Tim Sepakbola Amatir Bergaya Bak Klub Liga 1, Tukang Buat Jersey Banjir Orderan
TIMESINDONESIA, MALANG – Banyaknya fun games yang melibatkan tim sepakbola amatir di Malang, Jawa Timur ternyata ikut menggerakkan roda perekonomian. Terbukti tukang buat jersey mendapatkan berkah dengan banyaknya pesanan kendati di era pandemi Covid-19.
Sejak dihentikannya kompetisi sepakbola profesional seperti Liga 1 dan Liga 2, justru bermunculan tim-tim amatir yang menggelar pertandingan rutin di lapangan desa. Tak ingin kalah dengan tim profesional, mereka juga menggunakan jersey selayaknya tim papan atas nasional lengkap dengan desain esklusif dengan logo sponsor yang menempel.
Hal ini ternyata memberikan peluang tersendiri bagi tukang buat jersey. Seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Iqbal Tawakal (25), manajer operasional rumah produksi jersey First Sports yang berada di Tumpang, Kabupaten Malang. Iqbal mengaku banjir orderan.
“Alhamdulillah, untuk pesanan selama masa pandemi ini selalu ada. Terutama untuk jersey untuk fun games sepakbola, banyak tim-tim amatir atau tim komunitas yang ingin menggunakan jersey esklusif” ungkap Iqbal kepada TIMES Indonesia.
Terkait desain, rata-rata memang semua tim yang pesan ingin tampil berbeda dari tim-tim lainnya, bahkan mereka ingin secara kualitas setara dengan tim-tim Liga 1.
“Terkait kualitas memang banyak pilihan. Itu sesuai dengan permintaan, bahkan ada yang ingin kualitas bahan setara dengan tim Liga 1” ujarnya.
Soal harga, Iqbal mematok bandrol di kisaran harga Rp 185 ribu hingga Rp 300 ribu. “Harga menyesuikan bahan, semakin bagus bahan yang diminta harga juga semakin mahal” ungkapnya.
Pesanan tidak hanya berasal dari wilayah Malang. Bahkan beberapa tim di luar Malang juga menghubunginya. “Tidak hanya dari Malang, luar Malang seperti Surabaya bahkan Jakarta juga pesan di sini,” ujarnya.
Iqbal sangat bersyukur, di tiga bulan pertama pandemi dia rasakan pesanan begitu menurun. Apalagi sebelumnya dia membidik jersey untuk kelas SMP dan SMA di tahun ajaran baru, namun diliburkannya sekolah membuatnya harus gigit jari.
“Sebelumnya kita berharap pada anak-anak sekolah, tapi ternyata sekolah masih diliburkan. Bersyukur ternyata tim-tim amatir bergeliat, pesanan jersey banyak berasal dari sana” paparnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |