Pendidikan

Herdy Mulyana Terpilih menjadi Pendamping Guru Penggerak Nasional

Minggu, 02 Mei 2021 - 23:44 | 31.51k
Herdy Mulyana terpilih menjadi Pendamping Guru Penggerak Nasional (FOTO: Dok. Dinas Kominfo Kabupaten Garut)
Herdy Mulyana terpilih menjadi Pendamping Guru Penggerak Nasional (FOTO: Dok. Dinas Kominfo Kabupaten Garut)

TIMESINDONESIA, GARUT – Pendidikan menjadi salah satu bidang penting dalam tatanan kehidupan. Pendidikan hadir untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dari sebuah negara ataupun sebuah daerah. Maka, tak heran pendidikan menjadi salah satu hal yang sangat diperlukan oleh setiap masyarakat.

Hal ini disadari betul oleh pria 48 tahun asal Kecamatan Bayongbong bernama Herdy Mulyana, yang mendirikan sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerahnya, guna menunjang pendidikan di tempat tinggalnya.

“Saya kuliah di IKIP Bandung dulu, sekarang UPI, lalu saya diangkat jadi guru tahun 98. Ditugaskan di Sukabumi, ketika kembali ke Garut saya membuat sekolah, kebetulan di kampung tempat tinggal saya itu tahun 2003, 90 persen anak-anak tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMP karena jaraknya cukup jauh," tutur Herdy seusai acara Lokakarya Calon Guru Pengerak di Hotel Augusta, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Minggu (2/5/2021).

Anak-anak saat itu, ungkap Herdy, harus berjalan kaki satu jam untuk bisa belajar di sekolah terdekat di ibu kota kecamatan. Lantaran prihatin, pada tahun 2003 Herdy mendirikan sekolah swasta yang dinamai SMP Persada Bayongbong. Ia mendirikan sekolah untuk mencoba membantu masyarakat, karena menurutnya masyarakatnya mempunyai hak untuk mendapatkan akses pendidikan yang mudah.

“Jadi sekarang ini (sekolah berdiri) sudah 18 tahun. Saya mencoba untuk membantu masyarakat yang seharusnya memang memiliki hak untuk mendapatkan akses pendidikan yang mudah. Tetapi karena keterbatasan pemerintah, tentu saja pada waktu itu tidak semua keinginan masyarakat bisa dipenuhi, karenanya saya membuat sekolah,” tandasnya.

Sejak sekolah menengah yang didirikan Herdy itu ada, angka Drop Out (DO) di daerahnya hampir hilang, karena 100 persen anak-anak sudah bisa bersekolah. Terlebih sekolah yang ia dirikan tidak memungut biaya sepeser pun kepada masyarakat alias gratis.

“Alhamdulillah sejak saat itu,  tingkat Drop Out bahkan bisa dikatakan hampir hilang. 100 persen anak-anak sekarang sudah bisa bersekolah karena jaraknya sangat dekat. Sekolahnya juga gratis,  sehingga ada beberapa daerah terisolir di pinggiran Bayongbong dan Cigedug ini pada akhirnya menemukan solusi, anak-anaknya bisa sekolah tanpa harus menempuh jarak yang cukup jauh,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, menjadi suatu kebanggan tersendiri saat melihat alumni-alumni di sekolahnya mampu menunjukkan dirinya dan memiliki pekerjaan yang bergengsi.

“Bagi saya luar biasa, alumni dari sekolah kami sebagian di antaranya sudah mampu menunjukan dirinya sebagai orang-orang yang bertalenta. Orang-orang yang sangat kompeten di dalamnya, bahkan kami memiliki alumni-alumni yang memiliki pekerjaan yang sangat bergengsi,” ungkapnya.

Herdy menyebutkan, ada salah satu alumninya yang menjadi seorang entrepreneur yang mendapatkan penghargaan tingkat Asean.

“Salah satunya saya punya alumni dari lulusan sekolah kami namanya ini Yusep Maulana, salah satu founder Mobidu di Garut. Dia salah seorang entrepreneur yang namanya tidak hanya sekaliber nasional di dunia IT, tapi dia juga pernah mendapat penghargaan sebagai entrepreneur muda tingkat Asean, itu salah satunya,” jelas Herdy.

Alasan itu kata Herdy, menjadi salah satu ketertarikannya untuk mendaftakan diri sebagai pendamping Guru Penggerak di Kabupaten Garut.

“Tapi yang paling membanggakan tentu saja ketika mereka bisa mendapatkan ilmu, lalu mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Tentu bagi kami sangat membanggakan sebagai seorang guru, itu juga yang membuat saya akhirnya tertarik untuk mendaftarkan diri sebagai pendamping karena saya ingin mencoba berbagi pengalaman, berbagi pengetahuan dengan guru-guru muda, dengan guru-guru terbaik di Kabupaten Garut,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu alumni yang disebutkan oleh Herdy, Yusep Maulana (26) mengungkapkan, sosok gurunya yang juga kepala SMP Persada, merupakan salah satu panutannya.

"Pak Herdy itu adalah salah satu panutan saya di waktu pertumbuhan saya menuju dewasa, soalnya waktu itu kan di SMP Persada beliau adalah kepala sekolahnya. Saya siswanya angkatan kedua. Waktu itu Persada penuh dengan keterbatasan, sekolahnya cuma dua rombel (rombongan belajar), dan saya kebagian kelas siang sampai sore," ungkap Yusep.

Panutannya itu, tutur Yusep, selalu menanamkan kepada para siswanya untuk terus bermimpi, dan walaupun di kampung harus tetap berprestasi.

"Di sana banyak sesuatu hal yang saya dapatkan, terutama mempelajari tentang kesederhanaan, tapi kita diajak untuk bermimpi. Itu kalimat yang selalu Pak Herdy tanamkan, meskipun di kampung kita mampu untuk bisa berprestasi salah satunya, kemudian ketika ada keinginan dari siswa untuk meningkatkan kreativitas seperti musik, seni, bahkan ke dunia teknologi beliau selalu mendukung. Bahkan beliau beli komputer pentium 3 dulu itu, pakai duit sendiri dan dipakai oleh siswa, salah satunya oleh saya," kisahnya.

Yusep berharap sang panutannya bisa bisa terus mengembangkan dunia pendidikan di Desa Pamalayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut. "Sampai detik ini saya masih dengan beliau di Yayasan Persada, ya mudah-mudahan bisa berkembang, dalam perkembangan dunia pendidikan di Desa Pamalayan, umumnya di Kabupaten Garut untuk selalu berkolaborasi di dinas juga untuk mengembangkan pendidikan," harap Yusep.

Guru Penggerak merupakan bagian program merdeka belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dengan tujuan esensialnya yakni untuk mendorong para guru di Indonesia meningkatkan kompetensinya sebagai guru profesional.

Kabupaten Garut memiliki potensi Guru yang sangat luar biasa, meskipun dengan keterbatasan. Ada salah seorang guru yang berasal dari pedalaman Kecamatan Cikelet, ia mampu bersaing dengan guru-guru yang ada di kota. Bahkan ia terpilih sebagai Calon Guru Penggerak di Kabupaten Garut.

Pada momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) para guru diajak untuk kembali mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Ki Hajar Dewantara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES