Pendidikan

Dosen Universitas Nasional: Kelompok Hijrah Harus Dirangkul

Senin, 19 April 2021 - 09:12 | 29.70k
Diskusi KAHMI FISIP UB yang membahas tentang tafsir kesalehan sosial di kelompok hijrah. (Foto: tangkapan layar zoom)
Diskusi KAHMI FISIP UB yang membahas tentang tafsir kesalehan sosial di kelompok hijrah. (Foto: tangkapan layar zoom)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dosen Universitas Nasional Jakarta, Didid Hariyadi meminta adanya kelompok hijrah di masyarakat bukan untuk dijauhi. Dia merekomendasikan agar Kementerian Agama juga merangkul kelompok ini.

Hal ini dinyatakan Didid saat menjadi pemateri pada diskusi rutin Bertemu KAHMI yang diselenggarakan oleh KAHMI FISIP UB, Minggu (18/3/2021). Rekomendasi pria asal NTB ini sudah dia usulkan pada penelitian yang dia lakukan bersama Kementerian Agama.

"Dalam rekomendasi penelitian saya ini memang akan lebih baik kelompok hijrah dirangkul. Bukan dijauhi," ucapnya.

Didid mengungkapkan penelitian tentang kelompok hijrah dilakukan pada dua kelompok yaitu Terang Jakarta dan Shift Bandung. Dari hasil penelitian tersebut terungkap bahwa kelompok Terang Jakarta dibangun dari beberapa orang yang sebelumnya dianggap figur publik. Sementara kelompok Shift Bandung diprakarsai oleh Ustaz Hannan Attaki. 

"Dari penelitian ini juga terungkap bahwa mereka coba tidak berhubungan dengan politik. Fokus di urusan ibadah," paparnya.

"Pernah tahun 2019 lalu kelompok Shift didekati oleh salah satu tokoh politik nasional. Namun mereka memilih tidak ikut dalam arus politik, politisi itu pun menjauh," sambung Didid.

Lebih lanjut, dosen alumni Universitas Brawijaya ini menganggap bahwa fenomena hijrah bukanlah hal baru. Sebab dulu pernah muncul fenomena taubat yang secara garis besar sama. 

"Kalau sekarang kenapa kelompok hijrah ini kelihatan muncul di publik sebab dibantu juga sosial media. Kelompok Shift Bandung saja punya 1,1 juta follower di instagram," kata Didid.

Seiring berjalannya waktu, dosen Sosiologi Universitas Nasional ini pun meminta kelompok hijrah bisa menjadi warna baru dalam beragama. Disamping organisasi keagamaan yang sudah ada seperti NU, Muhammadiyah atau organisasi Islam yang lain. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES