Pendidikan UIN Malang

Dosen IAT UIN Malang Jelaskan 5 Keistimewaan di Bulan Ramadan

Selasa, 13 April 2021 - 14:11 | 29.82k
Miski Mudin, Dosen Prodi IAT UIN Maliki Malang. (FOTO: Miski Mudin For TIMES Indonesia)
Miski Mudin, Dosen Prodi IAT UIN Maliki Malang. (FOTO: Miski Mudin For TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Dosen Program Studi Ilmu Al-Qur an dan Tafsir (Prodi IAT), Miski Mudin, S.Th.I., M.Ag, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang) kepada TIMES Indonesia, Selasa (13/4/2021) memaparkan 5 keistimewaan di Bulan Ramadan.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

Ia menuturkan, dalam riwayat Imam Nasa’i disebutkan bahwa saat Ramadan tiba, Rasulullah SAW, bersabda kepada para sahabatnya bahwa Bulan Ramadan adalah bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan puasa untuk umat manusia. Dan di Bulan Ramadan, pintu-pintu langit telah dibuka dan pintu-pintu neraka telah ditutup. Setan-setan sudah dibelenggu. 

"Di Bulan Ramadan pula terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dari riwayat ini, kita bisa menarik lima keistimewaan dari Bulan Ramadan," ujar Miski.

Berikut 5 keistimewaan di Bulan Ramadan kata Miski,

1. Bulan keberkahan

Keberadaan Al-Quran yang diturunkan pada bulan ini (lihat QS. al-Baqarah [2]: 185), menjadi momentum penting yang menambah keberkahan itu sendiri. Keberkahan berarti penuh kebaikan. Turunnya Al-Quran pada bulan Ramadan, laksana turunnya kebaikan untuk umat manusia seluruhnya. Keberkahan itu tak hanya untuk kehidupan saat ini, melainkan juga untuk kehidupan nanti.

2. Kewajiban puasa

Ibadah puasa yang kita jalani tiap bulan Ramadan menjadi poin keutamaan tersendiri untuk bulan ini. Meskipun bukan ibadah yang diwajibkan khusus untuk umat Islam, tapi puasa yang diwajibkan di dalamnya menjadi istimewa. Kewajiban puasa pada Bulan Ramadan ditegaskan langsung dalam al-Qur’an bahwa kewajiban puasa tersebut agar umat Islam bertakwa (lihat, QS. al-Baqarah [2]: 183-184). Dalam hal ini, berpuasa berarti kita bertakwa. Disebut bertakwa, karena dengan puasa itu secara otomatis kita sudah mengikuti perintah-Nya, meskipun sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri.

3. Terbukanya pintu langit dan tertutupnya pintu neraka

Terbukanya pintu langit merupakan metafora dari kucuran rahmat, atau sambutan yang baik atas amal-amal yang sudah dilakukan oleh umat Islam. Jadi tak ada alasan apa pun untuk tak melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya. Allah sudah memberikan jalan seluas-luasnya. Tinggal kita, apakah mau mengambil peluang itu, atau membiarkannya berlalu begitu saja. Terbukanya pintu surga berarti terbukanya rahmat Allah untuk kita. Sedangkan tertutupnya pintu-pintu neraka bisa dipahami secara harfiah bahwa neraka memang memiliki banyak pintu, layaknya surga. Namun, pada Bulan Ramadan, seluruh pintu neraka ditutup. Ini, tentunya, tak lepas dari keutamaan Ramadhan.

4. Setan-setan terbelenggu

Keutamaan lain yang dimiliki Bulan Ramadan adalah terbelenggunya setan-setan. Terbelenggunya setan bisa dipahami dalam hubungannya dengan mereka yang tengah berpuasa. Lapar dan haus turut memengaruhi dan membatasi geraknya. Sehingga, sekuat apa pun godaan setan terhadapnya, tak selalu tersambut baik. Kaitannya dengan persoalan ini, selalu muncul pertanyaan, “Bila setan memang telah dibelenggu, mengapa masih banyak kejahatan yang terjadi di Bulan Ramadan?” Imam al-Qurthubi, seorang ulama besar yang hidup ratusan tahun lalu memberikan ulasan relatif panjang. Antara poin utamanya, bahwa keburukan dan maksiat tak selalu karena godaan setan. Karenanya, keburukan masih selalu bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari bulan Ramadan.

5. Malam yang lebih baik dari seribu bulan

Bagian terpenting lain dari keberadaan bulan Ramadan adalah Lailatul Qadar. Lailatur Qadar disebut sebagai sebuah malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Malam ini hanya ada di bulan Ramadan. Malam Lailatul Qadar inilah yang disebut sebagai malam turunnya al-Qur’an (lihat, QS. al-Baqarah [2]: 185 dan QS. al-Qadr [97]: 1-5). Nabi Muhammad memberikan contoh konkret bagaimana mengisi waktu mulia tersebut. Aisyah mengisahkan, Nabi Muhammad benar-benar memaksimalkan waktunya beribadah pada bulan Ramadhan. Melebihi giatnya ibadah pada bulan lainnya. Beliau semakin giat ibadah saat memasuki sepuluh hari terakhir Ramadan. Ini dilakukan karena di sepuluh hari terakhir itulah Lailtaul Qadar tersebut bisa didapatkan.

INFORMASI SEPUTAR UIN MALANG DAPAT MENGUNJUNGI www.uin-malang.ac.id

"Bulan Ramadan adalah bulan kebaikan dan penuh keutamaan. Pada bulan ini, kesempatan menjadi hamba terbuka lebar. Menjadi seorang manusia yang peduli pada manusia lainnya juga demikian. Bulan ini memungkinkan kita untuk melangit melalui amal-amal kebaikan. Tanpa menafikan posisi diri yang masih berpijak di atas bumi," kata Miski Mudin, Dosen Prodi IAT UIN Maliki Malang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES