Indonesia Positif

Pro Kontra Tugu Sepeda di Jakarta, Ini Tanggapan Pakar Tata Kota Unair Surabaya

Kamis, 29 April 2021 - 14:16 | 37.12k
Prof. Dr. Purnawan Basundoro S.S., M.Hum. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Prof. Dr. Purnawan Basundoro S.S., M.Hum. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Beberapa waktu lalu publik sempat dihebohkan dengan adanya pembangunan tugu sepeda yang disebut untuk mempercantik Jakarta. Dengan memakan biaya Rp 800 juta, pembangunan itu menuai pro kontra dari berbagai kalangan. Pakar Tata Kota Unair Surabaya turut memberikan tanggapannya. 

Guru Besar Sejarah Perkotaan Prof. Dr. Purnawan Basundoro S.S., M.Hum mengatakan pembangunan tugu di suatu kota cukup penting karena digunakan sebagai penanda mengenai peristiwa tertentu. Dengan adanya tugu, masyarakat akan diingatkan mengenai perisitwa pada masa lalu yang terjadi di kota itu.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pembangunan tugu tidak bisa serta merta dibangun begitu saja. Aturan dalam pembangunan tugu mengacu pada aturan yang dibuat oleh pemerintah kota setempat. Aturan tersebut bisa berkaitan dengan aturan lain yang ada, seperti aturan mengenai lingkungan, lalu lintas, jaringan jalan, dan lain-lain.

Pakar UNAIR

Selain sebagai pengingat suatu perisitiwa bersejarah, tugu juga merupakan ikon atau landmark suatu daerah. Monas adalah salah satu landmark terkenal yang menjadi penanda Kota Jakarta. Namun tentu saja tidak semua tugu bisa menjadi penanda suatu tempat.

“Tugu sebagai landmark sebaiknya mengandung unsur-unsur khusus yang mengacu pada sejarah atau kejadian penting di masa lalu, simbol-simbol penting terkait dengan kebudayaan, politik, sosial, dan lain sebagainya yang telah menjadi keyakinan bersama masyarakat setempat. Tugu atau monumen tersebut sebaiknya juga cukup besar sehingga mudah untuk dilihat oleh masyarakat,” ujar Prof. Dr. Purnawan Basundoro.

Pembangunan tugu tidak selalu didasari oleh peristiwa penting yang terjadi di daerah tersebut. Namun sebaiknya memiliki keterkaitan dengan hal-hal yang mengacu kepada kota tersebut. Oleh karena itu, Prof Purnawan menyatakan pembangunan tugu sepeda yang menelan jutaan rupiah itu meskipun tidak berdasarkan kejadian sejarah tetap baik dilakukan untuk tata kota.

“Jika tidak terkait sejarah, bisa juga terkait dengan aktivitas masyarakat, budaya masyarakat, kebiasaan masyarakat, profesi masyarakat, dan lain-lain. Tugu yang baik adalah yang mewakili aspek tertentu dari daerah setempat,” kata Prof. Dr. Purnawan Basundoro.

Sebagai Universitas terbaik di Indonesia, Unair Surabaya mendukung SDM yang dimiliki untuk mengembangkan diri agar dapat berkontribusi untuk masyarakat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES