Peristiwa Internasional

Perang Saudara di Myanmar Dimulai, 80 Pengunjukrasa Terbunuh 10 Polisi Tewas

Sabtu, 10 April 2021 - 23:44 | 36.97k
Tentara menyeberangi jembatan di negara bagian Shan pada 2019 setelah diserang oleh kelompok pemberontak etnis. (FOTO: Al Jazeera/AFP)
Tentara menyeberangi jembatan di negara bagian Shan pada 2019 setelah diserang oleh kelompok pemberontak etnis. (FOTO: Al Jazeera/AFP)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPerang saudara di Myanmar tampaknya telah dimulai. Pasukan keamanan Myanmar membunuh lebih dari 80 pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Bago. Sementara aliansi tentara etnis penentang kudeta militer di Myanmar menyerang kantor polisi di timur, pada Sabtu dan menewaskan sedikitnya 10 polisi

Aliansi tentara etnis di Myanmar telah mendeklarasikan diri berpihak pada rakyat Myanmar yang menentang kudeta militer. Mereka menentang tindakan keras para jendral terhadap rakyat Myanmar.

Dilansir Reuters, pada Kamis malam dan Jumat, dekat kota utama Yangon, kata kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dan outlet berita domestik, rezim militer Myanmar (Tatmadaw) dengan menggunakan granat dan senapan telah membubarkan protes di kota itu, kata saksi mata dan media domestik. Portal berita AAPP dan Myanmar Now mengatakan 82 orang meninggal dunia.

Sementara itu Al Jazeera melaporkan aliansi tentara etnis di Myanmar yang menentang tindakan keras jenderal terhadap para pengunjukrasa anti kudeta itu, Sabtu membalasnya dengan menyerang sebuah kantor polisi di timur dan menewaskan sedikitnya 10 polisi, kata media lokal.

"Kantor polisi di Naungmon, negara bagian Shan itu diserang pagi-pagi sekali oleh pejuang dari aliansi yang terdiri dari Tentara Arakan, Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar," lapor media.

Media Shan News menyebutkan, sedikitnya 10 polisi tewas, sedangkan outlet berita Shwe Phee Myay menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 14.

Juru bicara militer tidak membalas telepon ketika diminta komentarnya baik oleh Reuters maupun Al Jazeera.

Tony Cheng dari Al Jazeera, melaporkan dari negara tetangganya Thailand,  bahwa pasukan etnis tersebut adalah yang tertua di dunia, yang telah bertempur dengan pasukan pemerintah pusat selama beberapa dekade.

"Sejak kudeta, ada banyak pembicaraan tentang kelompok bersenjata yang beroperasi bersama tapi kami belum pernah melihatnya sebelumnya. Hari ini diklaim tiga kelompok bertindak bersama, bergabung, menyerang pos terdepan yang diawaki oleh polisi Myanmar, menewaskan sejumlah polisi," kata Cheng, seraya menambahkan bahwa serangan itu berlangsung selama lebih dari dua jam, Sabtu pagi.

Lebih dari 600 orang telah terbunuh oleh militer Myanmar dalam tindakan kerasnya terhadap protes atas kudeta 1 Februari, menurut sebuah kelompok pemantau.

Ketika kekerasan meningkat, sekitar selusin kelompok bersenjata mengutuk pelaku kudeta itu dan menyatakan sebagai sesuatu yang tidak sah dan mereka berjanji untuk mendukung para pengunjuk rasa.

Anggota parlemen sipil, yang sebagian besar bersembunyi setelah pemecatan mereka, telah mengumumkan rencana untuk membentuk pemerintah persatuan nasional, dengan peran kunci bagi para pemimpin etnis - dan mengadakan pembicaraan online tentang perlawanan bersama terhadap para jenderal.

Laporan dari Myanmar mengatakan, puluhan orang diduga meninggal dunia dalam serangan militer terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Bago.

Menurut Radio Free Asia mengutip para saksi, sekitar 60 orang diduga meninggal dunia  dalam bentrokan di kota, sekitar 60 km (32 mil) timur laut Yangon itu.

Situs berita Myanmar Now mengutip seorang pemimpin protes penentang kudeta militer menyebutkan lusinan mayat dibawa ke dalam kompleks pagoda tempat militer bermarkas. Saksi mata yang dikutip oleh kedua media melaporkan berjam-jam tembakan yang dimulai pada hari Jumat pagi.

Protes terhadap kudeta Februari berlanjut pada hari Sabtu di Yangon, Mandalay, Bagan, Sagaing, Myeik dan banyak kota lainnya.

Tindakan keras militer juga mencakup laporan tentang pengunjuk rasa yang disiksa dalam penahanan dan hukuman yang berat.

Militer menjatuhkan hukuman mati pada 19 orang dari kota Okkalapa Utara Yangon pada hari Jumat. Mereka dituduh memukuli seorang kapten tentara, menurut Radio Free Asia.

Kudeta militer di Myanmar telah menghancurkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis pimpinan Aung San Suu Kyi, yang saat ini telah ditahan pihak militer. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES