Ekonomi

Es Buah Mangewu, Bisnis Takjil Ramadan dengan Omzet Senilai Yamaha NMAX

Kamis, 13 Mei 2021 - 16:25 | 882.11k
Lapak Es Buah Mangewu, jualan takjil dengan omzet fantastis di Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Lapak Es Buah Mangewu, jualan takjil dengan omzet fantastis di Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Puasa Ramadan hampir rampung dijalani oleh umat Islam di Indonesia. Namun di Kabupaten Banyuwangi, tersisa sebuah cerita manis dan inspiratif dari penjual takjil berlabel Es Buah Mangewu di pinggiran jalan.

Selama 28 hari berjualan, seorang mahasiswa yang sekaligus ibu muda berhasil meraup omzet rupiah seharga motor Yamaha NMAX.

Cerita fantastis tersebut berhasil ditelusuri oleh TIMES Indonesia, tepatnya di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Penjual takjil tersebut bernama Fitria Kusmarheni (27), seorang mahasiswa fakultas PGMI yang sekaligus ibu muda beranak satu. Hanya dengan berjualan es buah selama Ramadan saja, mahasiswa tersebut mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 30 juta.

Es Buah Mangewu 1

Cerita ini bermula dari kegelisahan Fitria yang sebentar lagi memasuki semester akhir. Maklum, sebagai ibu rumah tangga Fitria tergolong kaum pengangguran. Selain berkuliah, dirinya hanya disibukkan dengan aktivitas rumahan. Seperti merawat anak dan membereskan segala urusan rumah.

Memasuki semester akhir ini, banyak mata kuliah praktik yang memakan biaya besar. Belum lagi persiapan skripsi dan biaya wisuda. Fitria pun tak ingin menggantungkan beban tersebut di pundak suami. Dia pun memutar otak bagaimana memanfaatkan momen Ramadan untuk mengais rejeki.

Singkat cerita, terbitlah ide berjualan es buah. Tentunya sebelum berjualan, Fitria terlebih dahulu mencari referensi di YouTube.

Awal berjualan Fitria sempat mengalami minder. Di sepanjang jalan tempat ia berjualan, telah berjajar rapi puluhan penjual takjil. Tak hanya makanan, rupanya banyak juga penjual aneka minuman es lainnya.

Kala itu Fitria mulai berjualan sekitar pukul 15.00 WIB. Mahasiswa ini mengangkut segala keperluan berjualannya menggunakan gerobak dorong (alat bangunan). Toples dan segala keperluannya ditata di sebuah meja berukuran 120 x 70 sentimeter.

Jam mendekati waktu azan Magribh. Belum satupun es buah miliknya terjual. Sejumlah pengguna jalan nampak telah membawa kantong-kantong takjil dari penjual lain di sekitarnya. Sekitar pukul 16.30 WIB, seorang bapak mengendarai motor matic menghampiri lapak Fitria.

Es Buah Mangewu 2

"Es buah mbak? Saya pesan 10 ya," kata Fitria menirukan perkataan pembeli pertamanya.

Baru pertama berjualan, Fitria pun sempat gugup. Beberapa irisan buah pun berceceran karena tangannya bergetar. Namun dia mulai tenang setelah pundi-pundi pertama dikantongi. Alhamdulillah, Rp 50 ribu dari pesanan 10 gelas es buah sudah dikantongi Fitria.

Waktu pun berlanjut, sekitar 30 menit menjelang waktu berbuka puasa, lapak Fitria pun diserbu oleh puluhan orang. Tepat waktu azan Magribh, seluruh dagangan Fitria ludes terjual. Sekitar 85 gelas sudah bertukar dengan uang.

Tak hanya berhenti di waktu Magribh saja, rupanya pembeli terus berdatangan setelahnya. Namun Fitria harus menolak. Karena memang bahan-bahan untuk meracik es buah sudah tak tersisa. Hanya tinggal toples dan gelas plastik kosong saja.

Hari kedua pun berlanjut persis seperti hari pertama. Es buah dagangannya ludes terjual tak tersisa. Hal ini terus berlanjut hingga hari keempat dia berjualan. Pada hari kelima, Fitria mulai memberanikan diri memperbanyak bahan jualan.

Alamak, 250 gelas es buah habis terjual. Bekas toples wafer yang digunakan Fitria menyimpan hasil jualan penuh akan uang pecahan Rp 5 ribu hingga pecahan Rp 20 ribu. Omzet per hari itu mencapai Rp 1 juta lebih.

Dari pengalaman TIMES Indonesia saat membeli satu gelas es buah tersebut, memang pantas jika banyak orang menyukainya. Berbeda dengan es buah lainnya, es buah mangewu ini memiliki rasa yang sangat manis dan tanpa campuran air sedikitpun.

Berbeda dengan penjual lainnya yang rata-rata menggunakan gelas berukuran 16 mm, Fitria justru menggunakan ukuran 22 mm.

Dalam satu gelas, ada sekitar 7 item yang dimasukkan. Di antaranya, semangka, jelly, nata de'coco, nanas, blewah, selasih. Sebagai alternatif, terkadang juga menggunakan buah naga, alpukat atau sirsak.

Seluruh item isian es buah tersebut dimasukkan kedalam gelas. Selanjutnya Fitria memasukkan cairan manis berwarna putih, susu krimer dan sirup botol tanpa campuran air. Untuk cairan putih manis tersebut, Fitria enggan membeberkan resepnya.

"Intinya ini sangat manis rasanya. Ada beberapa bahan untuk membuat ini. Kalau resepnya rahasia perusahaan ya," kata Fitria sambil tersenyum.

Berjualan dengan konsep sedekah

Harus diakui, bulan suci Ramadan merupakan bulan paling istimewa diantara bulan lainnya. Betapa tidak, selama 30 hari Allah SWT akan membuka lebar semua kemudahan bagi setiap umat Islam yang menjalankan puasa. Di momen Ramadan ini, Fitria memiliki konsep berjualan sambil bersedekah.

Inilah alasan kenapa Fitria memilih gelas berukuran 22 mm dibandingkan gelas es buah pada umumnya yang berukuran 16 mm. Selain itu, Fitria kerap kali memberikan jualannya secara gratis kepada pedagang keliling yang kebetulan lewat didepan lapak miliknya.

Fitria juga sempat menggelar bagi-bagi ratusan takjil. Belum berhenti disitu, mahasiswa ini juga kedapatan membagikan ratusan masker gratis bagi pengguna jalan setempat.

"Kata Mas (suami), nggak apa-apa pakai cup (gelas) lebih besar. Bulan ini Ramadan, jangan fokus di keuntungan. Bagaimana caranya jualan sembari bersedekah. Kalau sisa kasihkan saja ke orang, jangan dibawa pulang," kata Fitria menirukan nasehat suaminya.

"Kalau ada keuntungan cukup, buat takjil gratis nanti dibagi-bagikan. Karena ini masih pandemi Covid-19, jualan tetap pakai masker dan sarung tangan ya. Jangan abaikan itu. Minimal kamu tidak resiko menularkan ke pembeli," sambung Fitria menirukan nasehat sang suami.

Allah Maha Besar, dengan menerapkan hal tersebut, bukan rugi yang didapatkan Fitria. Justru terus menerus jualan miliknya tak pernah tersisa hingga akhir Ramadan berjualan. Berapapun bahan yang dibeli Fitria, pasti habis setiap harinya. Bahkan masih banyak pembeli yang harus ditolaknya.

Kemudahan yang diberikan Sang Pencipta kepada Fitria masih belum berhenti. Di rumahnya, banyak orang yang order es buah Fitria dalam ukuran tertentu. Pesanan ini, digunakan oleh pemesan untuk dibagikan atau sekedar untuk acara buka bersama.

Selama Ramadan 2021 ini, ribuan orang mendadak berjualan. Masing-masing berlomba-lomba mengais berkah dari Sang Pencipta Semesta. Dalihnya pun beragam. Sekedar mengisi waktu, mencari tambahan untuk keperluan lebaran, belajar berwirausaha atau bahkan murni mencari keuntungan.

Omzet yang ditawarkan pun cukup menggiurkan. Hanya berjualan selama 3 jam, dapat meraup omzet ratusan ribu rupiah hingga mencapai Rp 1,2 juta. Kebayang kan, jika rutin berjualan selama satu bulan penuh?

Mulai dari ibu rumahtangga, disabilitas, kawula muda, istri tukang parkir, tukang tambal ban, mahasiswa, bahkan anggota dewan dan masih banyak golongan lain. Semuanya menyajikan aneka menu-menu berbuka puasa. Dari yang segar, manis hingga pedas, baik olahan kue, buah, sayur, daging dll.

Seperti penjual Es Buah Mangewu ini. Berjualan sambil bersedekah, mahasiswa di Kabupaten Banyuwangi ini memiliki omzet rupiah senilai Yamaha NMAX. Kisah ini tentunya sangat menginspirasi sekaligus dapat dijadikan referensi untuk berjualan pada Ramadan selanjutnya pada 2022 esok. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES