Peristiwa Daerah

Program Petani Milenial, Pembudidaya Lele di Jabar Diproyeksi Raup Rp4,4 Juta/Bulan

Kamis, 15 April 2021 - 21:56 | 30.67k
Kepala Diskanla Jabar, HermansyaH (kiri). (FOTO: Humas Jabar for TIMES Indonesia)
Kepala Diskanla Jabar, HermansyaH (kiri). (FOTO: Humas Jabar for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan program Petani Milenial pada Maret 2021. Selain untuk regenerasi, langkah ini pun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas generasi muda dari sektor tersebut.

Salah satunya dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Jawa Barat dengan menyiapkan pembudidaya ikan milenial (PIM). Setiap petani milenial yang dibina diproyeksikan meraup untung setidaknya Rp4,42 juta per bulan.

Kepala Diskanla Jabar, Hermansyah menjelaskan, pihaknya telah menyeleksi 82 PIM yang sesuai dengan persyaratan yakni berusia 19-39, lulusan SMK perikanan atau mengenal inovasi teknologi bidang perikanan, serta memiliki pengalaman sebagai pembudidaya ikan atau generasi keturunan pembudidaya ikan. 

"Sebelumnya ada ratusan pendaftar," kata Hermansyah di Bandung, Kamis (15/4/2021).

Program Petani Milenial Bandung a

Dari jumlah tersebut, terdapat 44 PIM yang sudah memiliki lahan sendiri, sedangkan 38 lainnya tidak memiliki lahan (petani intensif), sehingga akan ditempatkan di sejumlah aset Diskanla Jabar. 

Hermansyah memastikan pihaknya sudah menentukan komoditas yang akan dibudidayakan yakni ikan lele, nila, dan udang.

Bagi yang memiliki lahan sendiri, menurutnya akan memeroleh suntikan dana Rp50 juta/orang yang bersumber dari KUR Bank bjb. Bagi pembudidaya ikan lele, modal kerja tersebut akan digunakan untuk pembuatan tiga kolam bioflok berdiameter 4 meter serta pengadaan 20 ribu benih, sedangkan bagi pembudidaya nila akan digunakan untuk membuat lima kolam bioflok berdiamater 4 meter serta 10 ribu benih.

Sedangkan untuk kelompok petani intensif, pihaknya telah menyiapkan lahan di empat lokasi seperti di Cijengkol, Kabupaten Subang (budidaya lele), dan Ciherang, Kabupaten Cianjur (nila). 

"Mereka akan diberikan masing-masing empat sampai enam bioflok," ujarnya.

Menurut Hermansyah, metode kolam bioflok dipilih karena bisa meminimalisasi pakan yang harus disediakan. "Karena ada bakterinya, jadi lebih efisien di pakan," jelasnya.

Jika berhasil, masing-masing PIM diproyeksikan mendapat penghasilan Rp5,62 juta/bulan untuk budidaya lele. Menurutnya, budidaya lele akan panen setiap dua bulan sekali.

"Dalam setiap panen, dari jumlah benih itu setiap petani akan memeroleh laba Rp11,258 juta," sebut Herman. Adapun untuk budidaya nila, menurutnya akan panen setiap empat bulan sekali.

Dalam sekali panen nila, para petani muda ini diproyeksikan mendapat laba Rp17,69 juta. "Jadi setiap bulannya Rp4,42 juta/bulan," terangnya.

Sedangkan untuk budidaya udang, lanjut Hermansyah, pihaknya menyiapkan lahan di Cibalong, Kabupaten Garut bagi enam PIM. Di atas lahan milik Diskanla Jawa Barat itu, kelompok tani tersebut akan memanfaatkan tambak seluas 1.300 m2 yang akan diisi 270 ribu benih udang.

Jika berhasil, masing-masing pembudidaya udang milenial ini diproyeksikan meraup untung Rp7,1 juta/bulan.  "Udang juga sama, panennya setiap empat bulan sekali," kata dia.

Agar target itu tercapai, Diskanla Jabar mendampingi PIM sejak awal, mulai dari pembekalan terkait analisa kelayakan dan penyusunan rencana kerja, pengenalan teknologi, hingga teknik pengemasan dan pemasaran. Selain itu, pihaknya juga melakukan pengawasan dan evaluasi langsung ke setiap PIM.

Hermansyah mengatakan, saat ini masing-masing PIM sudah memulai aktivitasnya. "Bulan April ini masih tahap pengadaan sarana," kata dia.

Untuk budidaya lele, ia memproyeksikan sudah bisa dipanen pada Juni, sedangkan untuk nila dan udang pada Agustus mendatang. 

"PIM intensif (di lahan Diskanla) angkatan I ini akan berakhir dalam waktu setahun. Selanjutnya akan direkrut PIM intensif angkatan II, III, dan seterusnya," urainya.

Dia berharap setiap angkatan PIM bisa berkembang dan mandiri usai menjalani program tersebut.

"Kalau berhasil, mereka pasti memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha mereka di tempat lain, tidak terus-terusan di sini. Kalau terus di sini, berarti Petani Milenial tidak berkembang," pungkas Kadiskanla Jabar.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES