Peristiwa Daerah

Wayang Kulit Sasak Mulai Dilupakan

Sabtu, 08 Mei 2021 - 17:30 | 63.26k
Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M16 Bambang Mei Finarwanto (Paling Kiri) saat berjumpa dengan  Amaq Darwilis (Baju Putih) seorang pengerajin wayang kulit Sasak. (Foto: Humas M16)
Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M16 Bambang Mei Finarwanto (Paling Kiri) saat berjumpa dengan  Amaq Darwilis (Baju Putih) seorang pengerajin wayang kulit Sasak. (Foto: Humas M16)

TIMESINDONESIA, MATARAM – Lembaga Kajian Sosial Politik M16 asal Nusa Tenggara Barat (NTB) resah dengan kurangnya perhatian pemerintah dalam menjaga kesenian daerah, khususnya Wayang Kulit Sasak

"Jangan sampai kita menyesal ketika wayang kulit Sasak akan punah seiring habisnya para penatah yang menjadi penjaga kebudayaan Sasak ini," kata Direktur M16 Bambang Mei Finarwanto, kepada TIMES Indonesia Sabtu (8/5/2021).

Pria yang akrab disapa Didu ini menyampaikan ihwal keprihatinannya terhadap kesenian tradisional wayang khas Lombok ketika berjumpa dengan Amaq Darwilis (65),  seorang penatah atau pengrajin wayang kulit Sasak asal Gunung Malang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat pada Jumat, 7 Mei 2021.

Di hadapan Didu, Amaq Darwilis bercerita kekhawatiran akan punahnya wayang Sasak. Dia tidak memiliki generasi penerus di saat umurnya sudah cukup tua.

Amaq Darwilis ingin sekali mengajar orang-orang untuk membuat wayang Sasak, namun generasi saat ini belum ada yang tertarik terhadap wayang Sasak.

Bahkan, bantuan dari pemerintah tidak pernah didapat. Padahal, NTB adalah daerah pariwisata, sementara wayang adalah bentuk atraksi pariwisata yang menarik bagi wisatawan.

"Jika para penatah wayang kulit Sasak seperti Amaq Darwilis  telah tiada, maka salah satu budaya leluhur Sasak tersohor ini akan sirna bersama mereka," kata Didu.

Ia menegaskan, kebudayaan Sasak harus direkatkan dengan benang penyekat. Benang itu adalah bantuan pemerintah yang terus membuat wayang Sasak bereksistensi. 

"Maka bantuan pemerintah yang dapat menyelamatkan wayang Sasak dari ancaman kepunahan. Mulai berikan permodalan bagi para penatah dan mulai memperkenalkan wayang Sasak pada generasi," imbuhnya.

Selain permodalan, Didu juga berharap kepada pemerintah agar kesenian wayang dapat diperkenalkan secara formal melalui sekolah sekolah dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler, sehingga kesenian wayang Sasak khususnya yang terkait dengan proses produksi wayang Sasak ini tidak punah.

"Kita sangat khawatir apabila tidak ada upaya nyata pemerintah dan masyarakat maka wayang kulit Sasak menjadi hilang, terlupakan dan tergerus zaman," kata Didu yang juga salah satu pendiri Lembaga Kajian Sosial Politik M16 ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES