Kopi TIMES

Ngopi Pagi: Syukur, Tulus, Dan Ihlas

Rabu, 28 April 2021 - 10:33 | 33.92k
Noor Shodiq Askandar
Noor Shodiq Askandar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sahabat ngopi pagi, tanggal 27/4/21 saya Bersama sahabat sahabat dari kelompok difabel mengadakan acara buka bersama di Oemah Budaya Tunggulwulung Malang. Mereka tergabung dalam Paguyuban Pemijat Tunanetra Malang Raya (Pamitra) hampir semuanya datang tepat waktu sesuai dengan yang tertera dalam undangan.

Bukan soal buka bersamanya, akan tetapi dari kegiatan tersebut saya memperoleh banyak pembelajaran kehidupan yang baik. Pertama, terkait pentingnya menumbuhkan selalu rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah swt. Mereka dengan riang gembira bisa guyonan atas keadaan yang ada, padahal mereka ini selama ini tidak bisa melihat indahnya dunia. Bagi mereka, kondisi saat ini memberikan keuntungan, setidaknya tidak mendapat dosa karena mata yang sering jelalatan melihat jika yang bagus, meski dilarang dalam agama. Bagi mereka kekurangan ini juga membuat mereka bisa mencari keterampilan khusus yang mampu menutupi kekurangan tersebut. Mereka yakin bahwa dalam setiap kekurangan, Allah swt pasti akan memberikan kelebihan yang lain. Misalnya daya ingat yang lebih kuat, indera perasa yang lebih tajam, naluri kehidupan yang lebih baik, dan sejenisnya.

Kedua, keihlasan mereka dalam menerima kondisi yang ada. Tidak mengeluh, tidak putus asa, tidak merasa rendah diri, dan sejenisnya adalah wujud keihlasan mereka akan kondisi yang ada. Kekurangan yang dimiliki, ditutupi dengan kebersamaan yang kuat untuk saling tolong menolong, saling menguatkan, dan saling membantu diantara sesame. Merka juga masih bisa dalam setiap pertemuan menggalang bantuan untuk membantu yang sedang mengalami kesusahan. Mereka juga masih bisa guyon, dengan keadaan ini bisa sedekah dengan cara yang lebih ihlas. Kalau Islam mengajarkan saat tangan kanan bersedekah, jangan sampai tangan kiri melihat. Guyonan mereka, kami ini saat bersedekah bisa lebih ihlas, karena semuanya tidak bisa melihat baik tangan kiri maupun tangan kanan, termasuk mata kami yang pasti juga tidak bisa melihat.

Ketiga, ketulusan seseorang dalam membantu. Saat berbuka, saya bertemu dengan para relawan pendamping yang mengabdikan dirinya untuk membantu para tunanetra ini untuk berjalan, mencari tempat duduk, mengantarkan dan mengatur saat mereka antri berwudlu. Sungguh ini pemandangan yang indah sekaligus mengharukan, karena ketulusan mereka bisa menjadi jalan sukses bagi lainnya dalam mengarungi hidup ini. Penulispun ingat anjuran Allah swt untuk saling membantu dalam kebaikan, yang diterapkan dalam wujud aksi nyata mereka dalam membantu sesame.

Menerima kenyataan takdir Allah swt sebagai ketetapan terbaik adalah hal yang mudah diucapkan, tetapi sulit diterapkan. Begitu juga berprinsip dalam kekurangan itu sesungguhnya terdapat kelebihan yang tidak dimiliki lainnya, adalah contoh nyata dari mereka yang bisa jadi seringkali tidak bisa diterima oleh manusia yang kondisi fisiknya lebih baik. Ini semua patut menjadi bahan renungan agar rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah swt bisa terus dipelihara dan ditingkatkan. Bagaimana dengan sahabat ngopi pagi semua ???. (*)

***

*) Oleh: Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Ma'arif NU Jatim dan Wakil Rektor Unisma Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES