaran yang diproduksi oleh Habi Sutoko bersama istrinya di rumahnya.(Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)
Kue lebaran yang diproduksi oleh Habi Sutoko bersama istrinya di rumahnya.(Foto: Dicko W/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Habi Sutoko, seorang anggota Polri yang kini sudah purna tugas menggeluti aktivitas barunya yaitu memproduksi kue kering dan kue basah. Kini pria yang sudah dua bulan pensiun itu fokus membuat kue lebaran.

Habi Sutoko yang dulunya berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) ini, menjalani masa hidupnya dengan berbisnis aneka makanan bersama istrinya Husnah Fauziah, di rumah yang meraka huni di Perumahan Bumi Bulu Indah, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

Bisnis olahan makanan ia geluti sejak tahun 1996 lalu. Namun, sebelum pensiun, ia masih fokus kepada pekerjaannya untuk menjaga kemanan Kabupaten Probolinggo, sebagai Kapolsek di Pakuniran Polres Probolinggo.

Habi Sutoko mengatakan, sampai saat ini ia sudah mampu membuat berbagai macam olahan makanan. Mulai dari roti, kue kering, terang bulan, martabak dan catering nasi kotak. Namun semenjak bulan ramadhan ini, ia hanya membuat kue kering untuk persiapan hari raya.

Dan juga membuat makanan takjil, seperti lumpia, tahu isi dan kue basah lainnya. Sementara untuk pemesanan catering-nya saat ini masih berkurang. Meski begitu ia tetap memproduksi nasi kotak untuk dibagi-bagi kepada tukang becak, tukang ojek, atau ditaruh di masjid dan mushala.

Untuk kue kering sendiri ia sudah mampu bersaing di pasaran, seperti halnya tetangga yang satu RT dengannya melakukan pemesanan kue hari raya kepadanya. Selain itu, ia juga sudah menjadi distributor kue kering, beberapa swalayan yang ada di wilayah Kecamatan Kraksaan.

Saat ditanya omzet, Habi hanya menjawab sudah cukup untuk kebutuhan sehari-harinya dan mampu membayar empat orang karyawan yang membantunya dalam menyelesaikan olahan kuenya ini.

“Alhamdulilah sudah cukuplah,” ucapnya.

Habi mengaku ilmu dari pembuatan olahan makanan ini, berawal dari coba-coba yang kemudian melakukan pelatihan di Surabaya dan Malang, setelah ditemukan racikan menu yang pas, ia dan sang istri langsung memulai pembuatan kue keringnya pertama kali.

Berkat ketekunan dan kegigihan dengan sang istri, ia mampu membuat berbagai macam kue kering. Total ada 10 jenis kue kering, diantaranya jenis Lidah kucing, lalu chocoo balls, dan jenis thumbprint. Kue-kue tersebut dijual dikisaran harga Rp40 ribu hingga Rp 60 ribu per toples. Setiap toplesnya berisi 0,5 kg (setengah kilogram).

Saat ini kesenjangan ekonomi terganggu akibat adanya pandemi covid-19. Habi juga mengakui hal itu, penjualannya menurun akibat dari daya beli masyarakat juga menurun. Hanya saja penurunan penjualannya tidak terlalu signifikan.

Habi mengaku ia sudah mempunyai banyak pelanggan tetap sejak 1996 lalu. Jika satu pelanggan tidak beli, maka dibeli pelanggan lainnya. Sehingga penjualannya tidak terlalu menurun signifikan

“Sedikit saja berkurangnya,” tutur pria asal Yogyakarta itu.

Tak ayal, para pelanggannya tetap meminati kue olahannya itu. Karena ia bersama istrinya lebih menjaga kualitas dan cita rasa yang bertahun-tahun tidak berubah. Segala jenis olahan makanan yang diproduksinya itu tak ada satupun yang memakai bahan pengawet, jadi tidak berbahaya.

Selain dijual, setiap harinya ia mesti membuat olahan untuk para empat orang karyawannya itu, agar bisa dibawa pulang, untuk dimakan bersama keluarganya di rumah.

Pada momen lebaran 2021 atau Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah ini, dirinya berharap kue lebaran yang diproduksi bersama sejumlah karyawannya terus berkembang untuk kedepannya, untuk menyambung hidup setelah pension dari anggota Kepolisian Republik Indonesia.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES