Pendidikan

Inilah Peranan Tim ITS dalam PSEL Benowo Surabaya

Selasa, 11 Mei 2021 - 21:08 | 58.08k
(Kiri) Dimas Anton Asfani, Ary Bachtiar Krishna Putra, Prof Joni Hermawana, I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi dan Mudji Irmawan saat menghadiri peresmian PSEL (Foto: Humas ITS)
(Kiri) Dimas Anton Asfani, Ary Bachtiar Krishna Putra, Prof Joni Hermawana, I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi dan Mudji Irmawan saat menghadiri peresmian PSEL (Foto: Humas ITS)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Keseriusan Kota Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah dibuktikan dengan diresmikannya operasional Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik atau PSEL Benowo oleh Presiden RI Joko Widodo pada 6 Mei 2021 lalu. Proyek ini juga melibatkan tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Dalam peresmian tersebut, Presiden Joko Widodo atau yang biasa disapa Jokowi menyampaikan bahwa kota besar di Indonesia memang tengah menghadapi permasalahan sampah yang cukup krusial.

psel b

Pasalnya, sampah tersebut tak hanya akan menimbulkan pencemaran lingkungan, tetapi juga akan menghasilkan lindi yang berdampak terhadap penurunan kualitas air. Terhitung sejak 2018, hanya satu kota yang berhasil mengatasi permasalahan tersebut, yaitu Surabaya.

PSEL Benowo yang tengah beroperasi ini rupanya mempunyai sejarah panjang dan telah menggandeng beberapa tenaga ahli ITS sejak awal. Adalah Prof Ir Joni Hermana MScES PhD (Teknik Lingkungan), I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD (Teknik Lingkungan), Ary Bachtiar Krishna Putra ST MT PhD (Teknik Mesin), ‪Dimas Anton Asfani ST MT PhD (Teknik Elektro), Ir Mudji Irmawan Arkani MT (Teknik Sipil), dan Hendra Cordova ST MT (Teknik Fisika).

I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi, salah satu anggota Tim ITS dalam proyek ini mengungkapkan bahwa gagasan pembangunan PSEL pertama kali disampaikan oleh Wali Kota Surabaya periode 2010-2020, Dr (HC) Ir Tri Rismaharini.

“Saat itu, beliau mempunyai gagasan yang inovatif dan berani untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Surabaya,” papar Wawa, sapaan akrabnya.

Menyadari bahwa jumlah sampah terus meningkat dan lahan Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) Benowo yang tidak mampu menampungnya, maka sejak 2010 konsep Waste to Energy mulai digagas oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan menggandeng ITS untuk penanganan teknologi serta segala sesuatu yang berkenaan dengan hal teknis.

Kemudian pada tahun 2012, Pemkot Surabaya menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT. Sumber Organik (PT. SO) perihal Penyediaan Prasarana dan Sarana TPA Benowo.

“Inilah implementasi konsep public private partnership dalam bidang infrastruktur persampahan yang pertama kali diterapkan di Indonesia,” tandas Wawa.

Menurut dosen Departemen Teknik Lingkungan tersebut, pemilihan teknologi dengan konsep gasifikasi menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat. Pembakaran sampah dengan konsep gasifikasi ditakutkan akan menghasilkan gas yang bersifat racun dan mencemari lingkungan.

“Selain itu, sistem pengelolaan sampah tanpa pemilahan dan kadar air sampah yang cukup tinggi ditakutkan akan gagal diolah dengan metode pembakaran ini,” ungkap Wawa.

Berkaitan dengan teknologi ini, ITS bersama Pemkot Surabaya memberikan masukan kepada PT. SO tentang apa yang harus dilakukan secara ideal agar pengolahan sampah dengan konsep gasifikasi ini dapat berjalan dengan baik.

“Setelah hampir sembilan tahun dicanangkan, PSEL Benowo akhirnya resmi beroperasi,” lanjut alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini.

psel c

Pengolahan yang diharapkan dapat menghasilkan energi listrik sebesar 9 MW ini nantinya akan menambah energi listrik sebesar 2 MW yang sudah dihasilkan oleh pemanfaatan methane gas dari landfill di TPA Benowo.

Wawa berharap PSEL ini mampu mereduksi sampah yang ditimbun ke lahan TPA Benowo. Kontribusi masyarakat Kota Surabaya pun diharapkan agar teknologi ini dapat beroperasi secara berkelanjutan.

Pasalnya, lanjut Wawa, kapasitas pengolahan gasifikasi hanya mencapai 1.000 ton perhari dan masih tersisa 600 ton yang perlu dikelola Pemkot Surabaya. Untuk itu, tugas warga Surabaya adalah mengurangi sisa sampah dengan konsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

“Perguruan tinggi seperti ITS pasti akan banyak berperan meningkatkan upaya 3R dengan berbagai teknologi yang bisa diimplementasikan di masyarakat,” imbuhnya.

Di akhir perbincangan, Wawa berharap sinergi kerja sama ini dapat membantu Pemkot Surabaya dalam hal pengelolaan sampah, sehingga konsep Green and Clean Surabaya akan mendunia.

“Saya juga berharap teknologi ini akan berhasil mewujudkan Surabaya sebagai kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan,” tutup Wawa penuh harap (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES