Kopi TIMES

Terorisme dan Politik Global (4)

Selasa, 13 April 2021 - 06:00 | 47.02k
Didik P Wicaksono, Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.
Didik P Wicaksono, Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Apa yang harus dilakukan negara dan rakyat Indonesia?

Pada tahun 1955, Indonesia bersama negara Asia dan Afrika membentuk Gerakan Non-blok (GNB), tidak ikut (ngeblok) ke blok Barat atau blok Timur. GNB bertujuan menciptakan perdamaian dan keamanan dunia atas terjadinya ketegangan politik pada waktu itu. Ketegangan politik akibat perang dingin antara AS vs Uni Soviet.

Kekuatan penyimbang semacam GNB penting digalang kembali oleh Indonesia. Berdasarkan perkembangan percaturan politik global, kini yang terjadi adalah pertarungan antara China melawan AS. Efeknya terasa nyata di Indonesia dan bahkan seluruh kawasan di dunia.

Kedigdayaan China, menantang AS dan dunia bukanlah wacana. China sering menggelar latihan perang besar-besaran dengan tujuan “melindungi kedaulatan” seolah pula memberi sinyal, saatnya menantang perang melawan AS. “Xi Jinping Minta Seluruh Pasukan Militer China Siap Perang” (Kompas. com, 15/10/2020). Pernyataan Xi Jinping muncul saat pejabat tinggi AS kunjungi Taiwan.  

Para pengamat militer mulai berhitung kekuatan China dan AS. Salah satu yang menarik adalah pandangan “jika sekarang (2020) AS tidak bisa mengatasi China, maka 10 tahun lagi (2020) China bukanlah tandingan AS”

Di bawa Presiden Donald Trump (2017-2021), AS dengan slogan “America First” (mengutamakan AS) yang merujuk kepada pendirian politik luar negeri AS, dengan mengutamakan kemajuan nasionalisme (kecintaan kepada bangsa dan negara), unilateralisme (doktrin sepihak), proteksionisme (perlindungan kepentingan) dan isolasionisme (mengutamakan kepentingan dalam negeri) membawa AS berselisih dengan banyak negara. Berselisih dengan negara di Timur Tengah dan terutama kini dengan Negara China.

Donald Trump terkait Covid 19, menyebut Virus itu buatan China. Pandangan ini tentu beralasan. Sebab China mempunyai lebih dari 300 perusahaan bioteknologi. Perusahaan yang dijalankan tanpa ada hambatan dari komunitas pencinta binatang dan lingkungan.

Di China tidak ada suara-suara protes dari semacam dewan-dewan standar etika atau kelompok-kelompok agama. China berhasil membuat Chimera. Chimera adalah spesies babi dan monyet yang secara genetika dipadukan. Domba, kambing, monyet dan babi berhasil pula dikloning. Ke depan manusia juga dikloning?

Kecenderungan di atas memungkinkan perang dingin terulang. Benturan ideologi kapitalis liberal (AS) melawan komunis (China). China sampai sekarang juga terlibat konflik kawasan dengan lebih dari 15 negara di dunia. Temasuk dengan Indonesia di kepulauan Natuna (dh. Laut China Selatan). Berulang kali kapal China masuk ke wilayah lautan Indonesia, mengganggu kedaulatan NKRI.      

Indonesia harus menunjukkan jati (dengan politik luar negeribebas aktif), mandiri dan kuat dalam segala bidang. Tidak teseret ikut blok China atau blok AS.  

Pengalaman sejarah, China terbukti terlibat gerakan komunisme di Indonesia dalam peristiwa G30S-PKI. Konfrontasi dengan Malaysia “Ganyang Malaysia” tidak lepas pula dari skenario dalam memuluskan angkatan bersenjata ke-lima dan bantuan persenjataan dari China. Malaysia adalah negara persemakmuran Inggris dan Inggris termasuk sekutunya AS.  

Demikian pula AS terlibat pemberontakan PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi.  

Selain itu penting bagi Indonesia memperkuat dan meningkatkan kerjasama Asean (Association of Southeast Asian Nations). Gabungan kekuatan Asean berserta dengan jumlah penduduknya memiliki bargaining yang positif untuk membendung dominasi China dan AS.  

Di Indonesia sendiri, Pancasila sebagai falsafah bangsa, dasar negara, dan konsensus nasional adalah filter dari ancaman dan pengaruh ideologi transnasionalisme. Hal ini penting diedukasikan secara terus menerus, dari generasi ke generasi. 

Sekilas sejarah Pancasila. Konsep dasar Pancasila dirumuskan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tiga tokoh yang mengusulkan rumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI adalah Mohammad Yamin (pada 29 Mei 1945), Dr. Soepomo (31 Mei 1945) dan Ir. Soekarno (1 Juni 1945).

Selanjutnya BPUPKI membentuk ‘tim kecil’ yang disebut Panitia Sembilan yang menghasilkan rumusan “Piagam Jakarta” (22 Juni 1945). Piagam Jakarta ditandatangani Panitia Sembilan, sila pertama dari dasar negara berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” dan akhirnya rumusan Pancasila yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 berubah dari “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.  

Bagi rakyat Indonesia, Pancasila adalah titik temu yang disepakati sebagai dasar negara yang sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 45 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.

Problem muncul apabila melupakan proses sejarah bagaimana para pendiri bangsa merumuskan Pancasila. Misalnya menonjolkan momen hari lahirnya Pancasila (1 Juni 1945), padahal lebih awal Mohammad Yamin dan Dr. Soepomo tokoh yang merumuskan Pancasila. Demikian pula menghadirkan kembali Pancasila versi “Piagam Jakarta (22 Juni 1945).    

Pancasila dirajut untuk mencegah perpecahan dan mempersatukan seluruh elemen bangsa dalam bingkai NKRI. Tidak bisa Pancasila diperas menjadi trisila atau ekasila. Pancasila yang sah bukan versi 1 Juni 1945 atau versi 22 Juni 1945, tetapi yang sah adalah versi 18 Agustus 1945.    

Berdasarkan Pancasila, tidak seharusnya elemen bangsa Indonesia melakukan tindakan kekerasan berupa peledakan bom yang korbannya justru dari bangsa Indonesia sendiri. Musuh bangsa Indonesia bukanlah ditujuhkan kepada bangsanya sendiri. Namun ekses dari percaturan politik global itulah yang harus diwaspadai. Termasuk pula memfilter pengaruh ideologi transnasionalisme.

***

*) Penulis, Didik P Wicaksono. Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.  

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES