Ekonomi

Petani Banjarnegara Masih Ketergantungan Pupuk SP36, Ini Penyebabnya

Rabu, 28 April 2021 - 21:21 | 55.01k
Purwanto saat melakukan pendampingan petani lemon California  milik petani asal  Rakit. (FOTO :  Purwanto for TIMES Indonesia)
Purwanto saat melakukan pendampingan petani lemon California milik petani asal Rakit. (FOTO : Purwanto for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANJARNEGARA – Sebagian besar petani di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah tampaknya masih ketergantungan dengan pupuk urea dan SP36. Padahal keberadaan pupuk SP36 bersubsidi semakin langka, karena kuotanya terus dikurangi oleh pemerintah.

Sebenarnya banyak pupuk alternatif pengganti pupuk SP36. Tetapi kenapa petani belum mau mencobanya. Hasil investigasi, salah satu penyebabnya karena kawatir gagal panen.

Purwanto asal Desa Medayu Kecamatan Wanadadi Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah, dikenal sebagai penggiat pertanian yang getol mengkampanyekan penggunaan pupuk alternatif.

Saat berbincang dengan TIMES Indonesia, Rabu  (28/4/2021) di rumahnya, ia mengakui bahwa ia sering mendapat keluhan dari petani. Ia mengakui sering  diundang petani untuk sharing.

"Petani kita sebagian besar memang banyak mengalami kendala terkait ketersediaan pupuk yang terbatas saat musim tanam tiba. Maka dari itu kami berusaha memberikan masukan untuk menyiasati ketergantungan pupuk jenis tersebut di atas," kata Purwanto atau akrab dipanggil Kang Pur.

Petani-Sawah-Padi.jpg

Pada dasarnya, tambah Purwanto, SP36 itu berfungsi sebagai pengembur tanah dan pembentukan clorofil dalam daun juga ada pada pupuk lain seperti ZS, NPK, KCL yang sama - sama mengandung unsur kalium

Oleh karena jelas Purwanto, pemerintah harus lebih intensif memberikan edukasi terhadap para petani sehingga petani tidak ketergantungan terhadap penggunaan pupuk SP36 di Banjarnegara.

"Petani harus diedukasi terkait pemanfaatan pupuk. Selain urea dan. SP36 yang sudah menjadi  semacam tren," jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan (KP) Kabupaten Banjarnegara, Totok Setya Winarna melalui Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan, Erwien Indriatmoko saat ditanya TIMES Indonesia menyampaikan, pupuk kimia pada dasarnya mempercepat pertumbuhan tanaman.

Apalagi ditambah dengan subsidi harga sehingga bisa terjangkau dan cepat dalam peningkatan produksi tapi satu hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah masalah tanah sendiri. Tanah jika  selalu diberi pupuk kimia maka tanah menjadi rusak.

Sebagai alternatif adalah  ke arah organik dalam rangka perbaikan struktur tanah. Contoh, menggunakan pupuk kandang atau kompos sebagai unsur utama dalam perbaikan tanah.

Erwien juga menyampaikan bahwa penggunaan pupuk urea dan SP36 secara tradisi sudah melekat erat ke petani dan mempunyai korelasi positif peningkatan produksi secara cepat.

Namun saat pupuk urea dan pupuk SP36 tersebut langka maka perlu ada terobosan lain. Untuk edukasi pihaknya melalui petugas lapangan selalu memberikan penyuluhan terkait penggunaan pupuk alternatif yakni penggunaan pupuk organik yang sudah tersedia termasuk pupuk jenis lain. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES