Kopi TIMES

Ngopi Pagi: Iso Rumongso

Senin, 19 April 2021 - 08:38 | 53.67k
Noor Shodiq Askandar.
Noor Shodiq Askandar.

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa hari yang lalu tulisan saya dikomentari oleh sahabat saya mas Muslih dengan menulis kata iso rumongso, sahabat ngopi pagi. Setelah saya renungkan, kata kata tersebut adalah falsafah jawa yang cuplikannya : dadio uwong iku sing iso rumongso, ojo dadi wong kang rumongso iso. Jadilah orang yang mengerti akan keadaan, jangan jadi orang yang merasa mengerti akan akan segala hal. Kira kira begitulah jika diolah dalam Bahasa Indonesia. Bisa jadi tepat, bisa jadi kurang tepat, karena banyak kosa kata Bahasa jawa yang sulit untuk dipadankan dengan Bahasa Indonesia secara langsung.

Iso rumongso itu adalah gambaran kerendahan hati seseorang yang mengerti akan posisinya dalam sebuah komunitas, gambaran empaty seseorang atas sebuah peristiwa, dan gambaran orang yang mengerti aka napa yang harus dilakukan dalam sebuah peristiwa. Orang yang “iso rumongso” itu akan bisa menempatkan diri dengan baik dalam pergaulan.

Sebaliknya orang yang “rumongso iso” itu lekat dengan gaya sok tahu, padahal sebetulnya belum tentu faham akan keadaan. Sifat sok tahu ini yang kemudian menjadikan orang sulit mendengarkan orang lain, kurang hormat kepada sesama, dan biasanya dalam memberikan penyelesaian atas sebuah masalah tidak tuntas karena pengetahuan terhadap akar masalah sebetulnya tidak komprehensif.

Dua kalimat tersebut setidaknya menggambarkan dua kutub sifat manusia dalam kehidupan. Satu sisi santun dalam kehidupan, tulus dalam memberikan pengabdian, dan sangat hormat kepada orang lain. Sementara sisi yang lain menggambarkan kesombongan, ketidakcermatan, keangkuhan, dan sempit dalam berfikir. Dua duanya selalu ada dan hidup serta berkembang dalam kehidupan masyarakat. Tergantung kemudian mana yang lebih dominan. Jika yang santun lebih dominan, kehidupan bisa lebih tenteram. Tapi jika sebaliknya yang terjadi, maka kehidupan akan lebih banyak diwarnai oleh pertikaian dan sejenisnya.

Tentu kita tidak boleh kemudian hanya apriori terhadap yang buruk. Kondisi ini harus dipandang sebagai ladang dakwah kepada mereka dengan pendekatan pendekatan yang baik dan contoh contoh yang baik (bil hikmah wal mauidlotul chasanah).  Jangan justru malah dijauhi. Karena yang demikian, berarti akan membiarkan sebuah kemungkaran terus langgeng. Masuk dan ajak dalam kebaikan agar kemungkaran dapat dihindari (amar ma’ruf nahi mungkar).

Memang berat, akan tetapi itulah yang harus dilakukan. Setiap insan yang hidup di dunia ini dalam Islam diperintahkan untuk menjaga keseimbangan kehidupan dengan selalu mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Esok harus lebih baik dari kondisi hari ini. Bagaimana dengan sahabatngopi pagi semua ???

*) Penulis Noor Shodiq Askandar adalah Ketua PW LP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

_______
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES