Ekonomi

Ponpes Al-Islah Bondowoso Mendidik Santri Jadi Pengusaha

Minggu, 02 Mei 2021 - 15:48 | 178.57k
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Islah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, KH Toha Yusuf Zakariya saat memperlihatkan bioflok peternakan ikan lele (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Islah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, KH Toha Yusuf Zakariya saat memperlihatkan bioflok peternakan ikan lele (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pimpinan Pondok Pesantren Al-Islah, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, KH Toha Yusuf Zakariya ternyata tak hanya membekali para santri pandai ilmu agama. Tetapi dia juga mendidik para santri Ponpes Al-Islah Bondowoso menjadi pengusaha yang tangguh.

Hal itu dilakukannya karena kiai Toha sadar, bahwa setelah lulus nanti para santri harus bisa survive, bersaing dan nerdaya di bidang ekonomi.

Sebab bagi dia, berdakwah tidak lah cukup hanya berbekal ilmu agama, tetapi harus disertai dengan kecukupan ekonomi. Terlebih dia tak ingin santri-santrinya menjadi pribadi yang menggantungkan hidup dengan meminta pada orang lain.

Tentu pelajaran jadi pengusaha bagi santri-santri Al-Islah bukan hanya teori saja. Sebab pesantren terbesar di Bondowoso ini, punya beberapa unit-unit usaha yang dikelola langsung oleh para santri.

Saat dikonfirmasi, Kiai Toha mengajak dan menunjukkan langsung salah satu unit usaha milik pesantren. Yakni peternakan ikan lele yang lokasinya tak jauh dari pesantren.

Pada TIMES Indonesia kiai Toha mengatakan, bahwa pada dasarnya, disamping sebagai lembaga pendidikan, Al-Islah adalah pondok pesantren pelatihan.

KH-Toha-Yusuf-Zakariya-a.jpg

"Karena pondok pesantren pelatihan, maka di Al-Islah itu ada PSPUP alias Pesantren Singkat Pelatihan Usaha Produktif," jelas kiai muda tersebut.

Melalui PSPUP itu kata dia, pesantren mencetak para santri enterpreuner. Yakni dengan menciptakan skill baru dan membuat santri punya life skill di segala bidang usaha. 

"Diantaranya ada bidang menjahit, urusan peternakan, pertanian dan bidang perikanan," paparnya saat dikonfirmasi di sela-sela mengecek usaha ternak lele. 

Di Al-Islah sendiri sudah ada beberapa unit usaha. Yakni diantaranya bioflok peternakan ikan lele, kedua cold storage atau gudang pendingin ikan,  peoses pembangunan sentra kuliner ikan, pertanian dan peternakan kambing. 

Sementara untuk bioflok budidaya ikan lele awalnya ada 8 kolam, tetapi kini sudah  jadi 22 kolam "Kami targetkan nanti bisa jadi 100 bioflok," imbuhnya.

Menurutnya, untuk setiap kolam terdapat 4.500 ikan lele dan panen setiap tiga bulan sekali. Itu pun sudah ada offtaker-nya atau pembelinya. Per kolam bisa menghasilkan uang jutaan rupiah. "Harganya per kilogram Rp 16.000," jelansnya.

Sementara untuk peternakan kambing terletak di Garahan Kabupaten Jember. Sementara di Bondowoso hanya ada sekitar 200 ekor untuk percontohan saja. "Untuk di Jember ada 2.000 ekor," ungkapnya.

Selain itu, Al-Islah Bondowoso juga memiliki cold storage atau gudang pendingin ikan portabel, berkapasitas 50 ton. 

Dalam operasionalnya, gudang beku juga menjadi solusi bagi 174 orang pemindang yang terdampak pandemi covid-19. Mereka tergabung dalam 15 kelompok yang bermitra dengan koperasi Al-Ishlah.

Sementara terbaru, lanjut kiai Toha, Al-Islah membuat belatung menjadi pakan ternak. "Itu sudah dilakukan atau dilatihkan kepada santri," paparnya.

Selain itu kata dia, Al-Islah juga memiliki budidaya lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF) dengan nama latin Hermetia illucens.

Belatung dari lalat tenatara hitam berbeda dengan ulat atau belatung umumnya. Sebab dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami sehingga tidak membawa agen penyakit.

Meski dikelompokkan sebagai lalat, BSF tidak hinggap di sampah dan tidak membawa penyakit. Larva BSF yang disebut maggot juga berbeda dengan belatung lalat hijau dan lalat hitam yang menyebarkan penyakit.

"Adapun BSF atau lalat hitam itu punya telur 999 butir kemudian bisa menjadi larva atau maggot. Belatung tadi, satu untuk pertanian, yakni bisa jadi pupuk cair, dan sisa makanan maggot tadi bisa jadi pupuk organik," paparnya. 

Pengelolaan jenis usaha pesantren yang disebutkan di atas, semuanya melibatkan santri. Dengan begitu dia berharap, alumni Al-Islah bisa menjadi santri-santri yang enterpreuner, dan siap terjun ke masyarakat. 

"Saya mau santri kita ini bukan jadi santri yang mintah pesse (minta uang). Tetapi menjadi santri yang aberrik pesse (memberi uang). Sebab tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah," paparnya.

Selain melibatkan santri, unit-unit usaha milik Ponpes Al-Islah Bondowoso, dikelola oleh koperasi pesantren. "Saya berharap santri Al-Islah jadi santripreneur yang siap bersaing," tegas pimpinan pondok, KH Toha Yusuf Zakariya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES