Kopi TIMES

Gerakan Mahasiswa Pasca PMII

Minggu, 18 April 2021 - 18:06 | 69.52k
Zainal Hamdi.
Zainal Hamdi.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – PMII tahun ini memperingati Harlah yang ke-61. Jika menghitung usia Nabi, PMII akan selesai setidaknya dua tahun lagi. Dalam tulisan ini saya ingin sedikit berandai-andai, bagaimana jika PMII sudah tidak ada lagi di kampus. Pengandaian tentu boleh dilakukan. Dalam ilmu bahasa pun sudah difasilitasi kaidah tamanni dan taraji. Jadi sah-sah saja, bukan?

Sebetulnya bukan hanya PMII, juga organisasi kemahasiswaan ekstra lainnya. Ini hanya takhshihul ‘amm. Kebetulan PMII adalah salah satu organisasi terbesar. Ditambah PMII baru saja menyelasaikan kongres untuk menentukan Hokage baru penerus estafet kepemimpinan dan sedang eforia memperingati hari kelahiran.

Pengandaian ini bukan tanpa alasan, seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, kita melihat organisasi mahasiswa mulai ditinggalkan. Para tokoh alumni PMII maupun HMI sendiri hanya segilirintir yang masih mengkader anak kandung mengikuti jejaknya, menjadi pengamal dasar pergerakan. Sisanya? Mereka memilih untuk mengarahkan anaknya ke dunia profesional. Itu artinya, dalam kacamata sebagian para tokoh alumni pergerakan saja, PMII sudah tidak lagi relevan.

Selain itu, para mahasiswa yang kini diisi kebanyakan oleh Gen-Z. Sebagai generasi yang mendominasi wilayah negeri ini dengan 27,94% dari jumlah populasi, Gen-Z memiliki karakter tersendiri. Karakter yang dimiliki Gen-Z, masih jauh panggang dari api dari PMII. Mereka akan sulit memilih PMII sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka.

Mengapa bisa demikian? Ini bisa dilihat dari sedikitnya dua karakter yang dimiliki oleh Gen-Z.

Pertama, generasi ini bersifat fluid. Fluid secara lughawi artinya cair, encer, berubah-ubah, dan tidak pasti. Karakter fluid itu berarti tingkat fleksibilitasnya tinggi, mudah sekali pindah ke lain hati. PMII dengan doktrin kaderisasi, perlu seribu cara agar mereka bertahan di organisasi.

Kedua, digital native. Apakah karakter satu ini sudah difasilitasi PMII? Jika belum, maka para Gen-Z akan lebih memilih ikut boothcamp, seminar, atau workshop yang based on digital platform untuk meningkatkan kapasitas diri.

Dengan karakter yang fluid dan digital native tadi, Gen-Z movement lebih memilih shopping dan checkout pengetahuan serta pengalaman yang sesuai dengan hobi, minat, dan bakat mereka.  Mereka akan lebih memilih meningkatkan skill bahasa, public speaking, design, web develop, video dan fotografi dibandingkan harus nongkrong sampai pagi membicarakan revolusi tapi paginya tidur lagi.

Pengandaian ini mungkin saja terjadi, jika PMII tidak adaptasi, nyaman dengan kultur organisasi saat ini. Organisasi mahasiswa, termasuk PMII, perlahan akan mulai ditinggalkan, jika kaderisasi konvensional tidak bertransformasi sesuai dengan kebutuhan zaman.

Jalan ninja yang dipilih oleh Ketua Umum PB PMII terpilih, M Abdullah Syukri, semoga akan menjadi solusi kaderisasi yang serasi dengan kemajuan teknologi dan sesuai dengan karakterisik mahasiswa saat ini, sehingga PMII menjadi tetap keren, maju, dan mendunia.

Selamat Hari Lahir Pergerakanku. Semakin Terdepan dalam Kemajuan.

*) Penulis: Zainal Hamdi

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES