Kopi TIMES

Santun Bermedsos: Belajar dari Korespondensi Kartini

Sabtu, 24 April 2021 - 01:03 | 57.29k
Ratnawati, S.Pd (Pengajar Sejarah SMA N 1 Kota Malang)
Ratnawati, S.Pd (Pengajar Sejarah SMA N 1 Kota Malang)

TIMESINDONESIA, MALANG – Membahas tentang pemikiran Kartini umumnya masyarakat luas  lebih memaknakan catatan pemikiran Kartini seputar filsafat, isu emansipasi, kesetaraan gender, dan pendidikan, sedikit yang mengungkap pemikiran Kartini dalam konteks penyampaian pesan yang mengandung nilai positif saat berkomunikasi. 

Sementara poin ini sesungguhnya mengilhami guna diangkat dalam konteks kehidupan kita, khususnya saat ini, dasar yang bernilai untuk berkomunikasi di medsos. Karena manusia pada kodratnya memerlukan komunikasi yang baik agar hubungan antara satu dengan yang lain harmonis.  

Sungguh luar biasa tumbuh kembang jiwa perempuan yang dilahirkan di  Jepara pada 28 Rabiul Akhir tahun Jawa 1808 ini. Pertemanannya dengan Abendanon pada 8 Agustus 1900, semangat Kartini semakin melesat. Wafat di usia 25 tahun saat melahirkan putra pertamanya, Kartini dikenal sebagai tokoh yang berjasa yang merintis  kebangkitan perempuan Indonesia melalui gagasan brilian hal ini terungkap melalui surat-surat yang ia kirim kepada dua sahabat penanya. Mereka adalah pasangan suami istri Jacques Henrij Abendanon dan Rosa Manuela Abendanon, serta Estelle Zeehandelaar.

Kartini, dalam suratnya kepada Abendanon itu, menunjukkan keteguhan hati yang kokoh menghadapi hidup: Kami bersedia, bersedia berbuat apa juapun, bersedia memberikan diri kami sendiri- bersedia menerima: luka hati. air mata, darah, akan mengalir banyak-banyak, tetapi tiadalah mengapa; semuanya itu akan membawa ke arah kemenangan. Manakah akan terang, bila tiada didahului gelap gulita? Hari fajar lahir dari pada hari malam.

Surat-surat Kartini menginspirasi  untuk mengitari jagat dalam percakapan antar-anak bangsa. Kartini membicarakan tentang dinding tebal menjulang bagi perempuan dalam mendapatkan kebebasan belajar dan kemerdekaan berekspresi, pernikahan dini yang disertai pingitan dan poligami, agama, serta bangsa dan budaya. Ia juga membahas cinta dan puisi..

Tradisi surat-menyurat merupakan tradisi manusia modern pada abad ke-19 dan ke-20. Dari surat-menyurat itulah, peradaban Eropa dirakit hingga begitu hebatnya menyuguhkan sebuah peradaban maju menggapai spirit pengetahuan. Inilah yang sudah dilakukan Kartini untuk menorehkan eksistensi kemodernannya. Kartini tidak pernah menulis buku, tetapi dia selalu berkorepondensi bersama para bangsawan cerdik yang memberikan informasi dan pengetahuan yang besar terhadap Kartini. Tak disangka, arsip surat-menyurat yang tersimpan itu diterbitkan. Nama Kartini kemudian menjadi perbincangan besar yang membuatnya sebagai tokoh perempuan yang dikagumi pada zamannya, bahkan sampai sekarang. Ketekunan Kartini dalam surat-menyurat inilah yang mengantarkannya dikenal banyak kalangan pejabat Belanda.

Hampir semua surat-surat Kartini ditulis dengan bahasa yang elok dan sarat makna yang mendalam, halus dan ia tunjukkan pula kepribadian yang lembut. Dan menunjukkan keteguhan hati yang tinggi menghadapi hidup, jauh berbeda dengan anak-anak jaman sekarang yang memiliki kecenderungan mudah galau jika menghadapi masalah. Hal ini bisa kita ketahui dari beberapa unggahan baper yang marak di medsos. Pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, bahkan relasi terganggu lantaran medsos 

Impresi buruk komen negatif di medsos mungkin bisa lebih parah daripada komunikasi langsung. Hal ini dikarenakan minimnya rasa bersalah yang timbul usai melontarkan komen negatif secara online.

Gunakan media sosial secara bijak untuk hal-hal yang positif, menjadi inspirasi dalam berbagai kalangan, citrakan kesan baik dan memberikan informasi. Jaga reputasi, netralitas dan integritas. Hindari isu sara, berprilaku sesuai norma kesusilaan dan kesopanan..  

Bahkan saat ini kemajuan teknologi dan komunikasi muncul bahasa gaul dalam masyarakat, yang berdampak terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa terancam eksistensinya dan terpinggirkan. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini terhadap generasi muda agar mereka tidak terpengaruh arus  negatif. Globalisasi harus dimanfaatkan dengan baik dalam upaya menguatkan identitas bangsa seperti yang sudah diteladankan oleh Kartini dalam surat-suratnya.

Teladan inilah yang dalam peringatan Hari Kartini pada 21 April harus menjadi bahan renungan kita. Artinya, masyarakat Indonesia khususnya kaum milenial harus menggali maknanya bermedsos.  "Posting itu hal yang penting, bukan yang penting posting".  Dengan menanamkan kalimat tersebut di dalam diri, kita semua yakin akan senantiasa dapat menjaga citra diri.

Diri harus dibentengi literasi digital dan kemampuan untuk memfilter informasi. Serta memanfaatkannya secara bijak dan cermat berkomunikasi digital, jika di era Kartini korespondensi dapat menggaungkan spirit kebangsaan tentunya kita yang hidup di era digital dimana kebebasan berekspresi adalah bagian dari demokrasi.maka buatlah konten inovatif dan kreatif yang mendidik, untuk menggerus berita hoaks menuju futuristik bangsa yang beradab untuk memperkenalkan bangsanya kepada dunia yang lebih luas seperti yang diteladankan Kartini.

***

*)Oleh : Ratnawati, S.Pd (Pengajar Sejarah SMA N 1 Kota Malang) 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES