Peristiwa Daerah

Buntut Pengambilan Paksa Jenazah Covid-19 di Ponorogo, 1 Orang Positif

Selasa, 11 Mei 2021 - 09:34 | 29.05k
Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo Rahayu Kusdarini. (FOTO: Marhaban/TIMES Indonesia)
Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo Rahayu Kusdarini. (FOTO: Marhaban/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Kasus pengambilan paksa jenazah pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono, Ponorogo, Jawa Timur Rabu (5/5/2021) lalu menimbulkan masalah baru. Satu orang dinyatakan positif Covid-19 usai pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Ponorogo.

Kepala Dinkes Ponorogo Rahayu Kusdarini, Selasa (11/5/2021) menjelaskan, tracing telah dilakukan baik yang mengambil langsung maupun keluarga dekat jenazah pasien Covid-19 yang diambil paksa. Ada 8 orang yang ditracking. 8 orang itu, merupakan penjemput dan keluarga dekat, mereka semua dilakukan rapid antigen.

"Hasilnya dari 8 orang itu ada 1 orang yang positif. Kalau menjemput atau tidak itu saya ndak paham," tuturnya.

Pengambilan Paksa Jenazah Cvid

Kepala Dinas yang akrab disapa Irin ini mengatakan, mengambil paksa jenazah pasien Cobid-19 dan tidak menggunakan APD saat mengambil penuh resiko. "Resiko paparan Covid-19 terhadap keluarga yang mengambil dan menguburkan jenazah tanpa prokes dan Satgas sangat berisiko terpapar," ulasnya.

Irin menjelaskan bahwa paparan itu bisa melalui dropled dan sentuhan. Karena  seseorang yang terinfeksi Covid-19, jenazahnya tersebut masih infeksius, sehingga penanganannya sejak awal pandemi sampai hari ini masih tetap SOPnya, ketika seseorang dinyatakan positif Covid-19, ataupun masih suspek maka pemulasaraan jenazahnya menggunakan prokes

"Tujuannya untuk mengurangi resiko penularan, tentunya dari almarhum kepada keluarga/kerabatnya yang melakukan pemulasaraan jenazah ke pemakaman," tandasnya.

Dan apabila kemudian ada sekelompok orang yang tidak ikhlas keluarganya dimakamkan dengan prokes, hal itu tentu  berisiko kepada keluarga yang melakukan pemulasaraan.

Memang  ada keluarga yang memakamkan dan hasilnya negatif, itu bisa saja. "Misalnya kondisi tubuhnya yang fit, banyaknya viral load, jumlah virus yang masuk ke tubuh seseorang juga mempengaruhi, kemudian waktu terpaparnya, kemudian keganasan virus tersebut, jadi orang yang menularkan tersebut infeksiusnya sedang tinggi atau rendah," terang Irin.

Irin menambahkan, prokes dilakukan karena tidak pernah tahu dari sekian faktor tersebut apakah terpenuhi atau tidak.

"Sehingga untuk mengurangi atau memutus mata rantai penularan salah satunya adalah memakamkan dengan prokes. Bukan berarti setiap yang melakukan pemulasaraan tanpa prokes kemudian pasti tertular," katanya.

Sebelumnya, sejumlah orang mengambil paksa salah satu jenazah pasien Covid-19 dari RSUD dr Harjono Ponorogo. Aksi mereka terekam kamera CCTV.  (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES