Kopi TIMES

Potret Pendidikan di Pelosok Desa

Rabu, 21 April 2021 - 13:28 | 158.00k
Marna Hidayat, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP UMJ, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FISIP UMJ.
Marna Hidayat, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP UMJ, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FISIP UMJ.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pendidikan adalah salah satu alat untuk kemajuan suatu bangsa. Menjadikan bangsa yang lebih maju tentu merupakan keinginan yang dicita-citakan oleh setiap negara yang ada di dunia. Sudah tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu  maju atau tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan.

Pendidikan adalah suatu proses membentuk generasi penerus bangsa yang berkompeten dan berkualitas. Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam ranah pendidikan. Pemerintah dan kita sebagai rakyat Indonesia mempunyai tugas bersama untuk mencerdaskan suatu kehidupan bangsa. Yang kita rasakan saat ini adanya ketertinggalan didalam ranah pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan menghambat negara kita menjadi negara yang maju. 

Pendidikan di Indonesia menjadi hal yang sangat sulit bagi masyarakat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena masyarakat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan mengakibatkan ketidak mampuan mereka dalam hal pendidikan. Selain kemauan mereka yang minim untuk sadar akan pendidikan, faktor ekonomi menjadi alasan utama  bagi masyarakat miskin untuk tidak menyentuh dunia pendidikan.

Apalagi masyarakat desa atau pelosok yang ada di negeri ini yang sama sekali tidak pernah memikirkan akan indahnya atau akan pentingnya berpendidikan, karena tadi yang di katakan di atas faktor ekonomi yang tidak mencukupi mengakibatkan ketidak mampuan untuk bersekolah. Di sisi lain masih kurangnya kesadaran atau keinginan untuk bersekolah karena diakibatkan orang tua yang tidak mendukung anaknya untuk bersekolah.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah memberitahukan kepada masyarakat, bahwa pendidikan disediakan secara gratis bahkan pendidikan wajib ditempuh seminimal-minimalnya 9 tahun bagi masyarakat indonesia, pernyataan ini tertuang dalam UUD 45 Bab XIII, Pasal 31, ayat satu yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.”, akan tetapi biaya lain yang harus ditanggung oleh para pelajar dan orang tua tidaklah semuanya gratis. Misalkan biaya untuk pergi ke sekolah, membeli alat tulis, seragam, dan lain sebagainya. Mereka harus memikirkan biaya lain selain biaya pendidikan yang ada, bahkan bila dibandingkan biaya untuk hidup lebih mahal dari pada biaya pendidikan itu sendiri.

Selain itu, biaya hidup yang semakin meninggi terkadang membuat masyarakat pelosok desa lebih memilih agar anak-anaknya untuk bekerja mencari nafkah dibanding harus melanjutkan pendidikan yang terhitung mahal itu.

Ditambah lagi, pendidikan yang ada di pelosok desa sudah kita ketahui bersama, bahwasannya pendidikan yang ada di luar sana tidak merata bahkan masih ada beberapa desa yang belum mempunyai sekolah untuk masyarakat desanya, walaupun ada pendidikan di desa tersebut, itu juga masih belom optimal untuk digunakan, baik dari bangunan ataupun dari sumber daya manusianya sendiri (pengajar).

Jadi pemerintah harus lebih intens lagi dalam memperhatikan pendidikan yang ada di desa-desa baik dari bangunan sekolah maupun dari pengajarnya (guru), karena peran pemerintah saat ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat desa yang ingin bersekolah yang tidak mempunyai biaya lebih untuk menempuh pendidikan yang ada.

Selain tugas pemerintah membantu masyarakat desa agar bisa bersekolah dengan layak, kita juga sebagai masyarakat yang khususnya sudah menempuh pendidikan dengan baik harus mampu menyadarkan masyarakat yang belum sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 

Jangan sampai masyarakat desa terus dan terus tidak bersekolah, karena kemungkinan besar dengan dimaksimalkannya pendidikan untuk masyarakat desa, bisa memberantas keterbelakangan, kebodohan dan  ketertinggalan desa-desa yang ada di pelosok, bahkan bisa jadi ketertinggalan negara kita oleh negara lain akan lebih mengecil ketertinggalannya dan bisa jadi negara kita akan lebih maju dari negara lain.

Maka dengan itu mari kita optimalkan pendidikan yang ada di negara kita dengan sebaik-baiknya . Jangan sampai kita terus apatis terhadap keadaan pendidikan yang ada di negara kita, mari sudah waktunya kita bersama-sama saling mendukung dan saling mendorong satu sama lain agar kita menjadi negara yang kuat dan negara yang maju lewat pendidikan yang ada.

***

*)Oleh: Marna Hidayat, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP UMJ, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FISIP UMJ.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES