Kopi TIMES

Kontemplasi Harlah PMII ke 61: Militansi Kader PMII di Masa Pandemi

Rabu, 21 April 2021 - 11:05 | 84.52k
Fauza Rahmat Firnandhi, Mahasiswa IAIN Surakarta.
Fauza Rahmat Firnandhi, Mahasiswa IAIN Surakarta.

TIMESINDONESIA, SURAKARTA – 61 tahun yang lalu organisasi besar bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau disingkat PMII lahir. PMII lahir pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya. Perjalanan organisasi dalam melintasi medan sejarah, telah mencatatkan banyak dedikasi yang telah ditorehkan. Banyak produksi gagasan dan pergerakan terus ditunjukkan sebagai wujud eksistensi organisasi.

Jika  kilas balik sedikit satu tahun yang lalu dimana kita mengalami suatu kegelisahan yang luar biasa dimana pandemi Covid-19 memporak porandakan planning agenda kegiatan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum pandemi. Kemudian Covid-19 membuat kita melakukan kontemplasi panjang terhadap situasi dan kondisi di organisasi.

PMII adalah organisasi intelektual, setiap anggota dan kader harus mampu membaca situasi dan kondisi zaman. Covid-19 memaksa kita untuk menjadi manusia digital, manusia yang semestinya berinteraksi langsung dengan manusia dipaksa harus berinteraksi lewat alat digital.

Dampak Pandemi Bagi Kader

Virus Corona bukan hanya hadir dengan membaca ancaman pada kesehatan fisik saja, tetapi juga terdapat bonus masalah yang dibawa bersamanya. Dampak yang telah membawa manusia pada pengalaman-pengalaman baru, yang asing dan menuntut manusia untuk kembali beradaptasi dan berubah. Adanya perubahan dan ketidakpastian akibat pandemi ini telah mengantarkan kita pada upaya adaptasi dan stress yang sulit dihadapi oleh beberapa orang dan berpotensi memunculkan kecemasan, frustasi, bahkan depresi. 

Bicara tentang kader, khususnya PMII, tentu tak lepas dari dua variable utama yaitu “pemuda”dan “organisasi”. Begitu pula saat membahas dampak pandemi terhadap kader, dampaknya dapat dilihat dari sudut pandang kader yang merupakan pemuda, atau dari kader sebagian dari sesuatu yang lebih besar dari organisasi. 

Menurut hasil survey UK Youth terkait dampak pandemi terhadap pemuda(kader) yaitu :

1. Pysical distancing yang digunakan sebagai alat pencegahan dalam memerangi Covid-19 telah mempengaruhi gaya hidup sebagai manusia. Tidak terkecuali pemuda saat ini yang tergolong generasi millenial. Bagi generasi millenial yang identik suka berkolaborasi dan kerjasama, adanya pysical distancing menghambat percepatan kolaborasi tersebut. Ruang gerak lebih terbatas, perkumpulan besar dilarang, aktivitas lebih diutamakan dirumah saja. Akibatnya tidak sedikit yang merasa kesepian, terutama mereka yang belum lihai di media internet.

2. Berbagai aktivitas yang yang pengerjaannya difokuskan dirumah saja(WFH,SFH, dll) berpotensi memunculkan konflik dengan anggota keluarga. Terutama pemuda yang hidup dalam keluarga yang memiliki permasalahan ekonomi,orang tua atau keluarga dengan pola komunikasi yang kurang baik.

3. Tidak sedikit pemuda yang mengekspresiakan rasa frustasinyadengan melibatkan diri dalam berbagai aktivitas negarif. Kenakalan dilakukan sebagai upaya membantah realita yang dihadapi. Padahal, dampak negatif dari sebuah kenakalan dapat terjadi dalam kurun waktu yang lebih panjang lagi.

4. Bagi pemuda yang baru menyelesaikan satu proses hidup hendak memulai proses hidup dan hendak memulai proses hidup lainnya (contoh tamat kuliah dan hendak cari kerja) terdapat jeda akibat pandemi yang tidak jelas kapan berakhirnya.

5. Berbagai perubahan dan ketidaksesuaian / gap antara realita vs ideal yang dihadapi saat pandemi dapat penyebab munculnya kesehatan mental.

6. Beralihnya interaksi dan aktivitas dunia nyata ke dunia maya, membuat tingginya aktivitas di sosial media. Tingginya aktivitas di sosmed berbanding lurus dengan tingginya potensi seseorang mendapat tekanan di sosmed. Contohnya, saat melihat kader lain lebih aktif saat WFH, kita punya kecenderungan untuk komparasi ke diri sendiri kemudian merasa inferior karenanya, atau negative comment, bad news, hate speech yang mungkin harus kita hadapi saat berselancar di sosial media. 

Dampak Pandemi bagi Organisasi

Pada masa pandemi, dunia virtual dipaksa untuk masuk diwilayah pendidikan formal, peserta didik dan pendidik dipaksa untuk memahami cara kerja dunia virtual. Kampus via daring juga mau tidak mau harus diterapkan.

Dalam organisasi khususnya PMII, sejauh ini sepengetahuan penulis, gerakan di media sosial maupun pendidikan via online baru kita kenal semenjak adanya Covid-19 melanda. Secara kesiapan PMII justru lebih gagap dalam menghadapi dunia baru.

Kembali kilas balik satu tahun yang lalu, dimana PMII belum memiliki rumusan rekruitmen anggota baru di masa pandemi. Sedangkan regulasi yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan maupun Menteri Agama mengenai pendidikan di kampus melalui daring. Maknanya tidak akan ada Mahasiswa baru yang stay disekitar kampus. Strategi rekruitmen yang biasa kita jalani seperti pendekatan emosional dengan kongkow di warung kopi sudah tidak ada lagi, lalu MAPABA yang biasa dilaksanakan di pesantren kemungkinan akan sulit, pertama ponpes akan lebih ketat dalam menerima tamu dari luar, kedua masyarakat sekitar pesantren belum tentu mau menerima tamu dari luar wilayahnya, belum termasuk izin keramaian yang belum tentu didapatkan.

Pertanyaan yang kita pikirkan bersama, bagaimana nasib regenerasi PMII di masa pandemi ini? apakah sudah tepat MAPABA via daring? Mungkin agak aneh saja jikalau sampai MAPABA daring, secara offline saja banyak yang gak jadi apalagi daring.    

Kemudian  meninjau dampak Covid-19 pada organisasi PMII, setidaknya ada 4 dampak yang dialami oleh PMII.

Pertama, yang berkaitan dengan agenda dan target organisasi. Adanya pandemi membuat organisasi perlu mengagendakan ulang bahkan menelaah ulang agenda yang sudah direncanakan. Tidak sedikit agenda yang harus dibatalkan karena pelaksanaannya dapat melanggar protokol kesehatan atau tidak adanya dana atau minat partisipan yang sedikit. Penundaan atau pembatalan agenda dapat mempengaruhi capaian target kerja organisasi.

Kedua, permasalahan finansial yang mungkin akibat sebagian besar anggaran dana dialokasikan untuk penanggulangan bencana nasional terkait dengan Covid-19. Tidak bisa dipungkiri, begitupun sebagian besar Cabang PMII. Dalam situasi ini, tentunya tidak mudah memperoleh dana dari sumber eksternal mengingat alokasi anggaran yag dipindahkan.

Ketiga, penggunaan media sosial untuk menyelesaikan berbagai urusan dan agenda organisasi. Dampak ini bisa positif namun bisa juga negatif. Negatifnya adalah bagi beberapa kader, rayon yang masih kesulitan memperoleh akses nternet, atau terbatas infrastrukturnya.

Keempat, dampak psikologis kader, yaitu potensi menurunnya keterikatan yang dirasakan antar kader atau kader dengan organisasi, serta menurunnya motivasi kader untuk bergerak dan beraksi bersama-sama.

Dari beberapa upaya untuk mengurangi dampak diatas sudah seharusnya kita kader PMII menjadikan sifat kreatif dan up to date sebagai karakter organisasi. Kita tidak bisa memaksakan konsep lama untuk menghadapi situasi baru. Perbarui pemahaman kita. Fleksibilitas adalah kunci untuk sukses beradaptasi. Kita harus berteman dengan perubahan, bahkan ada kalanya kita perlu menjadi perubahan itu sendiri.

PMII Menuju Organisasi Terdepan Dalam Kemajuan

Menjadi pribadi muslim yang baik adalah tujuan, bergerak menjadi organisasi terdepan adalah sebuah keharusan. Pada harlah ke-61 ini PB PMII mengangkat tema PMII Terdepan Dalam Kemajuan. PMII tidak boleh tertinggal dari arus kemajuan ekonomi dan teknologi yang berkembang pesat. Bahkan PMII harus menjadi garda terdepan dalam menyongsong kemajuan. 

PMII musti bergerak maju hingga menjadi organisasi terdepan dalam kemajuan. Sebagai organisasi terbesar di Indonesia dengan keberadaan anggota dan kadernya yang tersebar di seluruh Indonesia , sudah selayaknya menjadi milik bersama para kader dan anggota. Kebersamaan dalam PMII musti dibangun dan dijaga sebagai rumah bersama bagi seluruh anggota dan kader dari Sabang sampai Merauke. Besar harapan bagi penulis untuk bersama-sama membangun kesadaran dan rasa kepemilikan bersama dengan saling berkolaborasi. 

Akhirnya, tetap berkreasi dalam situasi dan kondisi apapun. Apresiasi untuk seluruh kader yang tidak berhenti mencari jalan untuk terus belajar dan mengembangkan diri meski ditengah pandemi. Bergeraklah dengan segala rasa takut, khawatir maupun frustasi. Karena sebagaimana konsepnya, dengan bergerak kita mengubah status kita. 

Selamat Harlah Pergerakanku. Semoga PMII ku juga PMII mu. Salam Pergerakan !!!

***

*)Oleh; Fauza Rahmat Firnandhi, Mahasiswa IAIN Surakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES