Kopi TIMES

Menggelorakan Ekonomi dengan Investasi

Kamis, 15 April 2021 - 22:22 | 57.09k
Hayu Wuranti; Statistisi Madya; BPS Provinsi Jawa Tengah
Hayu Wuranti; Statistisi Madya; BPS Provinsi Jawa Tengah

TIMESINDONESIA, JAWA TENGAH – Salah satu saluran transmisi dampak pandemi Covid-19 secara global adalah perdagangan. Dengan semua mitra dagang utama mengalami resesi, neraca dagang Indonesia kian tertekan. Singapura, China, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) sebagai negara tujuan 42 persen ekspor Indonesia mengalami kontraksi ekonomi. AS mencatat pertumbuhan minus 3,5 persen pada tahun 2020, terburuk sepanjang sejarah.

Pertumbuhan ekonomi Singapura pada tahun 2020 kontraksi 5,4%. Ini menandai resesi terburuk yang pernah ada di Singapura. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2020 kontraksi 4,8%. Ini juga menandai penurunan ekonomi tahunan pertama Jepang sejak tahun 2009 silam.

Ekonomi China tahun lalu tumbuh lebih tinggi dari perkiraan, bahkan ketika ekonomi seluruh dunia terpengaruh pandemi virus corona. Ekonomi China tumbuh 2,3% pada 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian,  tingkat pertumbuhan tahunan ini paling lambat di China dalam beberapa dekade. Kondisi ini juga berdampak pada perputaran roda perekonomian global termasuk Indonesia.Sepanjang tahun 2020, sebesar -2,07 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi akibat pandemi.

Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas Penanganan Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan pada tanggal 6 Januari 2021 menyatakan bahwa pemulihan ekonomi tidak mungkin dicover oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sehingga kuncinya adalah melalui ekspor dan investasi. Investasi dan ekspor akan meningkatkan kapasitas produktif perekonomian. Ekspor akan mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan, sedangkan investasi akan menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu mengurangi pengangguran serta berdampak meningkatkan daya beli masyarakat. Meningkatnya daya beli atau konsumsi masyarakat akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi mengingat kontribusinya terhadap PDB yang cukup tinggi sekitar 57,7 persen. Sementara itu komponen investasi atau PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) merupakan penyumbang PDB kedua, setelah konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2020, investasi menyumbang 31,7 persen dari total PDB.

Indonesia merupakan sepuluh negara tujuan investasi dunia pada tahun 2020, karena menguasai 40 persen pangsa pasar investasi di ASEAN dengan letak strategis antara benua Asia dan Australia. Selain itu, Indonesia menjadi tempat sasaran investasi pada sektor manufaktur padat karya, manufaktur berorientasi ekspor, industri farmasi dan alat kesehatan, energi terbarukan,infrastruktur dn ndustri pertambangan. Hasil Survei Disagregasi PMTB yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama tahun 2018, sebagian besar investasi dilaksanakan oleh pihak swasta atau sekitar 84,35 persen. Investasi paling banyak dilakukan oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 19,8 persen disusul sektor  Real Estate sebesar 18,74 persen. Indonesia memiliki potensi besar di bidang sumber daya pertambangan seperti batubara, emas, nikel, biji besi, serta sektor pertanian seperti kelapa sawit, teh, kopi, karet, tembakau. Namun sayangnya investasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tercatat hanya sebesar 10,19 persen, sementara sektor pertambangan dan penggalian hanya 8,04 persen. Padahal saat ini telah terjadi pergeseran investasi dari sektor yang berbasis sumber daya (resource base) ke sektor yang memproduksi barang konsumsi (market base), sehingga menguntungkan Indonesia karena semakin berkembangnya  market base yang didukung  dengan pengolahan sumber daya alam menjadi bahan baku (hilirisasi).

Dilihat dari jenis barang  modalnya, sebagian besar  investasi di Indonesia dalam bentuk bangunan sebesar 64,58 persen serta mesin dan perlengkapan sebesar 13,76 persen. Pemulihan investasi diperkirakan berlanjut secara bertahap ditopang perbaikan iklim investasi dan pembangunan proyek infrastruktur yang berlanjut. Investasi dalam bentuk bangunan merupakan investasi jangka panjang, karena dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Pemulihan ekonomi pasca pandemi membutuhkan investasi yang cepat menghasilkan dan memberikan dampak yang tidak terlalu lama. Produk kekayaan intelektual merupakan salah satu jenis investasi yang mulai berkembang. Bahkan dalam masa WFH dan PSBB, Dirjen Kekayaan Intelektual (DJKI) Kemenkumham mencatat ada kenaikan pendaftaran kekayaan intelektual dibanding tahun lalu. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat semakin peduli dengan kekayaan intelektual yang mereka miliki. Mulai dari ide seni, merek, desain industri, dan unsur-unsur lainnya yang bisa dilindungi hukum serta memiliki potensi ekonomi. Sayangnya, produk kekayaan intelektual merupakan salah satu jenis investasi yang paling jarang dilakukan, karena sharenya hanya 3,69 persen saja. 

Pemulihan investasi pasca Covid-19 menjadi tantangan bagi Indonesia. Tantangan tersebut antara lain  perlambatan ekonomi, perlambatan dan stagnasi pertumbuhan ekonomi dunia serta  belum optimalnya iklim usaha di Indonesia terutama  kemudahan investasi. Peningkatan investasi ditujukan untuk peningkatan produktivitas, yang akan mendorong peningkatan efisiensi investasi. Efisiensi ini menjadi penting mengingat Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia sebesar 6,3 atau lebih tinggi dibandingkan negara lain, seperti Vietnam yang hanya 4,31.

Tingginya nilai ICOR ini menunjukkan, untuk meningkatkan output 1 unit, diperlukan investasi yang lebih besar di Indonesia. Akibatnya investor akan memilih negara lain demi menghasilkan penambahan output yang lebih besar.Inefisiensi ini terjadi karena tingginya biaya pendukung di luar biaya substansi. Upaya membangkitkan investasi agar mampu menggelorakan ekonomi dapat dilakukan melalui deregulasi investasi dan reformasi birokrasi serta memaksimalkan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan investasi di jangka menengah, sehingga Indonesia dapat terhindar dari ancaman middle income trap di tahun 2045. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan mampu tumbuh mencapai rata-rata di atas 6% di jangka menengah, dengan motor pertumbuhan yang berasal dari akselerasi investasi.

***

*)Oleh : Hayu Wuranti; Statistisi Madya; BPS Provinsi Jawa Tengah.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES