Kopi TIMES

Melestarikan Folklor Melalui Peran Digital

Senin, 12 April 2021 - 16:33 | 174.68k
Idah Sri Wahyuni; Mahasiswa Universitas Diponegoro.
Idah Sri Wahyuni; Mahasiswa Universitas Diponegoro.

TIMESINDONESIA, SEMARANG – Siapa yang tak kenal dengan Indonesia? Ya, negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan keberagaman budaya yang unik, salah satunya adalah folklor. Lalu, apa sih folklor itu? Danandjaja, Antropolog Indonesia,  dalam bukunya yang berjudul Foklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain (2007), mengartikan folklor sebagai sebagaian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Menurut Jan Harold Brunvand, seorang  ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, bukan lisan dan sebagian lisan. Folklor lisan, folklor yang bentuknya murni lisan, seperti gurindam, pantun, syair, legenda dan dongeng; Foklor bukan lisan, folklor yang bentuknya bukan lisan, seperti kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan miuman rakyat, obat-obatan tradisional dan musik rakyat; Dan folklor sebagian lisan, folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Contohnya seperti permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, upacara adat, dan pesta rakyat.

Saat ini folklor kurang populer dikalangan masyarakat Indonesia, hal ini dikarenakan adanya pengaruh globalisasi yang membuat masyarakat acuh terhadap kebudayaan tradisional.  Padahal, folklor harus tetap dilestarikan agar tidak hilang tergerus oleh arus globalisasi. Jika kebudayaan kita hilang, maka negara kita akan menjadi negara yang tidak memiliki identitas dan jati diri. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan folklor sebagai kebudayaan Indonesia?

Salah satu pelestarian folklor yang dapat dilakukan pada zaman modern ini melalui peran digital. Digital memang sangat berhubungan dengan perkembangan teknologi , semakin berkembang, semakin modern pula digitalisasi tersebut. Teknologi digital mampu memudahkan komunikasi masyarakat di masa sekarang. Teknologi tersebut yang dikenal dan digunakan oleh semua kalangan masyarakat yaitu gadget.

Melestarikan folklor Indonesia bisa dilakukan melalui peran digital yang mudah diakses kapan saja dan dimana saja melalui gadget, misalnya melalui platform LINE Webtoon, TikTok, YouTube serta melalui sosial media lainnya seperti Instagram, Facebook, dan Twitter .

Bagaimana peran digital dalam membantu  melestarikan folklor Indonesia? berikut penjelasannya.

1.    LINE Webtoon

LINE Webtoon adalah sebuah platform penerbitan digital gratis bagi para pembuat komik baik amatir maupun profesional untuk menampilkan karya terbaik mereka kepada para penyuka komik di seluruh dunia. Komikus di Indonesia dapat menggunakan aplikasi ini sebagai media untuk mengangkat kembali folklor Indonesia, seperti cerita rakyat Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas dan masih banyak lagi yang dikemas dalam gambar kartun yang menarik sehingga pembaca tidak bosan dalam membaca cerita rakyat tersebut. contoh Webtoon cerita rakyat seperti Jaka Tarub rupanya bisa melejit dalam dunia komik digital. Hingga saat ini, Webtoon bertajuk 7 Wonders itu sudah tayang 3 musim dengan 41 satu episode. Sejak tayang pada Juli 2016, komik digital karya Metalu Kyoyuzuki ini sudah disukai 9,7 juta kali dengan nilai 9,82 dari 10.

2.    TikTok

 Saat ini aplikasi TikTok sedang hype dikalangan generasi millenial. Melalui TikTok generasi millenial dapat melestarikan kembali folklor dengan membuat konten bercerita mengenai legenda-legenda di Indonesia, seperti Asal-Usul Danau Toba, Legenda Tangkuban Perahu dan lain sebagianya.

3.    YouTube

Juga bisa dijadikan media untuk  melestarikan folklor, seperti membuat video animasi tentang folklor atau melakukan pagelaran mengenai cerita rakyat yang ada di Indonesia  kemudian dokumentasi pagelaran tersebut dapat diunggah ke YouTube.

4. Media Sosial

Folklor di Indonesia dapat dilestarikan melalui sosial media lainnya seperti Instagram, Facebook, Twitter . Misalnya, dengan membuat info grafis yang menarik mengenai folklor-folklor di Indonesia kemudian info grafis tersebut diposting pada akun sosial media  sehingga followers kita dapat melihat postingan dan folklor di Indonesia pun dapat dikenal kembali oleh masyarakat.

***

*)Oleh: Idah Sri Wahyuni; Mahasiswa Universitas Diponegoro.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES