Kopi TIMES

Vaksin Nusantara

Senin, 19 April 2021 - 09:40 | 63.56k
Moh Ramli.
Moh Ramli.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – SOAL politik kita boleh berdebat. Apa lagi soal pendidikan. Atau bahkan itu wajib diperdebatkan. Tapi ini soal vaksin. Yang akhirnya jadi kubu-kubuan itu. Yang diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto itu. Yang diberi nama Vaksin Nusantara itu.

Hingga saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) enggan mengeluarkan izin riset untuk lanjut ke uji klinis fase II pada vaksin tersebut. Pasalnya kata BPOM, ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam uji klinis. Mulai dari kaidah penelitian, metode produksi, kualitas bahan. Hingga bukti manfaat dan keamanannya.

Tapi keputusan dari BPOM itu dilawan sebagian pihak. Mulai dari anggota DPR RI dan beberapa tokoh penting lainnya. Pokoknya, vaksin tersebut harus terus jalan. Ini karya anak bangsa. Harus terus didukung.  Vaksin dari China dan Inggris saja bisa ko, mengapa vaksin Nusantara ini tidak bisa? Ko sangat tidak nasionalis. Begitu kira-kira kata mereka.

Kemarin, Siti Fadhilah Supari juga turut memberikan dukungan itu kepada Terawan. 
Ia mengikuti pengambilan sampel darah untuk uji di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto.

Semakin yakinlah sebagian masyarakat soal vaksin itu. Pasalnya, mantan Menkes era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bukan tokoh kaleng-kaleng di dunia virus. Ia sudah ahlinya-ahli. Saat wabah flu burung melanda. Ia adalah pahlawan. Ia adalah orang yang menemukan vaksin flu burung itu. Harumlah nama Indonesia dikancah dunia. Anda bisa baca lagi sejarahnya. Betapa kerennya perempuan itu.

Bagi politisi senior, Aburizal Bakrie lain lagi. Ia kemarin terang-terangan langsung melakukan vaksinasi. Ia disuntikan langsung oleh Terawan. Yang fotonya sudah menyebar kemana-mana itu. Keyakinan sementara: kalau mereka percaya pada Terawan, mengapa masyarakat awam tidak?

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) pun turut buka suara. Kata mereka. pengembangan vaksin harus tetap memerhatikan protokol dan prosedur yang berlaku. Pengembangan vaksin buatan anak bangsa memang patut didukung. Akan tetapi, prosedur dan protokol harus tetap wajib menjadi landasan. Kata PB IDI, terus kalau tak ikut BPOM, mau ikut siapa lagi?

Apakah sudah damai? Ternyata tidak. Bagi masyarakat bawah seperti saya awalnya ingin seperti itu. Tapi ko ternyata sangat tidak dewasa. Atas problem itu, BPOM juga mengklaim mendapatkan didukungan dari 105 tokoh nasional atas keputusannya tersebut. Aksi saling dukung mendukung begitu, sehatnya dimana?

Siapa akhirnya yang jadi korban? Ya tetap rakyatnya toh. Kalau di atas saja sudah ribut-ribut sendiri, masak minta kepercayaan dari rakyat. Seperti aturan larangan mudik lebaran itu, yang plin-plan itu. Upss, keceplosan. Lupa kalau Puasa Ramadan. Dilarang ghibah. Dan dilarang tidak mentaati aturan, meski aturanya sendiri masih plin-plan. Upss, ghibah lagi.

Mestinya sekarang ini begini sajalah. ikut saja apa kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, yang sampaikan kemarin itu. Terawan dan para penelitinya harus tetap mengikuti dasar kaidah-kaidah ilmiah dan protokol kesehatan yang baku dan tepat. 

Tidak perlulah menghambur-hamburkan energi klaim ini itu. BPOM tatap lanjut kerja tanpa harus mencari dukungan sana sini.  Terawan juga tetap harus wajib penuhi syarat-syarat yang diminta oleh BPOM.

Cukuplah untuk tidak ada yang ikut-ikutan ribut pada sesuatu yang bukan bidang keahliannya. Inikan sudah soal tataran ilmiah. Politisi ya berpolitik saja. Pembisnis ya berbisnis saja.

Sekali lagi, soal politik kita boleh berdebat dimanapun dan kapanpun. Apalagi soal pendidikan. Tapi ini soal vaksin. Kalau salah, persoalannya sudah nyawa. Yang bicara dan berpendapat ya harus ahlinya-ahli dibidangnya. Kalau tetap ribu-ribut, yang kenak getahnya nanti juga rakyat. Padahal pagi kemarin baru diumumkan boleh mudik lebaran. Ko sorenya sudah berubah aturan lagi. Sangat plin-plan. Upss. Ghibah lagi. Dosa lagi. (*)

*) Penulis Moh Ramli, Jurnailis TIMES Indonesia

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

_______
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES