Peristiwa Daerah

Sudah Bersurat ke Pertamina, Kelangkaan Elpiji 3 Kg Kagetkan Pemkab Bondowoso

Kamis, 15 April 2021 - 13:53 | 48.93k
Konferensi pers kelangkaan gas elpiji 3 Kg di tengah Bulan Suci Ramadan oleh Pemkab Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Konferensi pers kelangkaan gas elpiji 3 Kg di tengah Bulan Suci Ramadan oleh Pemkab Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSOPemkab Bondowoso mengaku kaget, ketika tahu peredaran tabung gas elpiji 3 Kg di masyarakat sangat langka di awal Puasa Ramadan Tahun 2021 atau 1442 H ini.

Akibat kelangkaan tersebut, harga gas melon melambung tidak terkendali. Dari harga ecer tertinggi (HET) Rp 16 ribu, naik hingga Rp 30 ribu. 

Wakil Bupati Bondowoso, Irwan Bachtiar Rachmat mengatakan, untuk mengantisipasi kelangkaan selama Ramadan dan jelang Idul Fitri, bupati sudah bersurat ke Pertamina agar ada penambahan tabung.

"Setelah kami lakukan evaluasi kemarin. Kami melakukan rapat terbatas, kok masih ada kelangkaan semacam ini. Padahal sudah melakukan upaya-upaya," katanya dalam acara konferensi pers, di Shaba Bina Prja II, Kamis (15/4/2021).

Menurutnya, kelangkaan ini diduga karena pendistribusian elpiji 3 Kg itu tidak benar. Seharusnya dari Pertamina ke SPBE (Stasiun Pengisian Bulk Elpiji) kemudian ke agen dan terakhir ke pangkalan.

"Seharusnya dari pangkalan ini langsung ke masyarakat. Tapi masih ada yang namanya pengecer-pengecer," jelasnya.

Sementara dari hasil analisis kata dia, ada dugaan dari jalur pengecer inilah harganya bisa melambung. "Ada dugaan ada upaya penimbunan-penimbunan," imbuhnya.

Belum Ada Satgas Pengawas Elpiji

Dalam kesempatan tersebut, Wabu Irwan juga mengakui bahwa selama ini tidak ada Satgas pengawasan peredaran gas elpiji 3 Kg di Bondowoso. 

Menurutnya, pemeritah akan membentuk Satgas pengawas gas melon. Yakni terdiri dari unsur pemerintah, kepolisian dan kejaksaan. Nantinya aka  memantau pendistribusian gas, mulai dari agen hingga pangkalan. 

"Satgas untuk menertibkan jalur distribusi dari pangkalan harus ke masyarakat. Tidak boleh ke pengecer sehingga tidak ada upaya penimbunan," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Perekonomian Pemkab Bondowoso, Aris Wasiyanto memberikan alasan tidak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahwa kelangkaan gas disebabkan karena penggunaannya salah sasaran. 

Yakni warga yang mampu, pengusaha hotel, hingga peternakan ayam menggunakan gas tersebut untuk kebutuhan usaha mereka. 

Di sisi lain kata dia, tidak ada aturan tegas yang memberikan sanksi bagi pelanggar. "Mereka yang kaya-kaya memakai tabung 3 kilogram. Sebenarnya tidak layak," imbuhnya.

Pihaknya saat ini meminta tambahan tabung secara fakultatif, agar dari Pertamina langsung didistribusikan ke agen kemudian langsung ke pangkalan.

"Dengan adanya tambahan fakultatif ini, pangkalan seharusnya mendapatkan jatah. Karena tambahan itu 60.800 tabung. Jadi peredaran tabung setiap hari 16.000," paparnya.

Namun demikian, meski ditambah masyarakat masih kesulitan. Seperti diakui Ibu Nizam, Warga Desa Kasemek Kecamatan Tenggarang, bahwa sejak awal Ramadan kebingungan untuk menukar gas elpiji 3 Kg.

"Bahkan elpiji sulit didapati beberapa hari sebelum Ramadan. Saya muter-muter dengan suami saya tidak ada. Harus nunggu pas baru turun dari mobil," katanya, Rabu (14/4/2021).

Setelah mencari lama, akhirnya Ibu Nizam menemukan gas elpiji 3 Kg. Itu pun harganya sangat mahal dibandingkan biasanya, dari biasanya Rp 18 ribu malah naik Rp 30 ribu. "Hampir dua kali lipat. Saya berharap segera normal elpiji di Bondowoso," harapnya kepada Pemkab Bondowoso. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES