Ekonomi Indonesia Bangkit

Seri Bisnis Pisang (4): Sembilan Strategi Membidik Pasar  

Senin, 03 Mei 2021 - 08:51 | 108.78k
Dr Supriyanto. Asosiasi Pisang Indonesia dan Dosen Universitas Islam Malang.
Dr Supriyanto. Asosiasi Pisang Indonesia dan Dosen Universitas Islam Malang.
FOKUS

Indonesia Bangkit

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada bagian Seri Bisnis Pisang 3 yang lalu sudah kita bahas, bahwa pisang dikelompokkan menjadi tiga. Yakni pisang buah, pisang olah, dan pisang hias. Masing masing memiliki keunggulan yang berbeda dalam bisnis dan budidayanya. Berikut lanjutan tulisan Dr Suprianto, pakar pisang dari Unisma Malang. 

Pertanyaan yang sering disampaikan oleh petani pisang buah dan pisang olah adalah mencari calon pembeli atau pasar. Jika sudah menanam, siapa yang akan membeli? Apakah harganya bisa bagus? Bagaimanakah mengantisipasi jika harga murah? Dan sebagainya. 

Menjawab pertanyaan di atas, saya memberikan sembilan saran sebagai solusi. Kesembilan saran ini kita sebut strategi membidik pasar pisang. Berikut penjelasannya.

1. Untuk petani yang memiliki waktu tenaga dan biaya terbatas, tanamlah pisang olah. Bukan pisang buah. Karena pisang buah butuh perawatan lebih banyak. Pisang olah seperti kepok, tanduk, rajanangka, pasarnya kuat, perawatan mudah dan tidak butuh penampilan yang bersih. Pisang olah lebih mudah dan murah perawatannya. Harganya juga stabil. 

2. Jika ingin menanam pisang buah, seperti ambon, raja, susu, pikirkan pasarnya. Jika pasarnya baik perluas, jika kurang baik, sebaiknya dikombinasi dengan pisang olah. Kombinasi perlu untuk memperkuat pemasaran di pasar lokal.

3. Jika ingin menanam pisang buah dalam skala sedang dan luas untuk pasar modern. Seperti cavendish, mas kirana, barangan, ikatlah kontrak dengan calon pembeli. Buat perjanjian dengan calon pembeli, baru kita tanamkan. Jika belum memiliki kontrak pembelian dengan calon pembeli, tanam saja seperti pada strategi nomor 1 dan 2 di atas.

4. Buatlah kelompok tani sejenis. Misalnya, Kelompok Tani Pisang. Lalu bekerja sama-lah dengan pihak terkait. Misalnya, PPL, dinas pertanian, lembaga keuangan, tokoh masyarakat, anggota dewan, perguruan tinggi, ilmuwan dan LSM yang peduli dengan petani. Termasuk dengan media massa. Semakin banyak yang membantu semakin baik. 

5. Buatlah jejaring seperti grup di media sosial, FB, WA. Lalu lanjutkan dengan membuat koperasi, asosiasi atau organisasi petani. Boleh juga membuat jaringan informal saja seperti komunitas petani.

6. Kita butuh investor dan pelaku bisnis olahan. Karena itu, kita butuh bekerja sama juga dengan kalangan industri pengolahan produk pisang, UMKM, pengecer dan pedagang buah. Semakin banyak yang terlibat dalam pemasaran, semakin baik.

7. Pisang kita surplus di satu daerah. Tetapi minus di daerah lain. Termasuk eksport pisang masih terbuka lebar. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu lebih aktif lagi membaca potensi bisnis pisang. 

8. Kebutuhan yang mendesak sekarang membuat pabrik tepung pisang. Olahan makanan dari pisang dan pembinaan eksport pada daerah surplus. Seperti Lampung, Lumajang, dan Banyuwangi. Butuh fasilitas dari pemerintah pusat dan daerah. 

9. Perlu publikasi bersama, seperti festival pisang, pameran pisang, bazar pisang, sekaligus dengan varian produknya. Seperti pameran produk buah, bazar makanan ringan, festival kerajinan dari bahan pohon pisang, dan sejenisnya. 

Jika kita bisa mempraktikkan salah satu atau beberapa strategi diatas, maka produksi pisang kita bisa terus berlanjut. Semoga membantu memberikan solusi.  Ikuti Seri Bisnis Pisang minggu depan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES