Kopi TIMES

Dua Arah Jalan Bersimpangan

Kamis, 29 April 2021 - 18:00 | 43.31k
Mohammad Warits, Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga.
Mohammad Warits, Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tidak butuh waktu lama, rentan waktu sekitar satu tahun perubahan-perubahan sudah mulai dirasakan dan pelan-pelan diterima menjadi realitas keharusan.

Buku bacaan tidak sekedar berkutat pada yang berkaitan teologis dan tuntutan dalam agama tertentu saja, corak pemikiran tokoh-tokoh barat dan beberapa teori yang dicetuskannya menjadi bagian penting dalam tuntutan belajar. Padahal satu tahun sebelumnya ketika masih di pesantren cendrung konservatif enggan menyentuh bahkan menolak keras terhadap tokoh-tokoh yang disebut barat.

Bahkan beberapa teman lain yang berangkat dari latar belakang yang tidak jauh berbeda juga jika diperhatikan tengah melalui jalan yang sama. Terbukti di beberapa ruang komunikasi tak jarang dari beberapa opini yang disampaikan selalu menggunakan beberapa cetusan pemikiran tokoh barat melalui bahan bacaannya seolah hal itu menjadi bagian dari proses edukasi bahkan kebanggaan tersendiri.

Anehnya, menurut refleksi pribadi dari jalan yang pernah dilalui seolah disana ada kesengajaan sehingga membentuk diri yang konservatif jika dipikir-pikir. Seolah lingkungan dulu dimana dibesarkan ada penjara yang menahan gerak berpikir diri tanpa kelihatan dengan jelas. Bahan bacaan yang sangat terbatas dan ruang gerak yang mengekang tanpa disadari. Dan di posisi seperti sekarang ini malah pada pengalaman yang dulu dirasa seperti ada kekangan, padahal seperti yang sedang dilalui sekarang ini sangat di tentang keras.

Liberal. Kata ini menjadi momok yang sangat menakutkan dulu. Seperti dikecam dicemooh membabi buta. Siapapun yang menjadi bagian dari ini dianggap tidak baik dalam penilaian masyarakat setempat yang kemudian menjadi kongklusi yang disepakati oleh kalangan lebih luas lagi.

Siapa yang Salah?

Dua ranah yang berbeda, inklusif dan eksklusif. Yang pertama cenderung tertutup dalam melihat realitas-realitas keadaan dan mudah menerima begitu saja segala sesuatu yang terdokumentasikan melalui naskah-naskah klasik kuning dan apa-apa yang menjadi syarah (penjelasan) melalui karangan berikutnya maupun yang disampakan oleh tokoh. Tidak lagi ada pembaharuan yang diharapakan sesuai dengan konteks zaman yang ada, abai terhadap zaman yang berubah dari masa ke masa.

Eklusif lebih terbuka dengan menerima realitas lain. Baik pemikiran-pekikiran luar atau lainnya. Bahkan bagian yang nomer dua ini beberapa oknumnya melakukan modifikasi yang kreatif yang mampu memajukan gerak kendaraan yang di tunggaginya, meskipun dari beberapa sudut terdapat orang yang meras terganggu dengan apa yang dilakukan.

Siapa yang keliru dan pantas disalahkan? Tidak ada yang salah dan tidak pula harus dikelirukan. Dua corak pandangan yang tertutup dan tidak menjadi wahana jarak dalam memberikan penilaian dan menerjemahkannya menjadi perilaku bertingkah. Dalam arti yang luas memang sebuah pembaharuan sangat diperlukan seiring berkembangnya zaman.

Dua corak berpikir juga menjadi bahan refleksi selanjutnya dalam membentuk peradaban yang tercerahkan yaitu antara pemikiran barat dan pemikiran lokal. Maka dua corak pemikiran ini baik sekali jika dikomparasikan sehingga menjadi searah dengan laju masa depan. Sebab jika hanya aktif dalam corak yang satu bisa dipastikan akan menjadi pribadi yang sempit pandangan. Dua corak itu sangat penting jika disinergikan.

Pemikiran barat sering dinilai terlalu mengandalkan akal rasio dan pemikiran satunya bahkan jarang menggunakan akal sebab lebih pada teks dan argumen yang ada.

***

*)Oleh: Mohammad Warits, Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES