Pendidikan

PPI Dunia Edukasi Bahasa Isyarat untuk Bangun Indonesia

Jumat, 30 April 2021 - 14:41 | 77.45k
Webinar bertajuk Ikut Bangun Indonesia Setara Lewat Bahasa Isyarat, yang diselenggarakan PPI Dunia. (Foto: PPI Dunia)
Webinar bertajuk Ikut Bangun Indonesia Setara Lewat Bahasa Isyarat, yang diselenggarakan PPI Dunia. (Foto: PPI Dunia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) menyelenggarakan webinar bertajuk Ikut Bangun Indonesia Setara Lewat Bahasa Isyarat. Kegiatan ini terbuka untuk umum dengan tujuan untuk memberikan edukasi serta pengetahuan kepada peserta mengenai pentingnya mempelajari Bahasa Isyarat Indonesia.

“Bahasa isyarat sangatlah penting untuk menjembatani teman-teman tuli dengan masyarakat, oleh karena itu penting adanya edukasi mengenai bahasa isyarat,” kata Bayu Adhi Dharmawan selaku ketua pelaksana kegiatan ini dalam pembukaan acara webinar, Jakarta (24/4/2021).

Webinar yang diadakan oleh Direktorat Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat diadakan pukul 15.30 WIB secara online. Menjalani ibadah puasa tidak menghambat antusias 105 peserta dalam mengikuti webinar ini. Sulitnya mendapatkan pekerjaan saat ini juga dialami oleh teman tuli, hal ini dialami oleh Tri Erwinsyah Putra selaku pendiri Kopi Tuli. Beliau merasa tingkat kesulitan dalam menemukan pekerjaan sangatlah tinggi dibandingkan teman normal lainya, oleh karena itu mendirikan usaha Kopi Tuli merupakan salah satu usaha untuk memberikan kesempatan kerja kepada teman tuli.

Webinar-PPI-Dunia-2.jpg

“Teman tuli harus mampu meningkatkan kemandirian serta keterampilan guna menciptakan Indonesia yang setara tanpa ada batasan,” Tutur Tri dalam acara webinar ini.

“Berdasarkan penelitian, sebanyak 5,2 juta penduduk  atau setara 12,5% dari jumlah anak-anak dan remaja menderita tuli permanen akibat bising. Selain itu, 17% atau 26 juta penduduk usia 20-69 tahun juga mengalami hal yang sama," papar dr. Tri Hedianto, Sp. THT-KL selaku dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan bedah kepala leher.

Meningkatnya Jumlah Penderita Tuli

Dokter spesialis telinga hidung dan tenggorokan bedah kepala leher, dr. Tri Hedianto, Sp. THT-KL menyampaikan berdasarkan penelitian, sebanyak 5,2 juta penduduk  atau setara 12,5 persen dari jumlah anak-anak dan remaja menderita tuli permanen akibat bising.

"Terdapat 17 persen atau 26 juta penduduk usia 20-69 tahun juga mengalami hal yang sama," kata Tri.

Webinar-PPI-Dunia-3.jpg

Tri menyampaikan peningkatan jumlah penderita tuli ini setiap tahunnya disebabkan oleh tingkat kebisingan yang melebihi batas normal sebesar 85 db. Oleh karena itu, penting untuk setiap masyarakat untuk mengurangi paparan bising dalam waktu lama dengan maksimal 60 menit.

“Gendang telinga juga sama seperti manusia, butuh istirahat dan recovery. Jadi lebih baik saat tidur, tidak mendengar paparan suara lainnya, terutama mendengarkan musik saat tidur,” ungkap dr. Tri selaku narasumber kedua.

Ketidakpedulian masyarakat dalam menjaga kesehatan telinga dengan paparan kebisingan yang tinggi meningkatkan jumlah penderita tuli. Hal ini mengakibatkan perlunya diadakan edukasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya bahasa isyarat.

Oleh karena itu, PPI Dunia berinisiasi untuk menyelenggarakan program Bisik (Bahasa Isyarat Asik) sebagai media pembelajaran bahasa isyarat yang akan diadakan pada 2 Mei mendatang. Program ini terbuka untuk seluruh masyarakat guna  meningkatkan kepedulian serta kemampuan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Pelatihan bahasa isyarat PPI Dunia ini akan diadakan secara rutin setiap dua kali pertemuan setiap minggunya. Kegiatan ini akan diadakan secara online agar mencakupi seluruh wilayah tanpa batasan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES